Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI B] MASSA DAN EFEK DALAM PSIKOLOGI KOMUNIKASI



MASSA DAN EFEK DALAM PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Dibuat Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu Nikmah Rochmawati, M.Si

Description: Description: Description: Description: C:\Users\smart\Documents\logo.png

Disusun Oleh :

Prasasti Khairunisa F              (1607016055)
Maftuh Aqil Al-Fajri               (1607016060)
Raditya Krisna A                    (1607016084)
Isnaini Khoirin Nisa                (1607016087)


JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017



KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan segala Rahmat, Taufiq, dan Hidayah, serta inayahNya kepada kita semua. Sholawat serta salam juga kami haturkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi Komunikasi.            Ucapan terima kasih tidak lupa kamihaturkan kepada ibu Nikmah Rochmawati, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Komunikasi dan teman-teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal lain.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun memberikan manfaat untuk diri sendiri, teman-teman, serta orang lain.

Semarang, 24 Oktober 2017


Tim Penyusun












BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan sebuah media untuk saling bertukar informasi. Cara ini dikenal dengan istilah komunikasi. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan sebuah berita, saling bertukar informasi, mengajukan sebuah gagasan atau ide, maupun bersosialisasi dengan orang lain. komunikasi sendiri pun dapat dituangkan dalam berbagai bentuk media, seperti kata-kata, gambar, angka, tulisan, dan bahkan video.
Sebuah informasi dapat cepat tersampaikan kepada masyarakat luas melalui sebuah media yang disebut sebagai media massa. Media massa adalah sebuah channel atau tempat yang digunakan sebagai sarana dalam proses komunikasi massa. Media massa pun bermacam-macam, yaitu media cetak, media elektronik, dan media online. Keuntungan penyebaran informasi melalui media massa adalah keunggulannya dalam penyampaian informasi yang sama kepada khalayak ramai dalam waktu relative serentak. Laju perkembangan komunikasi massa begitu cepat dan memiliki nilai bobot tersendiri pada tiap sisi kehidupan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian Komunikasi Massa?
2.      Bagaimana Sejarah Penelitian Efek Komunikasi Massa?
3.      Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Orang Terhadap Media Massa?
4.      Bagaimana Efek Komunikasi Massa?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian komunikasi massa.
2.      Untuk mengetahui sejarah penelitian efek komunikasi massa.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa
4.      Untuk mengetahui efek dari komunikasi massa.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA
Kata Komunikasi berasal dari kata latin “communis” yang memiliki arti sama. Komunikasi mensyaratkan bahwa satu pikiran, satu makna dan satu pesan dianut sama yang merujuk pada berbagai hal dengan pengalaman, sehingga komunikasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang mengembangkan berbagai lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana penyiarannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu (Charles Cooley, 1909).
Sedangkan dalam pengertian Komunikasi Massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang melembagakan dan ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen (Dedy Mulyana, 2000). Maksudnya adalah salah satu jenis dari bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, bermacam-macam dan tanpa nama melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980: 10) : “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people” (Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1967) menulis, “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi Massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).  Maletzke (1963) menghimpun banyak definisi, salah satunya adalah, “A mass communication may be distinguished from other kinds of communication by the fact that it is addressed to a large cross-section of a population rather than only one or a few individuals or a special part of the population. It also makes the implicit assumption of some technical means of transmitting the communication in order that the communication may reach at the same time all the people forming the cross-section of the population” (Freidsow). (Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar supaya komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat).
Dari definisi diatas komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Perkataan “dapat” dalam definisi ini menekankan pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima komunikasi massa pada saat tertentu tidaklah esensial. Yang penting, seperti dikatakan Alexis S. Tan (1981; 73), “The communicator is a social organization capable of reproducing the message and sending it simultaneously to large number of people who are spatialy separated.” (Komunikator adalah organisasi sosial yang mampu mengulang pesan dan mengirimkannya secara bersamaan kepada sejumlah besar orang yang dipisahkan ruang dan tempat).
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi yang melalui media massa, seperti : Surat Kabar, Majalah, Radio, Televisi, dan Film.

B.     SEJARAH PENELITIAN EFEK KOMUNIKASI MASSA
Kisah The Invasion of Mars (Schramm, 1977:579)
Sampai tahun 1940, pasca Perang Dunia I, radio dimanfaatkan sebagai sarana propaganda perang. Ketakutan terhadap propaganda telah mendramatisasi efek media. Harold Laswell membuat dusertasinya tentang teknik-teknik propaganda pada Perang Dunia I. The Institute for Propaganda Analysis menganalisa teknik-teknik propaganda yang dipergunakan oleh pendeta radio Father Coughlin. Pada saat yang sama, behaviorisme dan psikologi instink sedang populer dikalangan ilmuwan. Dalam hubungan dengan media massa, keduanya melahirkan apa yang disebut Melvin DeFleur (1975) sebagai “instinctive S-R theory). Menurut teori ini, media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Karena teori ini mengasumsikan massa yang tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media massa, teori ini disebut juga “teori peluru” (bullet theory) atau “model jarum hipodermis” (Rakhmat, 1984), yang menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan jarum kebawah kulit pasien.
Pada tahun 1940-an, Carl I. Hovland melakukan beberapa penelitian eksperimental untuk menguji efek film terhadap tentara. Ia dan kawan-kawannya menemukan bahwa film hanya efektif dalam menyampaikan informasi, tetapi tidak dalam mengubah sikap. Cooper dan Jahooda meneliti pengaruh film “Mr.Biggot” yang ditujukan untuk menghilangkan prasangka rasial. Mereka menemukan bahwa persepsi selektif mengurangi efektivitas pesan. Serangan terbesar pada Model Peluru adalah penelitian Paul Lazarsfeld dkk dari Columbia University pada pemilu 1940.

C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI ORANG TERHADAP MEDIA MASSA
a.      Teori DeFleur dan Ball Rokeach tentang Pertemuan dengan Media
DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoretis, yaitu : Perspektif Perbedaan Individual, Perspektif Kategori Sosial, dan Perspektif Hubungan Sosial.
Perspektif Perbedaan Individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai potensi biologis. Pengalaman belajar, dan lingkungan yang  berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.
Perspektif Kategori Sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keyakinan beragama menampilkan kategori respons. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang hampir sama pula. Seperti Remaja akan membaca Majalah Gadis, atau Majalah tentang Fashion. Sedangkan Ibu-ibu akan membaca tentang Masak, atau Buku kerohanian.
Perspektif Hubungan Sosial menekankan pentingnya hubungan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Lazarfeld menyebutnya “pengaruh personal”. Perspektif ini tampak pada model “Two Step Flow of Communication”. Dalam model ini, infomasi bergerak melewati dua tahap. Pertama, informasi bergerak pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Kedua, informasi bergerak dari orang-orang itu disebut “pemuka pendapat” dan kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam informasi.
Secara singkat, berbagai faktor akan mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Faktor-faktor ini meliputi organisasi personal psikologis individu seperti : sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang pengalaman. Kelompok-kelompok sosial di mana individu menjadi anggota dan hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi. Seperti contoh penggunaan media. Diduga orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar, tetapi sering menonton televisi. Kaum Bisnis menyukai rubrik niaga dalam surat kabar atau majalah. Kelompok menengah cenderung menyukai acara pendidikan, berita, atau informasi.
b.      Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification.
Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch, Uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada  pola terpaan media yang berlainan (keterlibatan pada kegiatan lain), yang menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974:20). Rumusan asumsi-asumsi dasar teori ini :
1.      Khalayak dianggap aktif. Artinya, sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2.      Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3.      Media Massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
4.      Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5.      Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. (Blumler, dan Katz, 1974:22).
Model uses and gratification memandang individu sebagai makhluk suprasional dan sangat selektif. Model uses and gratification mempunyai keuntungan dan kerugian, yaitu :

Pendekatan Efek.                                    Pendekatan Uses and Gratification.
Relevasi Sosial.
Text Box: Keuntungan 

Memperhitungkan seluruh proses komunikasi
Minat pada karakteristik stimuli.
Memberikan deskripsi dinamis tentang khalayak.
Anggota khalayak tidak sepenuhnya pasif.
Menjelaskan penggunaan media.
Text Box: KerugianKhalayak sering dilukiskansebagai makhluk yang seluruhnya pasif dan mudah dimanipulasikan.
Pandangan mekanistis terhadap proses komunikasi terlali banyak menjelaskan efek dalam hubungannya dengan stimuli.
Stimuli tidak diperhitungkan; hanya model proses penerimaan saja

Terlalu melebih-lebihkan rasionalitas dan keaktifan anggota khalayak.
Menggunakan faktor-faktor mental (seperti motif mencari keterangan)

Untuk keberatan kelompok pertama, kita harus mengakui bahwa lingkungan eksternal amat memainkan pernanan yang amat penting dalam menentukan terpaan media. Kesempatan membaca surat kabar hanya ada bila ada agen surat kabar. Kita dapat menonton televisi bila siaran dapat diterima pada pesawat televisi kita. Walaupun demikian, ini tidak berarti bahwa faktor-faktor personal tidak mempengaruhi penggunaan media. Kita cenderung untuk menyukai media tertentu atau acara tertentu dari berbagai komunikasi massa yang ada.
Untuk keberatan kelompok kedua, yang menyatakan bahwa pemuasan yang diperoleh dari media terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan individu yang lebih mendesak, kita akan mengiyakan bila kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang sangat intens, misalnya kegagalan. Tentu saja dalam situasi seperti itu tidak mungkin siaran pembangunan dalam televisi atau halaman olahraga dalam surat kabar dapat memberikan pemuasan terhadap kebutuhan kita akan rasa tentram. Melihat begitu banyak orang yang secara setia membaca surat kabar, menonton televisi atau membaca novel, secara psikologis kita dapat menyimpulkan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam menggunakan media, betapapun kecilnya pemuasan yang dapat dilakukan media.
Untuk keberatan yang ketiga, kita dapat lebih dahulu membedakan antara faktor yang menentukan terpaan kita yang pertama pada surat kabar dan media lainnya, dan faktor-faktoe yang mempertahankan terpaan kita pada media tertentu setelah kita mengenalnya. Dalam menentukan terpaan pertaman, kita dapat beranggapan bahwa faktor lingkungan amat dominan, tetapi untuk melanjutkan terpaan itu diperlukan motif dan pemuasannya. Menurut teori behaviorisme “law of effect” perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi; artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita.
Jadi, jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Pada saat yang sama, kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa memberikan hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepia, dan media massa berfungsi sebagai sahabat. Tentu saja, hiburan, ketenangan, dan persahabatan dapat juga diperoleh dari sumber-sumber lain seperti kawan, hobi, atau tempat ibadah.
            Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
            Motif Kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Pada motif ini menurut McGuire terdapat beberapa teori, yaitu :
1.      Teori Konsistensi, memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi diantara beberapa kepercayaan yang dimilikinnya seperti antara (“merokok itu merusak kesehatan”) dan (“merokok itu membantu proses berfikir”). Dalam suasana konflik, manusia resah dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan sedapat mungkin mencari kompromi. Kompromi didapat dengan rasionaliasi (“Tetapi merokok yang saya isap sudah disaring filter”). Dalam hubungan ini, komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan kestabilan psikologis individdu. Tetapi, pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media. Karena melalui media massa orang menyelesaikan persoalan tanpa terhambat oleh gangguan seperti yang terjadi dalam komunikasi interpersonal.
2.      Teori Atribusi, merupakan proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56).  Media massa sering menyajikan kisah-kisah fiktif atau aktual yang menunjukkan bahwa yang jahat selalu kalah dan kebenaran selalu menang. Beberapa kelompok yang mempunyai keyakinan yang menyimpang dari norma yang luas dianut masyarakat akan memperoleh validasi dengan membaca majalah atau buku dari kelompoknya. Orang-orang lesbian atau homoseks yakin perilakunya bukanlah penyimpangan karena membaca buku dan majalah yang mendukungnya.
3.      Teori Kategorisasi, memandang manusia sebagai makluk yang selalu mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah dipersiapkannya. Untuk setiap peristiwa sudah disediakan tempat dalam prakonsepsi yang dimilikinya. Dengan cara itu individu menyederhanakan pengalaman, tetapi juga membantu mengkoding pengalaman dengan cepat. Pandangan pada teori ini  menunjukkan bahwa isi komunikasi massa, yang disusun berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang ada.
4.      Teori Objektifikasi,memandang manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak berpikir, yang selalu mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu. Teori ini menyatakan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak. Seperti, kita menyimpulkan bahwa kita menyenangi satu acara radio karena kita selalu mendengarkannya.
Keempat teori diatas (Konsistensi, Atribusi, Kategorisasi, dan Objektifikasi) menekankan aspek kognitif dari kebutuhan manusia, yang bertitik tolak dari indivdu sebagai makhluk yang memelihara stabilitas psikologisnya.
Empat teori selanjutnya (Otonomi, Stimulasi, Teori Teleologis, dan Utilitarian) melukiskan individu sebagai makhluk yang berusaha mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya.
1.      Teori Otonomi, yang dikembangkan oleh psikolog-psikolog mazhab humanistik, melihat manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom. Secara sepintas, komunikasi massa tampaknya sedikit sekali memuaskan kebutuhan humanistik ini. Acara televisi atau isi surat kabar tidak banyak membantu khalayak untuk menjadi orang yang mampu mengendalikan nasibnya. Tetapi, dengan mengikuti peristiwa-peristiwa yang aktual yang terjadi di seluruh dunia, orang mungkin merasa ikut serta dan terlibat dalam hal-hal yang lebih besar daripada dirinya.
2.      Teori Stimulasi, memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Hasrat ingin tahu, kebutuhan untuk mendapat rangsangan emosional, dan keinginan untuk menghindari kebosanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Komunikasi massa menyajikan hal-hal baru, yang aneh, yang spektakuler, yang menjangkau pengalaman-pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari.
3.      Teori Teleologis, memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dikehendaki. Teori ini menggunakan computer sebagai analogi Otak. Dalam kerangka teori ini media massa merupakan sumber pemuasan kebutuhan yang subur. Isi media massa sering memperkokoh moralitas konvensional dan menunjukkan bahwa orang yang berpegang teguh kepada-Nya memperoleh ganjaran dalam hidupnya
4.      Teori Utilitarian, memandang individu sebagai orang yang memperlakukan situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau ketrampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup. Dalam teori ini, hidup dipandang sebagai satu medan yang penuh tantangan, tetapi juga yang dapat diatasi dengan informasiyang relevan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa banyak orang yang memperoleh informasi dari media massa.
Motif Afektif dan Gratifikasi Media
Teori yang berkenaan dengan motif afeksi yang ditandai dengan kondisi perasaan atau dinamika yang menggerakan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu.
1.      Teori Reduksi Tegangan, memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Orang berusaha menghilangkan atau mengurangi tegangan dengan cara mengungkapkannya. Menurut kerangka teori ini, komunikasi massa menyalurkan kecenderungan destruktif manusia dengan menyajikan peristiwa-peristiwa kekerasan. Film kekerasan di televise dianggap bermanfaat, karena membatu orang melepaskan kecenderungan agresifnya.
2.      Teori Ekspresif, menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya – menampakkan perasaan dan keyakinannya. Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi. Media massa bukan saja membantu orang untuk mengembangkan sikap tertentu, tetapi juga menyajikan berbagai macam permainan untuk ekspresi diri.
3.      Teori Ego-Defensif, beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Teori ini memberikan penjelasan mengapa terjadi perhatian selektif dan pemberian makna terhadap pesan komunikasi yang mengalami distorsi. Kita memperoleh informassi dari media massa untuk membangun konsep diri kita, pandangan dunia kita, dan pandangan kita tentang sifat-sifat manusia dan hubungan social. Bila kita telah merumuskan konsep-konsep tersebut, komunikasi massa membantu meperkokoh konsep itu. Pada saat citra diri mengalami kerusakan, media massa dapat mengalihkan perhatian kita dari kecemasan kita. Dengan demikian komunikasi massa memberikan bantuan dalam melakukan teknik pertahanan ego.
4.      Teori Peneguhan, memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu. Menurut teori ini, orang menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan, dan sebagainya. Menurut teori peneguhan, hal-hal netral yang dikaitkan dengan hal-hal yang menyenangkan menjadi stimuli yang menyenangkan juga.
5.      Teori Penonjolan (Assertion), memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinyauntuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan orang lain. Dalam konsepsi Adler, manusia bergerak karena didorong keinginan berkuasa. Teori penonjolan menekankan motif agresi dan berkuasa memang tidak terlalu berhasil dapat dipuaskan komunikasi massa.
6.      Teori Afiliasi (Affiliation), memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Ia ingin memelihara hubungan baik dalam hubungan interpersonal dengan saling membantu dan saling mencintai.  
7.      Teori Identifikasi, melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep dirinya.
8.      Teori Peniruan (Modelling), hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang mengembangkan kemampuan afektifnya. Dalam teori ini, individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya. Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru khalayak.

D.    EFEK KOMUNIKASI MASSA
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Inilah yang disebut dengn efek komunikasi massa.
Onong Uchaya Effendi (2006), mengemukakan efek komunikasi massa adalah:
1.      Efek Kognitif, efek ini bersifat informative. Misalnya saja adalah bagaimana seseorang mendapat informasi atau gambaran dari media tentang tempat yang belum pernah dikunjungi.
2.      Efek Konatif. Efek ini berakibat pada tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh seseorang setelah menerima informasi dari media massa.
3.      Efek Afektif. Efek ini melibatkan tentang perasaan atau factor psikologis seseorang.
Diakui atau tidak, proses materi dan bentuk dari komunikasi massa telah banyak menimbulkan pergeseran nilai serta mengubah dan mempengaruhi pola pikir dan perilaku hidup kita. Misalnya, jadwal penayangan infotaiment dan sinetron televisi di sore hari, yang seharusnya penonton sibuk untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, tetapi waktunya tersita untuk menikmati acara tersebut. Dari contoh tersebut terbukti bahwa media massa dan elektronika khususnya telah mengubah perilaku hidup kita, yang sebelumnya telah menjadi kebiasaan/rutinitas. Sehingga proses penyampaian pesan atau infoemasi dari media komunikasi massa diharapkan harus sesuai sasaran, bila proses penyampaian tersebut hanya mementingkan aspek komersial saja, tidak akan ada perubahan kemajuan, tetapi sebaliknya hanya berakibat pada kemunduran, khususnya kemunduran moral bangsa.
Demkian juga dengan internet yang kehadirannya kemudian disusul dengan website pornografi, emailm bahkan juga fitur chatting yang dibelokkan menjadi cybersex. Dari adanya perkembangan teknologi baru, pornografi turut menyertainya, tak terkecuali telepon seluler (HP) yang bukan hanya untuk sekedar gensi, namun juga sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat pada umumnya. Telepon Seluler yang menjadi alat komunikasi andalan saat ini juga tidak luput dari sentuhan pornografi, terlebih setelah muncul ponsol serba bisa yang dilengkapi dengan kamera dan fitur-fitur canggih. Kini dengan alat komunikasi mini tersebut, orang bebas menikmati fitur maupun layanan informasi yang dibituhkan, atau hanya untuk berfantasi maupun akses internet.
Namun demikian, di sisi lain dari meluasnya media komunikasi media massa juga memiliki dampak positifnya yang berguna bagi kemashlahatan umum. Misalnya, dengan kecanggihan teknologi komunikasi saat ini, kita dapat berkomunikasi dengan internet melalui jaringan komputer maupun akses melalui HP, sehingga kita dapat mengetahui informasi aktual dengan cepat dan mudah dari komunikator yang berbeda di dalam dan luar negeri.
Selain itu di bidang industri juga telah mengalami perkembangan pesat, karena oleh sistem komunikasi telah mempunyai dasar yang kuat. Kemajuan tersebut telah tercatat dalam pengembangan media massa dan dapat di saksikan pada semakin pesatnya pertumbuhan industri komunikasi yaitu periklanan, marketing research, dan pertumbuhan usaha-usaha hubungan masyarakat dari segi sosial ekonomi. Dan tidak dapat terpungkiri pula, bahwa terdapat hubungan timbal balik antara pengembangan medua massa dengan kemajuan ekonomi serta industrialisasi.
Kita boleh takjub dengan seluruh perkembangan media komunikasi massa yang ada, tetapi kita harus tetap mengambil sikap kritis pada setiap kemajuan yang terjadi dalam media massa atau segala apaun dalam komunikasi massa.










BAB III
PENUTUP

Manusia adalah makhluk sosiallis yang membutuhkan individu lain untuk saling ber interaksi serta membutuhkan sebuah media untuk saling bertukar informasi. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dengan adanya Media massa sebagai sebuah channel atau tempat yang digunakan sebagai sarana dalam proses komunikasi massa yang memudahkan kita mencari informasi sebanyak mungkin.  




















DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Jalaluddin. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ira Setiawati. 2008. Peran Komunikasi Dalam Perubahan Budaya Dan Perilaku Masyarakat (The Role of Mass Communication in Culture Change and Society Behaviour). Semarang: Vol.3 No.2 Desember 2008: 44-55

Hasyim Ali Imran. 2012. Media Massa, Khalayak Media, The Audience Theory, Efek Isi Media dan Fenomena Diskrusif (Sebuah Tinjauan dengan Kasus pada Surat Kabar Rakyat Merdeka). Jakarta: Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Vol. 16 No.1 (Januari – Juni 2012)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_Massa, diakses pada senin 23 Oktober 2017, pukul 11.43
Fatma Laili Khorunnisa. 2014. Persuasi Dalam Media Komunikasi Massa. Kudus: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam. Vol.2 No.2 (Juli-Desember 2014)

 Download file di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...