Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI A] KECERDASAN EMOSI DAN MULTIPLE INTELEGENSI

KECERDASAN EMOSI DAN MULTIPLE INTELLEGENSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Ibu Nikmah Rochmawati



Disusun Oleh :
Muhibatun Ni’ma Umaroh             (1607016005)
Iim Nur Halimah                            (1607016022)
Maftuh Aqil Al Fajri                      (1607016060)



MAHASISWA JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, memiliki gelar tinggi, belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali justru yang berpendidikan formal lebih rendah, banyak ternyata yang berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), padahal diperlukan pula bagaimana mengembangkan kecerdasan emosi seperti: ketangguhan, inisiatif, optimism, kemampuan beradaptasi.
Setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain : keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas. Teori kecerdasan ganda (multiple intelligences) memandang kecerdasan tidak hanya berdasarkan kemampuan logika atau bahasa saja, namun memiliki kecerdasan-kecerdasan lain yang selama ini tidak menjadi perhatian. Kecerdasan tidak dilihat sebagai berhasil dengan baik mengerjakan tes atau mengingat sejumlah tugas tertentu, namun sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang berharga dalam lingkungannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari kecerdasan emosi?
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi?
3.      Bagaimana cara meningkatkan kecerdasan emosi?
4.      Apa pengertian multiple intelligences?
5.      Apa saja jenis-jenis multiple intelligences?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kecerdasan Emosi
Dalam pengertian yang populer, kecerdasan sering didefinisikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam manipulasi lingkungan, serta kemmpuan untuk berfikir abstrak. Ada yang mengatakan bahwa inteligence is a mental adaptation to new circumstances (kecerdasan adalah adabtasi mental pada keadaan baru). Persyaratan minimal untuk mengatakan suatu itu merupakan bentuk kecerdasan adalah keterampilan untuk menyelesaikan masalah yang memungkinkan setiap individu mampu memecahkan kesulitan yang dihadapi. Jika keterampilan itu sesuai untuk menciptakan produk yang efektif, harus juga memiliki potensi untuk menemukan dan menciptakan masalah sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan baru. Kedercasan manusia seharusnya dilihat dari tiga komponen utama: pertama, kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan. Kedua, kemampuan utnuk mengubah arah pikiran atau tindakan. Ketiga,kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan sendiri.[1]
Emosi dapat diartikan sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Emosi dapat berupa marah, takut, sedih, bahagia, cinta, malu, dan sebagainya yang merupakan titik tolak bagi nuansa kehidupan emosional kita yang tidak habis-habisnya. Adapun kelompok emosi dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
1.      Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
2.      Kesedihan: pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
3.      Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.
4.      Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
5.      Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
6.      Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
7.      Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Adapun menurut Goleman, kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain. Seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial. Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak melainkan pada suatu yang dahulu disebut “karakter” atau “karakteristik pribadi”. Penelitian-penelitian mutakhir menemukan bahwa keterampilan sosial dan emosional lebih penting bagi keberhasilan hidup ketimbang kemampuan intelektual.[2]
B.     Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Goleman  menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu yaitu:
1.      Lingkungan keluarga.
Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi melalui ekspresi. Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa. Kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak dikemudian hari.
2.      Lingkungan non keluarga.
Hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas bermain peran sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang menyertai keadaan orang lain.
Menurut Goleman, kecerdasan emosi dapat dikembangkan, lebih menantang, dan lebih prospek dibandingkan kecerdasan akademik sebab kecerdasan emosi memberi kontribusi lebih besar bagi kesuksesan seseorang. Menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kecerdasan emosi yaitu:
1.      Faktor psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan impuls emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin Kamis.
2.      Faktor pelatihan emosi
Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan begitu saja sehingga mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk melalui puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.
3.      Faktor pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi.[3]
C.     Cara-cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi
Untuk meningkatkan kecerdasan emosional dibutuhkan kiat-kiat agar mempermudah dan memaksimalkan peningkatan tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.      Mengenali emosi diri
Keterampilan ini meliputi kemampuan anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
2.      Melepaskan emosi negatif
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama anda dikendalikan oleh emosi negatif anda, justru anda tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga anda maupun orang-orang di sekitar anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
3.      Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: Pertama, emosi dan menyadari dukungannya kepada anda. Kedua, berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga, dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
4.      Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional (menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati) adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
5.      Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
6.      Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.
7.      Ketrampialn mengelola emosi orang lain.
Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
8.      Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.
Jadi, sesungguhnya delapan ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Anda tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Anda tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Anda memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain.[4]
D.    Pengertian Multiple Intelligences
Multiple intelligences atau biasa disebut kecerdasan jamak adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimilki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam berbagai pembelajaran. Prof. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan majemuk/ganda adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Kemampuan “memecahkan” masalah tidak hanya berkaitan dengan berhasil atau tidaknya menghitung perkalian, namun juga meliputi kemampuan membentuk suatu tim, kemampuan untuk mengatur anggota dalam kelompok guna bersama-sama memecahkan masalah yang sulit, dan lain-lain. Sementara itu “menciptakan suatu produk” meliputi kemampuan membentuk sesuatu dari lilin (tanah liat), menciptakan suatu bentuk tarian, dan sebagainya. Sedangkan “bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu” berkaitan dengan apa dampaknya bagi lingkungan, keuntungan yang dapat dipetik oleh orang lain. Misalnya, dapat dinikmati keindahannya, anggota tim dapat bekerja lebih sistematis.[5]
E.     Jenis-jenis Multiple Intelligences
Ada sembilan kecerdasan jamak atau multiple intelligences, yaitu :
1.      Kecerdasan verbal-linguistik.
Kecerdasaan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan  bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada didalam pikiran dan memahami orang lain.[6] Maksudnya bahwa individu yang memiliki kecerdasaan bahasa yang tinggi adalah orang yang memiliki potensi dalam bercerita, menulis yang lebih baik dari teman-teman sebayanya, memiliki ingatan akan informasi tentang nama, tempat atau informasi-informasi yang lebih baik dari yang lain.
Singkatnya, orang yang memiliki kecerdasan ini seringnya terlihat paling menonjol dalam menyampaikan pendapatnya juga paling mudah berkomunikasi terhadap orang lain. Kecerdasaan ini juga menjadikan individu ini memiliki diksi-diksi yang tepat dalam berinteraksi dengan individu lainnya.
2.      Kecerdasaan logis-matematik.
Kecerdasaan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenai pola-pola dan aturan.[7] Berfikir induktif, deduktif, dan rasioanl merupakan ciri yang melekat pada orang yang memiliki kecerdasan logis-matematis. Oleh karena itu, orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung, bertanya dan melakukan eksperimen. Dalam mengisi waktu luangnya, orang yang cerdas secara logis-matematis sering bermain catur, dan mengisi teka-teki yang melibatkan alasan rasional.
3.      Kecerdasaan visual-spasial.
Kecerdasan visual-spasial merupakan kecerdasan yang dikaitkan dengan bakat seni, khusunya seni lukis dan seni arsitektur. Kecerdasan visual-spasial adalah kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan harmoni, pola, dan hubungan antar unsur tersebut.[8] Orang yang memiliki kecerdasan ini, cenderung berpikir dengan gambar dan snagat baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film, gambar, video, dan demonstrasi yang emnggunakan alat peraga.  Kecerdasan ini berada pada belahan otak kanan, dan jika terjadi masalah pada bagian ini menyebabkan adanya gangguan pada kemampuan untuk mengenal seseorang.
4.      Kecerdasaan jasmaniyah-kinestetik.
Kecerdasan jasmaniyah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti, koordinasi, keseimbangan, ketangkatan, kekuatan, fleksibelitas dan kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemmapuan untuk memanipulasi objek.[9] Mereka juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah melihat orang lain melakukannya terlebih dahulu,  kemudian meniru dengan mengikuti tindakannya.
5.      Kecerdasaan berirama-musik.
Kecerdasan berirama-musik adalah kapasitas berfikir daalam musik unutk manpu mendengarkan pola-pola dan mengenal serta mungkin memanipulaisnya. Oarng yang mempunyai kecerdasan musik yang kuat tidak saja mengingat musik dengan mudah, mereka tidak dapat keluar adri pemikiran musik dan sellau hadir dimana-mana. Kecerdasan musikal meliputi kemampuan mempersepsi dan memahami, mencipta dan menyanyikan bentu-bentuk musikal. Para ahli mengakui bahwa musik merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan.[10]
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam bermusik biasanya senang menyanyi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik, mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mampu mendengar perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda,mudah menangkap irama dalam suara-suara disekelilingnya, senang membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu-lagu atau rap-nya sendiri dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut.
6.      Kecerdasaan intrapersonal.
Kecerdasan intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahamantersebut. Komponen inti dari kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri yang akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri, kecerdasan akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.[11]
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami diri sendiri biasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, suka menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, mengetahui bagaimana perasaannya dan mengapa demikian dan seringkali ia menghabiskan waktu hanya untuk merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting baginya. Anak dengan kecerdasan intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Anak seperti ini biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti.
7.      Kecerdasaan interpersonal.
Kecerdasan interpersoanl adalah kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang lain. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan dengan indikator-indikator yang menyenangkan bagi orang lain. Anak-anak yang berkembang pada kecerdasan interpersonal peka terhadap kebutuhan orang lain. Kemampuan untuk dapat merasakan perasaan orang lain, mengakibatkan anak yang berkembang dalam kecerdasan ini mudah mendamiakan konflik. Kepekaan ini juga menhantarkan mereka menjadi pemimpin diantara sebayanya.[12]
Jika seseorang memiliki kecerdasan dalam memahami sesama biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan mengasyikkan, senang membantu sesamanya yang sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan mengamati mereka, mengetahui bagaimana cara membuat sesamanya bersemangat untuk bekerja sama atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, dan senang bersukarela untuk menolong sesama. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya disukai teman-temannya karena ia mampu berinteraksi dengan baik dan memiliki empati yang besar terhadap teman-temannya.
8.      Kecerdasaan naturalistik.
Kecerdasan naturalistik adalah kemmapuan dalam melakukan kategorisasi dan membuat hirarki terhadap keadaan organisme seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan alam. Salah satu ciri yang ada pada anak yang kuat dalam kecerdasan naturalistik adalah kesenangan meraeka pada alam dan binatang. [13]
Seorang yang memiliki kecerdasan dalam memahami alam biasanya suka binatang, pandai bercocok tanam dan merawat kebun di rumah atau di lingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alam dimanapun dia berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yang berbeda-beda.
9.      Kecerdasaan eksistensial-spiritual.
Kecerdasan eksistensial-spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling esensial dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain seperti kecerdasan intelektual, emosioanal, dan kecerdasan sosial. Kecerdasan spiritual ini bersandar pada hati dan terilhami sehingga jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual, maka segala sesuatu yang dilakukan akan berakhir dengan sesuatu yang menyenangkan. Segala sesuatu harus selalu diolah dan di putuskan melalui peryimabngan yang dalam yang terbentuk dengan menghadirkan pertimbangan hati nurani.[14] Misalnya menghayati batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar, tawakal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk. Mengaktualisasikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan keyakinannya.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Agustian, faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kecerdasan emosi yaotu: faktor psikologis, faktor pelatihan emosi dan faktor pendidikan. Ada beberapa ketrampilan yang merupakan langkah-langkah yang berurutan dalam meningkatkan kecerdasan emosi. Anda tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau anda tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Anda memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain. Sedangkan multiple intelligences atau biasa disebut kecerdasan jamak adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimilki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam berbagai pembelajaran. Ada beberapa jenis multiple intelligences yaitu: kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasaan logis-matematik, kecerdasaan visual-spasial, kecerdasaan jasmaniyah-kinestetik, kecerdasaan berirama-musik, kecerdasaan intrapersonal, kecerdasaan interpersonal, kecerdasaan naturalistik dan kecerdasaan eksistensial-spiritual.



DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar, Ary Agustian.2008. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi       dan Spritual. Jakarta: Arga.
Yaumi, Muhammad dan Nurdin Ibrahim. 2016. Pembelajaran Berbasis      Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences). Jakarta: Prenadamedia Group.
Zubaidi, Ahmad. 2009. Tes Intelegensi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Jasmine, Julia. 2016. Metode Mengajar Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa.
Firdaus Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar            terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo, Jurnal      Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 19, Nomor 2, Oktober 2012.







[1] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 9-10.
[2] Firdaus Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 19, Nomor 2, Oktober 2012.
[3] Ary Agustian Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual, (Jakarta: Arga, 2008).

[4] Ary Agustian Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual, (Jakarta: Arga, 2008).
[5] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm.  11.
[6] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 13.
[7] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 14.
[8] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 15.
[9] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 16.
[10] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 17.
[11] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 18.
[12] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 20.
[13] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 21.
[14] Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 22.

Download file di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...