Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI A] PROSES BELAJAR : PERHATIAN, MEMORI, MELUPAKAN & MENGINGAT, ELABORASI, BERPIKIR & PROBLEM SOLVING

Proses Belajar : Perhatian, Memori, Melupakan & Mengingat, Elaborasi, Berpikir & Problem Solving
Disusun Guna Memenuhi:
         Mata Kuliah         : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu   : Nikmah Rochmawati, M.Si
 











Disusun oleh:
1.    Shofyan Harisma              ( 1607016015 )
2.    Ismatul Hasanah               ( 1607016021 )
3.    Raveena Putri Asvinda    ( 1607016033 )


Psikologi 3A
Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi dan Kesehatan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia dan makhluk hidup yang lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia selalu berusaha untuk menggunakan dan mengubah dunia luar untuk kebutuhan dirinya. Ia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Dengan kegiatan belajar / menyesuaikan diri itu berbagai macam cara mereka pergunakan.
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perhatian dan apa saja macamnya?
2.      Apa yang dimaksud dengan memori?
3.      Bagaimana proses melupakan dan mengingat?
4.      Apa yang dimaksud dengan elaborasi?
5.      Apa yang dimaksud dengan berpikir dan apa saja tingkatan berpikir itu?
6.      Bagaimana cara mengatasi masalah ( problem solving )?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu perhatian serta macam – macam perhatian
2.      Untuk mengetahui apa itu memori
3.      Untuk mengetahui proses melupakan dan mengingat
4.      Untuk mengetahui apa itu elaborasi
5.      Untuk mengetahui apa itu berpikir dan bagaimana tingkatan berpikir itu
6.      Untuk mengetahui cara menyelesaikan permasalahan ( problem solving )

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perhatian
1.      Pengertian Perhatian
Perhatian, sebagai salah satu aktivitas psikis, dapat dimengerti sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata – mata tertuju kepada suatu obyek ( benda atau hal ) ataupun sekumpulan obyek – obyek. Dengan kata lain, perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu benda misalnya, ini berarti seluruh aktifitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan pada bendaa tersebut.
Namun, dalam waktu yang sama, individu juga dapat memerhatikan obyek yang banyak sekaligus. Yang dicakup bukan hanya satu obyek, melainkan banyak obyek. Dalam hal ini, tentunya tidak semua obyek dapat diperhatikan secara sam. Dengan demikian, dalam proses memerhatikan itu, terdapat aktivitas penyeleksian terhadap stimulus yang diterima oleh individu. Dan, dalam proses tersebut, terdapat korelasi yang positif antara perhatian dengan kesadaran.
Oleh karena itu, yang diperhatikan itu akan betul – betul disadari dan dalam pusat kesadaran. Sementara sesuatu (obyek) yang tidak sepenuhnya diperhatikan akan berada di dasar pusat kesadaran. Dan, semakin jauh benda dari pusat kesadaran, semakin  kurang diperhatikan  dan semakin kurang disadari.[2]
2.       Macam – macam perhatian
a.       Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, maka ada perhatian spontan dan tidak spontan. Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya. Perhatian spontan ini berhubungan erat dengan minat individu terhadap suatu obyek. Misalnya, saat seseorang yang mempunyai minat terhadap musik, maka secara spontan perhatiannya akan tertuju pada musik yang didengarnya.
Sedangkan perhatian tidak spontan, ialah perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja. Oleh karena itu, harus ada kemauan yang menimbulkannya. Misalnya ada mahasiswa yang kurang memerhatikan Bahasa Arab, tapi karena kuliah tersebut penting (lebih – lebih sebagai mahasiswa UIN), meskipun dia tidak atau kurang menyukainya, maka dia harus tekun mengikuti kuliah dan mempelajarinya di rumah. Jadi, untuk dapat mengikuti pelajaran tersebut harus ditimbulkan perhatiannya.
b.      Ditinjau dari segi banyaknya obyek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan, maka perhatian dibedakan antara perhatianh yang sempit dan perhatian yang luas. Perhatian yang sempit ialah perhatian individu pada suatu saat yang hanya memerhatikan obyek yang sedikit. Sedangkan perhatian yang luas adlaah perhatian individu yang pada suatu saat dapat memerhatikan obyek yang banyak sekaligus.
c.       Terkait dengan perhatian yang sempit dan luas tersebut, perhatian dibedakan lagi menjadi perhatian konsentratif (memusat) dan perhatian distributif (terbagi-bagi). Perhatian konsentratif ialah perhatian yang ditujukan hanya kepada suatu obyek. Sedangkan perhatian distributif ialah perhatian yang ditujukan pada beberapa obyek dalam waktu yang sama.
d.      Ditinjau dari segi sifatnya, perhatian dibagi menjadi dua yaitu perhatian statis dan perhatian dinamis. Perhatian statis ialah perhatian yang tetap terhadap suatu obyek tertentu. Sedangkan perhatian dinamis adalah bilamana pemusatannya berubah-ubah atau selalu berganti obyek.
e.       Dilihat dari segi derajatnya, perhatian terbagi menjadi dua yaitu perhatian tingkat tinggi dan perhatian tingkat rendah. Rentetan derajat perhatian itu mempunyai perbedaan yang kualitatif. Individu yang mengalami perhatian tingkat tinggi kadang  kadang melupakan waktu dan keadaan sekelilingnya.[3]
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar – mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus belajar yang diberikan guru tidak akan lama bertahan selama proses belajar – mengajar berlangsung.[4]
B.     Memori
Para ahli memandang memori / ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman – pengalaman yang dialaminya. Apa yang pernah dialami manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam jiwanya, dan apabila diperlukan hal – hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Tetapi ini pun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali. Ada hal – hal yang kadang – kadang atau justru sering tidak dapat diingat kembali atau, dengan kata lain, ada hal – hal yang dilupakan. Hal tersebut terjadi apabila orang membicarakan mengenai ingatan, sekaligus juga membicarakan mengenai kelupaan. Karena itu, ingatan merupakan kemampuan yang terbatas.[5]

C.    Melupakan & Mengingat
1.      Perihal Lupa
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kita lupa terhadap sesuatu yang pernah dialami.
Pertama, karena apa yang dialami itu tidak pernah digunakan lagi, atau tidak pernah dilatih / diingat lagi. Sesuatu yang tidak pernah digunakan / diingat lagi lama kelamaan akan dilupakan. Hukum ini disebut law of disuse yang berasal dari Thorndike. Pendapat ini didasarkan atas eksperimen – eksperimen yang dilakukan terhadap hewan.
Kedua, lupa dapat juga disebabkan oleh adanya hambatan – hambatan yang terjadi karena gejala – gejala / isi jiwa yang lain. Seorang profesor, ahli dalam ilmu hewan, dan mahir mempelajari nama – nama ikan dalam bahasa latin. Ia ingin mengetahui dan hafal nama – nama mahasiswanya. Akan tetapi aneh, setiap ia hafal nama salah seorang mahasiswa ia lupa akan sesuatu nama ikan. Dari contoh ini jelas kiranya, bahwa pelajaran / isi jiwa yang satu dapat mendesak / menghambat (inhibition) pelajaran / isi jiwa yang lain. Retro-active inhibition ini seringkali terjadi jika bahan – bahan yang dipelajari banyak persamaannya. Maka dari itu, tidak baik  mencampur adukkan pelajaran – pelajaran dalam pikiran kita waktu belajar. Karena akan saling menghambat / merintangi satu sama lain.
Ketiga, ialah lupa yang disebabkan karena represi. Tanggapan – tanggapan atau isi jiwa yang lain ditekankan ke dalam ketidaksadaran oleh Superego. Karena selalu mengalami tekanan itu maka lama kelamaan menjadi lupa. Biasanya tanggapan – tanggapan yang selalu ditekan ke dalam ketidaksadaran itu ialah tanggapan – tanggapan yang tidak baik / yang merugikan kita, yang bersifat asusila/amoral dan asosial.[6]
2.      Perihal Mengingat
Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan mengingat kembali ( to recall ) dan mengenal kembali ( to recognize ). Pada mengingat kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali. Jadi dalam hal mengingat kembali orang tidak dibantu dnegan adanya objek. Misalnya orang dapat mengingat kembali tentang ciri – ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretan itu tidak ada.
Pada mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang telah pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda yang hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanyaa yang hilang sebulan yang lalu.[7]

D.    Elaborasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), arti dari kata elaborasi ialah penggarapan secara tekun dan cermat. Dalam kegiatan elaborasi, guru mendorong peserta didik membaca dan menuliskan hasil eksploarasi, mendiskusikan, mendengar pendapat, untuk lebih mendalami sesuatu, menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami pengetahuan tentang sesuatu, membangun kesepakatan melalui kegiatan kooperatif dan kolaborasi, membiasakan peserta didik membaca dan menulis, menguji prediksi atau hipotesis, menyimpulkan bersama, dan menyusun laporan atau tulisan, menyajikan hasil belajar.
Dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaan atau tidak mengabaikan bacaan, perlu dibiasakan untuk membaca cepat dan efektif. Melalui riset tindakan kelas dengan model pembelajaran elaborasi PQ4R (preview, question, read, recitee, reflection, and review) terdiri dari enam langkah, yaitu
1)      preview (tugas membaca cepat dengan memperhatikan judul-judul dan topik utama, tujuan umum dan rangkuman, serta rumusan isi bacaan)
2)      question (mendalami topik dan judul utama dengan mengajukan pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan dalam bacaan tersebut, kemudian mencoba menjawabnya sendiri
3)      read (tugas membaca bahan bacaan secara cermat dengan mengecek yang diajukan pada langkah kedua)
4)      reflect (melakukan refleksi sambil membaca dengan cara menciptakan gambaran visual dari bahan bacaan dan menghubungkan informasi baru di dalam bacaan tentang apa yang telah diketahui)
5)      recite (melakukan resitasi dengan menjawab pertanyaan melalui suara keras yang diajukan tanpa membaca buku)
6)      review (mengulang kembali seluruh bacaan kemudian membaca ulang bila diperlukan dan sekali lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan).[8]

E.     Berpikir
1.      Pengertian Berpikir
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dan pengertian yang kita kehendaki. Dalam berpikir, terdapat berbagai masalah tentang berpikir itu sendiri, seperti pengertian berpikir, berpikir kreatif, proses berpikir dan lain – lain.
2.      Proses Berpikir
Simbol – simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata – kata atau bahasa, karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa, dapat tercipta ratusan, bahkan ribuan simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain. Sekalipun bahasa merupakan alat yang cukup ampuh dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu – satunya alat yang digunakan dalam proses berpikir, sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau gambaran.

3.      Macam – macam Berpikir
a.       Berpikir induktif
Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang khusus menuju yang umum. Awalnya orang mencari ciri – ciri atau sifat – sifat dari berbagai fenomena, kemudian menaruh atau mengambil kesimpulan bahwa sifat – sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi.
b.      Berpikir deduktif
Berpikir deduktif adalah suatu proses berpikir yang berlangsung dari yang umum menuju yang khusus orang bertolak dari suatu teori ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan bersifat umum. Dari yang bersifat umum itu, ia menerangkannya kepada fenomena – fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
c.       Berpikir analogis
Berpikir analogis adalah suatu proses berpikir dengan jalan menyamakan atau membandingkan fenomena – fenomena yang biasa. Orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang berlaku sekarang.
4.      Tingkat – tingkat berpikir
a.       Berpikir konkret
Dalam tingkatan ini, kegiatan berpikir masih memerlukan situasi – situasi yang nyata / konkret. Tingkat berpikir ini pada umumnya dimiliki oleh anak – anak kecil. Konsekuensi didaktif pelajaran hendaknya disajikan dengan peragaan langsung.
b.      Berpikir skematis
Sebelum meningkat pada bagian yang abstrak, memecahkan masalah dibantu dengan penyajian bahan, skema, corat – coret, diagram, simbol dan sebagainya. Walaupun pada tingkatan ini tidak berhadapan dengan situasi nyata / konkret, tetapi dengan pertolongan bagan – bagan, corat – coret ini dapat memperlihatkan hubungan persoalan yang satu dengan yang lainnya, dan terlihat pula masalah yang dihadapi sebagai keseluruhan. Dengan pertolongan bagan – bagan tersebut, situasi yang dihadapi tidak benar – benar konkret dan tidak benar – benar abstrak.


c.       Berpikir abstrak
Kita berhadapan dengan situasi dan masalah yang tidak berwujud. Akal pikiran kita bergerak bebas dalam alam abstrak. Baik situasi – situasi nyata maupun bagan – bagan/simbol – simbol/ gambar – gambar skematis, hal itu tidak membantunya. Namun demikian, tidak berarti bahwa gejala pikiran berdiri sendiri melainkan tanggapan dan ingatanlah yang membantunya. Di samping itu, kecerdasan berpikir sendirilah yang berperan dalam memecahkan masalah. Maka tingkat ini dikatakan tingkat berpikir yang tertinggi. Orang – orang dewasa biasanya telah memiliki kemampuan berpikir abstrak.[9]

F.     Problem Solving
Secara umum, dapat dikemukakan bahwa masalah itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antar keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das Sein dan das Sollen. Dalam pemecahan masalah ( problem solving ), terdapat istilah directed ( mencari pemecahan atas masalah dan dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut ). Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu, ada dua kaidah atau aturan pokok, yaitu kaidah alogaritma dan holistik.
Alogaritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan ada jaminan bahwa masalah akan terpecahkan. Contohnya adalah apabila seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apabila orang tersebut mengikuti aturan dalam hal perkalian dengan benar, maka akan ada jaminan bahwa orang tersebut memperoleh hasil terhadap pemecahan masalahnya. Sedangkan kaidah holistik merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah, yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan.
Dalam problem solving, seseorang atau organisme mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Namun dalam masalah berpikir orang akan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum ada. Hal ini dapat dijumpai, misalnya dalam diri seorang yang menulis cerita, ataupun pada seorang ilmuan, ataupun pada bidang – bidang lain. Ini sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative thinking). Dengan berpikir kreatif, seseorang bisa menciptakan sesuatu yang baru. Timbul atau muncul nya hal baru secara tiba – tiba ini berkaitan dengan pengetahuan (insight). Sebenarnya, apa yang dipikirkan itu telah berlangsung dalam jiwa seseorang yang pada suatu waktu akan memperoleh pemecahannya.[10]
G.    Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Pemecahan Masalah
Seperti perilaku manusia yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor – faktor situasional dan personal. Faktor – faktor situasional terjadi, misalnya, pada stimulus yang menimbulkan masalah pada sifat – sifat masalah : sulit – mudah, baru – lama, penting – kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain.
Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor – faktor biologis dan sosiopsikologis terhadap proses pemecahan masalah. Simpanse yang terlalu lapar tidak mampu memecahkan masalah Kohler di atas; simpanse yang setengah lapar, memecahkan masalah dengan cepat. Manusia yang kurang tidur mengalami penurunan kemampuan berpikir, begitu pula bila ia terlalu lelah. Ini faktor biologis. Sama pentingnya juga adalah faktor – faktor sosiopsikologis.[11]












PENUTUP
Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin  proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu. Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Dalam proses belajar terdapat bentuk – bentuk perhatian, memori, bagaimana keadaan ketika kita melupakan dan ketika kita mengingat kembali, bagaimana cara kita berpikir, penggarapan secara tekun dan cermat dalam belajar, serta bagaimana cara seseorang dalam menyelesaikan masalah ( problem solving ).
















DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2010. Psikologi Pendidikan : Refleksi Teoritis terhadap Fenomena.
Jogjakarta : Ar-Ruz Media

Dalyono. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Fitriyah, Lailatul dan M. Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta :
Prestasi Pustaka

Nurhayati. April 2015. Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca Model
Pembelajaran Elaborasi PQ4R Siswa SMP. Vol VI No. 3

Purwanto, Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset





[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.110
[2] Baharuddin, Psikologi Pendidikan : Refleksi Teoritis terhadap Fenomena. ( Jogjakarta : Ar-Ruz Media, 2010), hlm. 178
[3] Ibid, hlm. 179
[4] Dalyono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2010 ), hlm. 203
[5] Lailatul fitriah & M.jauhar, Pengantar Psikologi Umum, ( Jakarta : Prestasi Pustaka, 2014), hlm. 144
[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013), hlm. 112
[7] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, ( Yogyakarta : Andi Offset, 2010 ), hlm. 170
[8] Nurhayati, “Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca Model Pembelajaran Elaborasi PQ4R Siswa SMP”, Vol 6, 2015, No.3
[9] Lailatul fitriah & M.jauhar, Pengantar Psikologi Umum, ( Jakarta : Prestasi Pustaka, 2014), hlm.  153
[10] Ibid, hlm. 159
[11] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung : PT Rosdakarya Offset, 2007), hlm. 73


Download file di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...