“INTRAPERSONAL DAN
INTERPERSONAL KOMUNIKASI ”
Disusun Guna Memenuhi:
Mata Kuliah : Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu :
Disusun
oleh:
1.
Alimatul
Abidah ( 1607016010 )
2.
Aghitsna
Alfaiza S ( 1607016016 )
3.
Ummi
Muttaqillah ( 1607016019 )
4.
Khoirun
Najah ( 1607016036 )
Psikologi
3A
Jurusan
Psikologi
Fakultas
Psikologi dan Kesehatan
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimanan komunikasi intrapersonal terjadi?
2.
Bagaimanan komunikasi interpersonal terjadi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi intrapersonal
1.
Pengertian komunikasi intrapersonal.
Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan
internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.
Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan
balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Proses
internal dalam komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi yang
melewati empat tahapan yaitu, sensasi, persepsi, memori, dan berpikir (Rakhmat,
1985).[1]
Menurut Rakhmat, komunikasi intrapersonal adalah proses
pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap: sensasi, persepsi,
memori, dan berpikir. Dan tahap tahap komunikasi intrapersonal yaitu:
a.
Sensasi.
Sensasi yang berasal dari
kata sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk mencerap segala hal
yang diinformasikan oleh pancaindera. Informasi yang dicerap oleh pancaindera
disebut stimuli yang kemudian melahirkan proses sensasi. Dengan demikian
sensasi adalah proses menangkap stimuli[2]
b.
Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Secara sederhana persepsi adalah memberikan makna pada hasil cerapan
panca indera. Selain dipengaruhi oleh sensasi yang merupakan hasil cerapan
panca indera, persepsi dipengaruhi juga oleh perhatian (attention), harapan
(expectation), motivasi dan ingatan. Secara umum tiga hal yang disebut pertama
terbagi menjadi dua faktor personal dan faktor situasional. Penarik perhatian
yang bersifat situasional merupakan penarik perhatian yang ada di luar diri
seseorang (eksternal), seperti intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.
Secara internal, ada yang dinamakan perhatian selektif (selective attention)
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor biologis,
sosiopsikologis, dan sosiogenis.[3]
c.
Memori
Memori Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan
penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan)
maupun berfikir. Memori adalah sistem yang sangat terstuktur, yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya
untuk membimbing perilakunya. Setiap stimuli datang, stimuli itu direkam sadar
atau tidak. Kapasitas memori manusia, diciptakan sangat besar namun hanya
sedikit orang yang mampu menggunakan memorinya sepenuhnya, bahkan Einstein yang
tercatat manusia paling genius baru mengoperasikan 15% dari memorinya. Kerja
Memori melalui tiga proses :
·
Perekaman (encoding), pencatatan informasi melalui
reseptor indera dan saraf internal baik disengaja maupun tidak disengaja.
·
Penyimpanan
(storage), Dalam fungsi ini, hasil dari persepsi/learning akan disimpan untuk
ditimbulkan kembali suatu saat. Dalam proses belajar akan meninggalkan
jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang dan suatu saat akan ditimbulkan
kembali (memory traces). Memory dapat hilang (peristiwa kelupaan) dan dapat
pula berubah tidak seperti semula.
·
Pemanggilan (retrieval), mengingat lagi, menggunakan
informasi yang disimpan. Dalam hal ini bisa ditempuh melalui dua cara yaitu to
recall (mengingat kembali) dan to recognize (mengenal kembali).[4]
d.
Berfikir
Berfikir Dan suatu proses yang mempengaruhi penafsiran kita
terhadap stimuli adalah berfikir. Dalam berfikir kita akan melibatkan semua
proses yang kita sebut diatas, yaitu: sensasi, berfikir, dan memori. Saat
berfikir maka memerlukan penggunaan lambang, visual atau grafis. Berfikir
dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan
persoalan, dan menghasilkan yang baru. Adalah mengolah dan memanipulasikan
informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Secara garis besar
ada dua macam berfikir, autuistic dan realistic. Dengan berfikir autistic orang
melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantasi.
Terbalik dengan berfikir secara realistic yang bertujuan untuk menyesuaikan
diri dengan dunia nyata. Berfikir realistic di bagi menjadi tiga macam, yaitu
deduktif, induktif dan evaluative.
Jadi komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal
secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang
individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi
dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi
intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan
mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan
kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh
komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi,
maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena
pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi
adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam
upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur,
instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita,
mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri
pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam
hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi
prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun
pemahaman diri pribadi ini. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan
pada kajian yang menyangkut persepsi. Karena menurut peneliti persepsi merupakan
inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti dari persepsi, yang
identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. meninjau
perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan
berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan
perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada kajian yang menyangkut
persepsi. Karena menurut peneliti persepsi merupakan inti dari komunikasi,
sedangkan penafsiran adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian
balik (decoding) dalam proses komunikasi.
B.
Komunikasi Interpersonal
Para
ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal secara berbedabeda, dan
berikut ini adalah tiga sudut pandang definisi utama, diungkapkan oleh
(Devito,
1997:231):
a.
Berdasarkan Komponen
Komunikasi
interpersonal didefinisikan dengan mengamati komponenkomponen utamanya, yaitu
mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak hingga peluang untuk
memberikan umpan balik.
b.
Berdasarkan Hubungan Diadik
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang
mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Definisi ini juga disebut dengan definisi
diadik, yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara
dua orang tertentu.
c.
Berdasarkan Pengembangan
Komunikasi
interpersonal dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang
bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi komunikasi pribadi yang lebih intim. Ketiga
definisi diatas membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengan komunikasi
interpersonal dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang, bahwa komunikasi
interpersonal dapat berubah apabila mengalami suatu perekembangan. Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang
mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
Tujuan Komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal mempunyai
beberapa tujuan. Disini akan dipaparkan tiga tujuan, antara lain (Devito,
1997:245):
a.
Mendapatkan Rangsangan
Manusia
membutuhkan stimulasi, bila tidak, manusia akan mengalami kemunduran dan bisa
mati. Kontak antarmanusia merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan
stimulasi ini.
b.
Mendapatkan Pengetahuan Diri
Sebagian
besar melalui kontak dengan sesama manusia kita belajar mengenai diri kita
sendiri. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dan
dipikirkan orang tentang kita.
c.
Memaksimalkan Kesenangan, Meminimalkan Penderitaan
Alasan
paling umum untuk membina hubungan dan alasan yang dapat mencakup semua alasan
lainnya, yaitu kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk
memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan. Kita perlu berbagi
rasa dengan orang lain mengenai nasib, penderitaan emosi, atau fisik kita. Dari
ketiga tujuan tersebut, biasanya komunikasi interpersonal diperlukan dalam
suatu hubungan demi mencapai harmonisasi.
Efektifitas Komunikasi Interpersonal. Efektifitas komunikasi
interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu
keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness),
sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). (Devito, 1997, p.259-264)
a)
Keterbukaan (Openess)
Kualitas
keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya
tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan
diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjemukan. Kita ingin orang yang bereaksi secara terhadap apa yang kita
ucapkan. Dan kita berhak mengharapakan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk
daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap
orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner
dan Kelly, 1974). Terbuka dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab
atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan
yang menggunakan kata saya (kata ganti orang pertama tunggal.
b)
Empati (Empathy)
Henry
Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk
mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari
sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati di
pihak lain adalah merasakan jadi orang lain atau merasa ikut bersedih.
Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,
berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang
sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan
dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita
dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan
aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi
terpusat meliputi kontak mata,postur tubuh yang penuh perhatian, dan kekuatan
fisik, serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c)
Sikap Mendukung (
Supportiveness)
Hubungan
interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan Jack
Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana
yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1)
deskriptif, bukan evaluatif. (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional,
bukan sangat yakin.
d)
Sikap Positif ( Positiveness)
Kita
mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada
sedikintya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal
terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua,
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi
secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
e)
Kesetaraan ( equality)
Dalam
setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih
pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang
lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar ada dalam segala hal.
Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif
bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diamdiam bahwa
kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masingmasing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan
interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik
lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan
kita menerima dan menyetujui Begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal
pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah
Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberika “penghargaan positif tak
bersyarat” kepada orang lain.[5]
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ade Ifroh Qolbi, Jurnal Ilmiah
Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Iklim
Organisasi Di Sdn 034 Samarinda.
Reno Caesar Olivier Sibarani, KOMUNIKASI
INTRAPERSONAL DAN PERILAKU FOBIA.
Rakhmat , Jalaluddin . 2009. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi.
Bandung: Remaja rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar