Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu : Nikmah Rahmawati, M. Si., Psi.
Disusun Oleh :
1.
Sema Karunia (1607016047)
2.
Hajar Ummu Fatikh
(1607016071)
3.
Sasmita Dewi Kirana (1607016082)
PRODI
PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG
2017
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi
Nonverbal” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Psikologi
Komunikasi Bu Rahma.
Makalah ini ditulis dari
hasil penyusunan materi-materi yang penulis peroleh dari buku panduan yang
berkaitan dengan Psikologi Pendidikan, serta infomasi dari jurnal yang berhubungan denganKomunikasi
Nonverbal,
tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Psikologi
Komunikasi atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap, dengan
membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat
menambah wawasan kita mengenai Komunikasi Nonverbal, khususnya bagi penulis.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih
baik.
Dalam ilmu psikologi salah satu syarat utamanya adalah dapat
berkomunikasi dengan baik. Komunikasi sendiri berarti suatu proses dimana
individu atau beberapa individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat guna
menciptakan serta menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan
orang lain. Namun, komunikasi terbagi menjadi non verbal dan verbal. Untuk kali
ini, kelompok kami akan membahas lebih lanjut mengenai komunikasi non verbal.
Maria memperhatikan laki-laki tampan yang sedang belajar dua meja darinya
di perpustakaan. Ketika laki-laki itu melihatnya, Maria menundukkan
pandangannya. Setelah beberapa saat, dia kembali memandangnya sedetik saja.
Beberapa menit kemudian, laki-laki itu menghampirinya, duduk di sebelahnya, dan
memperkenalkan diri. Contoh di atas menggambarkan kekuatan komunikasi
nonverbal. Dalam adegan perpustakaan, kita melihat pola gender komunikasi
nonverbal. Maria mengikuti norma-norma komunikasi feminin dengan secara tidak
langsung menandakan ketertarikannya dan menunggu laki-laki itu memulai kontak.
Sebaliknya, laki-laki itu menjalankan praturan budaya komunikasi maskulin
dengan menatap langsung kepada Maria dan beranjak ke mejanya.
Dalam pengertian ini, komunikasi nonverbal seperti bahasa, adalah cara
utama kita mengumumkan siapa kita. Sistem komunikasi nonverbal yang rumit
membantu kita membangun identitas, mengasosiakan hubungan, dan menciptakan
lingkungan yang kita nikmati.
Perilaku nonverbal adalah dimensi komunikasi manusia yang pokok. Sistem
komunikasi nonverbal menyumbang 65-93 persen dari total makna komunikasi
(Birdwhistell, 1970; Hickson, Stacks, & Moore, 2004; Mehrabian, 1981). Satu
alasan besarnya dampak komunikasi nonverbal adalah keluasannya: mencakup segala
sesuatu dari pakaian dan kontak mata hingga postur tubuh dan perubahan nada
suara.[1]
1. Apa itu komunikasi nonverbal?
2. Apa saja jenis - jenis komunikasi nonverbal?
3. Apa saja ciri-ciri dari komunikasi nonverbal?
4. Apa fungsi dari komunikasi nonverbal?
5. Bagaimana penerapan komunikasi nonverbal?
1. Untuk mengetahui apa itu komunikasi nonverbal.
2. Untuk mengetahui jenis – jenis komunikasi nonverbal.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari komunikasi nonverbal.
4. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi nonverbal.
5. Untuk mengetahui penerapan komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat bukan
kata-kata.[2] Menurut Larry A. Samovar dan
Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh
individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan
potensial bagi pengirim atau penerima.[3]
Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata itu
sendiri. Komunikasi nonverbal mencakup bagaimana kita mengutarakan kata-kata
(misalnya, perubahan nada, volume), fitur-fitur lingkungan yang memengaruhi
interaksi (misalnya, temperatur, cahaya), dan objek yang memengaruhi citra
personal dan pola interaksi (misalnya, pakaian, perhiasan, perabotan).[4]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi nonverbal merupakan komunikasi
yang didapat dari lingkungan sekitar yang keluar berupa isyarat dan itu
mengartikan sesuatu. Dan biasanya komunikasi nonverbal diikuti komunikasi
verbal (berupa kata-kata) guna mendukung atau penguat dalam komunikasi.
Menurut Ruben & Stewart
(2005) komunikasi nonverbal memiliki beberapa saluran, yaitu paralanguage,
wajah dan gerakan tubuh (kinesics), sentuhan (haptics), penampilan fisik serta
proximity (jarak) dan chronemics (waktu).
1. Paralanguage (Vokalik). Salah satu bagian dari paralanguage adalah
vocalics- pesan-pesan auditori yang diciptakan dalam proses bicara (cara
berbicara). Bagaimana nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara,
kecepatan berbicara & intonasi. Sebelum anak-anak mengembangkan kemampuan
berbahasa mereka, pola nada dalam bahasa merupakan hal familiar yang mereka
tangkap. Dalam terapi wicara, anak-anak autis diajarkan mengenali kata-kata
dengan menggunakan nada suara, intonasi dan penekanan yang jelas, sehingga
mereka dapat menangkap makna dari pentingnya kata-kata yang digunakan.
2. Kinesics. Mencakup gerakan tubuh, lengan & kaki, ekspresi wajah
(facial expression), dan perilaku mata (eye behavior). Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, ekspresi wajah kita akan selalu berubah tanpa
melihat apakah kitasedang berbicara atau mendengarkan. Orang-orang yang
terlibat dalam tindak komunikasi sering menggerakkan kepala dan tangannya
selama interaksi berlangsung. Mata juga merupakan saluran komunikasi nonverbal
yang penting, tidak hanya selama interaksi tetapi juga sebelum dan sesudah
interaksi berakhir. Dengan memelihara kontak mata dan tersenyum, orang-orang
yang terlibat mengindikasikan bahwa mereka tertarik dengan persoalan yang
sedang diperbincangkan.
3. Haptics (sentuhan). Haptics atau sentuhan atau kontak tubuh dikatakan
oleh Emmert dan Donaghy sebagai cara terbaik untuk mengomunikasikan sikap
pribadi, baik yang positif mapupun yang negatif. Frekuensi dan durasi sentuhan
dapat menjadi indikator tentang persahabatan dan rasa suka di antara orang yang
melakukannya. Contohnya, berjabat tangan, berpelukan, menyentuh lengan atas
(persahabatan), menampar, memukul, mengelus kepala, mencium tangan, dan
sebagainya.
4. Proxemics (jarak) yaitu suatu cara bagaimana orang-orang yang terlibat
dalam suatu tindak komunikasi berusaha untuk merasakan dan menggunakan ruang
(space).[5]
Sedangkan menurut sumber buku lain :
1.
Pesan Kinestik, merupakan pesan
yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti. Pesan ini terdiri dari tiga
komponen :
a)
Pesan Fasial : pesan yang
menggunakan air muka (mimi wajah) untuk menyampaikan makna tertentu. Dalam
beberapa penelitian ada sekitar sepuluh kelompok makna yaitu kebahagiaan, rasa
terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat,
ketakjuban, dan tekad.
b)
Pesan Gestural : menunjukan
gerakan bagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan
berbagai makna.
Pesan ini berfungsi untuk :
1)
Mendorong atau membatasi
2)
Menyesuaikan atau
mempertentangkan
3)
Responsif atau tak responsif
4)
Perasaan positif atau negatif
5)
Memperhatikan atau tidak
memperhatikan
6)
Melancarkan atau tidak reseptif
7)
Menyetujui atau menolak
c)
Pesan Postural : berkaitan
dengan keseluruhan anggota badan. Tiga makna yang dapat disampaikan oleh pesan
postur adalah
1)
Immediacy : ungkapan kesukaan
atau ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong kearah
lawan bicara menunjukan kesukaan atau kekuatan positif.
2)
Power : mengungkapkan yang
tinggi pada komunikator.
3)
Responsiveness : individu
mengkomunikasikan bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungan, baik
positif maupun negatif.
2. Pesan Arifaktual, pesan ini diungkapkan melalui penampilan yang indivisu
pakai baik berupa pakaian, kosmetik, dll. misal warna hitam menunjukan duka
cita, sandal merupakan informal, batik merupakan formal.[6]
Josep A. Devito (2011) pernah mengungkapkan ada enam ciri dari komunikasi
nonverbal sebagai berikut : (1) pesan nonverbal bersifat komunikatif, (2) pesan
nonverbal itu kontekstual, (3) pesan nonverbal itu sebuah paket, (4) pesan
nonverbal dapat dipercaya, (5) pesan nonverbal dikendalikan oleh aturan, dan
(6) pesan nonverbal bersifat metakomunikasi.
1. Pesan Nonverbal Bersifat Komunikatif
Di Indonesia, saat seseorang
membaca sebuah buku di gerbong Kereta Api (KA) bisa jadi akan dianggap aneh.
Ini karena di tempat kita budaya membaca belum mentradisi. Tetapi coba Anda
perhatikan berapa banyak orang yang sibuk dengan gadget-nya? Orang yang sedang
membaca buku di gerbong yang kebetulan Anda lihat itu jelas mengomunikasikan
sesuatu pada orang-orang di sekitarnya. Bisa jadi ia mengomunikasikan, “Jangan
ganggu saya, saya sedang membaca”, “Saya sedang bosan di gerbong”, “Saya
intelek lho, karenanya membaca buku”, dan lain-lain makna komunikasi tergantung
orang yang melihatnya.
Jadi, pesan-pesan dalam
komunikasi nonverbal itu komunikatif atau mengomunikasikan sesuatu. Bahwa kita
tidak mungkin tidak berkomunikasi adalah sebuah kenyataan, meskipun kita tidak
bersuara. Apa yangs seseorang lakukan dan tidak lakukan, apakah tindakan kita
disengaja atau tidak disengaja, perilaku nonverbal memberikan pesan atau
bersifat komunikatif. Jadi, sekecil apa pun perilaku nonverbal mengisyaratkan
adanya pesan komunikasi.
2. Pesan Nonverbal Itu Kontekstual
Mengedipkan mata pada wanita
cantik di bis yang tidak dikenal bisa dimaknai genit atau mata keeranjang.
Sementara itu, mengedipkan mata dengan teman di meja samping warung bisa
berarti ia tidak serius atas apa yang dikatakan. Mengedipkan mata dengan istri
berarti rayuan. Ini berarti bahwa kedipan mata mempunyai makna yang berbeda dan
sangat tergantung pada konteks (situasi dan lingkungan). Jadi, perilaku
nonverbal yang sama mengomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang
berbeda pula.
3. Pesan Nonverbal Itu Sebuah Paket
Coba Anda perhatikan ketika
seorang motivator berbicara di depan publik, seluruh tubuhnya (mata, tangan,
kaki, posisi tubuh) semua bergerak bersama-sama seolah kompak. Bahkan gerakan
tubuh di atas juga bersesuaian dengan apa yang dikatakannya. Saat pembicara itu
mengatakan, “Apakah Anda siap berubah?”, tatapan mata, gerak tangan dan
kecondongan tubuhnya seolah serasi dan seirama.
Contoh di atas mengungkapkan
bahwa pesan nonverbal itu berada dalam satu paket. Semua anggota tubuh
bersama-sama mengomunikasikan makna tertentu. Sebenarnya, komunikasi nonverbal
juga bisa satu paket dengan komunikasi verbal. Tetapi, bisa jadi bermakna
berbeda (yang diucapkan bertentangan dengan ekspresi anggota badan).
4. Pesan Nonverbal Dapat Dipercaya
Sebagai sebuah paket(verbal dan
nonverbal) tentu akan bergerak bersama, serasi dan seirama. Seandainya
seseorang itu sedang sedih, maka seluruh anggota badannya yang bisa
mengekspresikan kesedihan ikut mendukung bahasa verbalnya itu. Bahasa nonverbal
sering tidak bisa bohong dalam mengungkapkan sebuah makna.
Namun demikian, baik perilaku
verbal dan nonverbal sering membohongi kita. Dengan kata lain, perilaku
perilaku verbal dan nonverbal kadang tidak satu makna.
5. Pesan Nonverbal Dikendalikan Oleh Aturan
Mengapa seseorang tidak boleh
bertepuk tangan riuh dalam waktu lama pada malam hari yang sunyi? Mengapa
kumpulan beberapa orang diperbolehkan tepuk tangan (bahkan secara otomatis)
saat anggota timnya diumumkan meraih prestrasi terbaik? Jika sebaliknya yang
dilakukan maka Anda akan dianggap aneh oleh orang-orang di sekitar (malam harus
tepuk tangan, sementara dalam kelompok itu justru tangan Anda diam).
McLaughlin (1984) pernah
mengatakan bahwa itu semua terjadi karena komunikasi nonverbal dikendalikan
oleh aturan tertentu. Aturan-aturan itu bisa dikarenakan adanya budaya
masyarakat setempat. Karena budaya, bisa jadi antarbudaya berbeda dalam
aturannya.
6. Pesan Nonverbal Bersifat Metakomunikasi
Meta berasal dari bahasa
Yunani) berarti “luar” atau “samping”. Jika
digabungkan dengan komunikasi berarti “di samping komunikasi’, juga bisa
berarti tentang komunikasi. Kita juga pernah mendengar metabahasa yang berarti
bahasa tentang bahasa, jika dikaitkan dengan pesan (metapesan) berarti pesan
tentang pesan.
Seseorang
bisa jadi mengatakan ia tetap tegar dan ikhlas saat orang tuanya meninggal,
namun ia terus-terusan meneteskan air mata dan raut mukanya menunjukkan
kesedihan. Raut muka dan tetesan air mata itu disebut dengan metakomunikasi.
Artinya ada pesan di luar apa yang dikatakan sebagaimana terungkap dalam pesan
nonverbalnya (tetesan air mata dan raut muka sedih). Jadi, pesan verbalnya itu
komunikasi, pesan nonverbalnya metakomunikasi. Metakomunikasi ini akan
terungkap jelas jika antara pesan verbal dengan nonverbalnya berbeda makna.[7]
Ada beberapa fungsi komunikasi nonverbal. Di bawah ini dikemukakan
fungsi-fungsi pesan nonverbal gabungan pendapat Paul Ekman dan Mark L. Knapp
yang penting untuk dibahas dan penulis tambahi sendiri antara lain :
1. Menekankan
Ada seseorang yang ketika marah
sambil memukul meja. Bisa juga saat marah menunjuk-nunjuk muka seseorang dengan
jari, ada juga yang mengepalkan tangan saat memotivasi orang lain. Apa yang
dilakukan manusia sebagaimana digambarkan di atas menunjukkan bahwa komunikasi
nonverbal (memukul meja, menunjuk muka, mengepalkan tangan) itu berfungsi untuk
menekankan apa yang diucapkan secara verbal. Menggebrak meja dan menunjuk ke
muka menekankan kemarahan, mengepalkan tangan menekankan semangat. Istilah itu
juga disebut dengan effect display.
2. Melengkapi
Bisa jadi Anda pernah
mendengarseseorang yang memimpin rapat bilang begini, “Baiklah karena waktu
sudah sesuai sebagaimana tercantum dalam undangan, rapat akan kita mulai”.
Orang yang bilang tersebut sambil menunjuk jam tangannya. Menunjuk jam tangan
salah satu komunikasi nonverbal. Fungsinya melengkapi pernyataan yang dikatakan
secara lisan. Contoh lain saat seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) bercerita
kepada murid-muridnya. Coba perhatikan bahasa nonverbalnya saat ia bercerita.
Saat menceritakan kesedihan raut mukanya ikut sedih, begitu juga saat
menceritakan sesuatu yang gembira, ketakutan, atau bimbang. Semua bahasa tubuh
yang dikemukakan guru TK itu melengkapiu cerita yang disampaikannya secara
lisan.
3. Menunjukkan Kontradiksi
Pernahkah Anda memerhatikan
orang saat memuji orang lain tetapi sambil mencibirkan mulut? Pernahkah pula
Anda melihat orang yang setuju pada suatu gagasan sementara ia sambil
mengedipkan mata yang menunjukkan bahwa yang dikatakannya itu tidak benar? Dua
contoh di atas menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal itu menunjukkan
kontradiksi terhadap apa yang dikatakan (verbal).
4. Mengatur
Pesan nonverbal juga bisa
digunakan untuk mengatur. Misalnya saja seseorang menempelkan jari telunjuk ke
bibir yang berarti menyuruh orang lain diam. Anda juga bisa menyuruh seseorang
keluar dari ruangan dengan membukakan pintu. Lagi, seorang teman menyuruh Anda
mencatat informasi yang didapat dengan mengibaratkan tangannya menulis sambil
melihat orang yang disuruh. Intinya bahwa pesan nonverbal bisa dipakai untuk
mengatur, selain pesan verbal tentunya.
5. Mengulangi
Pesan nonverbal juga bisa
mengulangi pesan verbal. Sekadar contoh Anda sedang menunjukkan arah, “Di
sebelah kiri itu rumah pak Kepala Desa”, dengan jari telunjuk Anda mengarah ke
rumah Kepala Desa itu. Anda juga bisa mengatakan “tidak” sambil menggelengkan
kepala atau mengatakan “ya” sambil menganggukkan kepala.
6. Menggantikan
Seseorang bisa mengatakan tanda
setuju hanya dengan menganggukkan kepala, sementara itu ia juga menggelengkan
kepala untuk menunjukkan ketidaksetujuannya. Namun demikian, Anda harus
hati-hati jika berada di negara Arab, karena menganggukkan kepala itu tanda
tidak setuju, sementara menggelengkan kepala tanda setuju. Orang bisa mengekspresikan
enak, bagus, jos, baik hanya dengan menunjukkan jempol tangannya.
7. Melihat Kejujuran
Bahasa nonverbal juga bisa
dipakai untuk melihat kejujuran seseorang. Contohnya, Salim dan Zaenab sepasang
suami istri. Ia sudah hidup puluhan tahun sehingga saling mengetahui kebiasaan
masing-masing. Zaenab mengetahui bahwa ada kebiasaan suaminya, jika menolak
sesuatu ia mengusap jenggotnya. Pada suatu saat, Zaenab ingin mengajak suami
dan anak-anaknya pergi ke Surabaya menengok ibunya. Meskipun Salim secara verbal
setuju, tetapi secara nonverbal aslinya tidak setuju. Alasannya, ia mengatakan
setuju sambil mengusap jenggot. Berarti, persetujuan Salim hanya di bibir saja,
sementara makna sebenarnya ia tidak mau pergi ke Surabaya[8].
1. Komunikasi non verbal pada Paralanguage. Penerapannya bahwa apabila
terapis marah dia harus mampu mengendalikan diri untuk menekan intonasi
suaranya & menyesuaikan dengan kondisi anak karena setiap anak memiliki
kekurangan yang berbeda-beda. Intonasi suara yang dilakukan guru terhadap
anak-anak autism harus ada penekanan nada bicara yang jelas dan pembicaraan
harus dilakukan lebih dari 1 kali. Terapis akan menyesuaikan intonasi suara
pada saat berkomuikasi, yang terpenting adalah adanya penekanan suara yang
jelas. Intonasi suara yang dilakukan terapis tergantung pada intruksi.
2. Komunikasi non verbal pada Kinesics (ekspresi wajah, gerakan tubuh &
kontak mata). Pada ekspresi wajah berdasarkan pengamatan peneliti mendapatkan 4
ekspresi guru terhadap muridnya, yaitu Senang, Marah,Sedih dan Terkejut.
Ekpresi wajah yang dilakukan terapis tergantung pada situasi & kondisi hati
anak. Terapis melakukan berbagai macam ekspresi wajah sesuai dengan situasi dan
kondisi hati anak yang dimaksudkan agar anak mengerti bagaimana seharusnya
mengekspresikan wajah pada saat komunikasi berlangsung. Gerakan tubuh yang
dilakukan terapis adalah mengacak pinggang, menunjuk, menggelengkan kepala,
menggerakan jari jempol (jika anak pintar memenuhi perintah). Penerapan yang
harus dilakukan terapis ialah menyesuaikan situasi anak dengan perilaku
terapis.Sedangkan kontak mata yang harus terjalin pada saat komunikasi
berlangsung dengan cara memegang kepala / dagu anak dan mengarahkannya ke mata
terapis sampai anak menatap mata terapis selama komunikasi berlangsung
3. Komunikasi non verbal pada Haptics (Sentuhan). Penerapan pada kontak
tubuh ialah dengan cara berjabat tangan, jabat tangan dilakukan pada saat
datang ke tempat terapi, begitupun pada saat terapi selesai. Sentuhan kasih
sayang seperti usapan di kepala / pipi dan juga diberi pelukan serta ciuman
jika anak melakukan perintah dengan benar. Dengan adanya kontak tubuh anak-anak
memahami bagaimana rasanya disayang, di peluk, di cium,di belai, bagaimana
caranya berjabat tangan dan menarik tangan. Sentuhan yang dilakukan terapis
pada anak-anak autism sangat berpengaruh sekali pada saat komunikasi
berlangsung.
4. Komunikasi non verbal pada Proximity (Jarak). Metode utama yang dilakukan
adalah guru harus mengenal terlebih dahulu bagaimana karakter anak, dengan
memahami sifat anak, anak pun akan merasa nyaman dan kemudian akan terjalinnya
kedekatan antara terapis dan anak-anak autism, dengan cara membiarkan anak
melakukan apa yang di inginkan sebelum belajar untuk mendapatkan mood yang
baik. Kedekatan antara terapis dengan anak-anak autism ataupun sebaliknya
sangat penting dalam proses berinteraksi dan pada saat proses belajar mengajar.[9]
Komunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang menggunakan isyarat bukan kata-kata. Komunikasi nonverbal
adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata itu sendiri. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang didapat dari
lingkungan sekitar yang keluar berupa isyarat dan itu mengartikan sesuatu.
Menurut Ruben & Stewart
(2005) komunikasi nonverbal memiliki beberapa saluran, yaitu paralanguage,
wajah dan gerakan tubuh (kinesics), sentuhan (haptics), penampilan fisik serta
proximity (jarak) dan chronemics (waktu).
Josep A. Devito (2011) pernah
mengungkapkan ada enam ciri dari komunikasi nonverbal sebagai berikut : (1)
pesan nonverbal bersifat komunikatif, (2) pesan nonverbal itu kontekstual, (3)
pesan nonverbal itu sebuah paket, (4) pesan nonverbal dapat dipercaya, (5)
pesan nonverbal dikendalikan oleh aturan, dan (6) pesan nonverbal bersifat
metakomunikasi.
Kami berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca. Namun, makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, dan masih
sangat perlu diperbaiki karena masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu penyusun dengan senang hati menerima
kritik dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki makalah ini agar lebih
baik lagi.
Nurudin. Ilmu Komunikasi. 2016. Jakarta: Rajawali Pers.
Wood, T. Julia. Komunikasi: Teori dan Praktik. 2013.
Jakarta: Salemba Humanika.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. 2010.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Samovar, Larry A. dan Richard E. Porter. 1991. Communication
Between Culture. Belmont, California: Wadsworth.
Jurnal PENERAPAN METODE
KOMUNIKASI NON VERBAL YANG DILAKUKAN GURU PADA ANAK-ANAK AUTIS DI YAYASAN
PELITA BUNDA THERAPY CENTER SAMARINDA oleh Prisca Octavia Della. Dipublikasikan tahun 2014. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.
Sekardjati, Ayu. Dia Jujur Gak Sih?. 2014. Yogyakarta:
Pinang Merah Publisher.
[1]
Julia T. Wood, Komunikas:i Teori dan Praktik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2013),
Hlm. 111-112
[2]Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010), hal.343
[3]Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Communication
Between Culture, (Belmont, California:Wadsworth, 1991), hal.179
[5]Prisca
Octavia Della, PENERAPAN METODE KOMUNIKASI NON VERBAL YANG DILAKUKAN GURU
PADA ANAK-ANAK AUTIS DI YAYASAN PELITA BUNDA THERAPY CENTER SAMARINDA,
(FakultasIlmuSosialdan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, 2014), hal.116-117
[6]Ayu Sekardjati, Dia Jujur Gak Sih?,
(Yogyakarta:Pinang Merah Publisher, 2014), Hal.47-50
[7]Nurudin, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal. 138-144
[8]
Nurudin, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal. 134-138
0 komentar:
Posting Komentar