Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI B] KREATIVITAS

KREATIVITAS
Disusun guna memenuhi tugas makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Nikmah Rochmawati
logo uin.png
Disusun Oleh:
Vira Aulia Rahmah                             (1607016078)
Khuswatun Nur Khasanah      (1607016082)



PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017


KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan segala Rahmat, Taufiq, dan Hidayah, serta inayahNya kepada kita semua. Sholawat serta salam juga kami haturkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Ucapan terima kasih tidak lupa kamihaturkan kepada Ibu Nikmah Rochmawati selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan dan teman-teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal lain.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun memberikan manfaat untuk diri sendiri, teman-teman, serta orang lain.

Semarang, 22 November 2017

Tim Penyusun








DAFTAR ISI


Judul                                                                                                                                                                                                   i
Kata Pengantar                                                                                                                                                                                   ii
Daftar Isi                                                                                                                                                                                             iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                                                                                                                                                            1
1.2  Rumusan Masalah                                                                                                                                                 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas.......                                                                                                                                    2
2.2 Bentuk-bentuk Kreativitas............                                                                                                                        3
2.3 Mengembangkan Kreativitas..............................                                                                           4
2.4 Lingkungan yang Mengembangkan Kreativitas                                                                           5
2.5 Kendala-kendal dalam Mengembangkan Kreativitas                                                                   8

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan                                                                                                                                                                                        11
Daftar Pustaka                                                                                                                                                                                    12










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam masa sekarang dengan kemajuan dan perubahan yang begitu cepat dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, pendidik tak mungkin dapat meramalkan dengan tepat macam pengetahuan apa yang akan dibutuhkan seorang anak lewat sepuluh tahun atau lebih untuk dapat menghadapi masalah-masalah kehidupan apabila ia dewasa. Apa yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah mengembangkan sikap dan kemampuan anak didiknya yang dapat membantu untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa mendatang secara kreatif dan inventif. Menjejalkan bahan pengetahuan semata-mata tak akan banyak menolong anak didik, karena belum tentu di masa mendatang ia dapat menggunakan informasi tersebut. Namun apa yang kita amati dalam masyarakat kita dewasa ini ialah, sebagai mana ditekankan oleh Parnes (1963), kita menerima begitu banyak intruksi bagaimana melakukan sesuatu disekolah, dirumah, dan di dalam pekerjaan sehingga kebanyakan dari kita kehilangan hampir setiap kesmepatan untuk kreatif. Kemampuan kreatif seseorang sering begitu ditekan oleh pendidikan dan pengalamannya sehingga ia tidak dapat mengenali potensi sepenuhnya, apalagi mewujudkannya.  Pendidikan dapat melakukan banyak untuk memebantu seseorang mencapai perwujudan dari sepenuhnya, apapun tingkat kapasitas pembawaannya.
1.2  Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian Kreativitas?
2)      Apa saja bentuk-bentuk kreativitas itu?
3)      Bagaimana cara mengembangkan kreativitas itu?
4)      Lingkungan yang seperti apa yang menunjang perkembangan kreativitas?
5)      Apa saja kendala-kendala dalam mengembangkan kreativitas?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas
Semakin kita mencari definisi kreativitas, kita akan mengalami kesulitan. Karena, bila orang          kreatif ditanya mengenai makna kreativitas, dia mampu mengemukakan pandangan kreatifnya sendiri. Kemampuan kreatifnya atau kemanpuan berpikir kreatifnya itu, akan menyebabkan individu kreatif itu mampu melahirkan idea atau gagasan baru atau gagasan kreatif mengenai sesuatu hal yang tengah dibicarakannya itu sendiri.
            Kendati demikian, demi kebutuhan kita memahami pengantar atau makna-makna dasar dari kreativitas, kita dapat melihat, membaca, memperhatikan, atau merujuk pada pemahaman yang sudah ada saat ini. Tanpa harus terpakau dengan definisi yang ada, kita dapat memahami definisi-definisi dari para ahli bidang apa pun, untuk dijadikan landasan dalam merumuskan pemaknaan kreatif sendiri.
            Berdasarkan pertimbangan itu, kita dapat melihat pemaknaan terhadap kreatifitas itu sangat beragam. Tetapi, bila disederhanakan, dan ini pun, sesungguhnya tidak tepat untuk dilakukan, kita dapat melihat kreatifitas itu ke dalam empat aspek.
            Pertama, kreatifitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi (power) yang ada dalam diri individu. Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Dalam kaitan ini, kita dapat merujuk ada salah satu pendapat mengenai kreatifitas. John Adlair mengatakan bahwa “Creativity is the faculty of mind and spirit that enables us to bring into existence, ostensibly out of nothing, something of use, order, beauty or significance.”
            Kedua, kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses. Kreativitas adalah proses mengelola informasi, melakukan sesuatu atau membuat sesuatu. Kreativitas adalah proses.
            Dalam kamus, kreativitas diartikan “involving the use of skill and the imagination to produce something new or a work of art”. Kreativitas yaitu melibatkan penggunaan keterampilan dan imajinasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau sebuah karya seni.
            Ketiga, kreativitas adalah sebuah produk. Penilaian orang lain, terhadap kreativitas seseorang, akan dikaitkan dengan produknya. Maksud dari produk ini, bisa dalam pengertian produk pemikiran (ide), karya tulis, atau produk dalam pengertian barang.
            Keempat, kreatifitas dimaknai sebagai person. Kreatif ini, tidak dialamatkan pada produknya, pada prosesnya, atau pada energinya. Kreatifitas dimaknakan pada individunya.
Berdasarkan informasi itu, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan orisinal untuk memecahkan masalah. Definisi ini, secara tidak langsung, ingin mengacunya pada pendekatan system mengenai kreativitas.[1]
Secara etimologis, istilah kreatif berasal dari bahasa Latin. Kata kreatif sering disinonimkan dengan fantasi, imajinasi, orisinal, inventif, intuisi, estetis, dan lain sebagainya. Namun dalam perjalanan sejarah, semua istilah tersebut mengalami pergeseran makna, sehingga kurang tepat untuk menggambarkan penegertian dari kreatif.
     Istilah kreatif, sekalipun tidak terlepas dari berbagai efek negative dengan perkembangan masyarakat yang cenderung rasionalis, tetap tidak cukup kuat untuk menyingkirkan makna kreativitas yang sejati. Selain masih dinilai makna sinonim dengan inventif yang kaya dengan perasaan, baik yang spontan maupun iluminatif, istilah kreatif juga dipandang melampaui fantasi maupun imajinasi serta mencakup seni maupun ilmu, tidak memusuhi rasio, tidak bertentangan dengan estetik. Singkatnya, istilah kreatif masih bernilai serius dan agung.[2]
Ditinjau dari aspek kehidupan mana pun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa saat ini kita semua terlibat dalam ancaman maut akan hidup. Kita menghadapi macam-macam tantangan, baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik, maupun dalam bidang budaya sosial.[3]
2.2 Bentuk-bentuk Kreativitas
Meminjam pandangan Boden, kreativitas itu dapat lahir dalam beberapa bentuk. Tetapi pada umumnya, bentuk kreativitas itu lahir dalam tiga bentuk.
Pertama, kreativitas lahir dalam bentuk kombinasi. Orang kreatif adalah mengombinasikan bahan-bahan dasar yang sudah ada, baik itu ide, gagasan atau produk, sehingga kemudian melahirkan hal yang baru (novelty).
Kedua, kreativitas lahir dalam bentuk eksplorasi. Bentuk ini, berupaya melahirkan sesuatu yang baru, dari sesuatu yang belum tampak sebelumnya. Seperti halnya, Thomas A. Edison menemukan listrik, atau Newton menemukan teori gravitasi. Mereka itu, dikategorikan kreatif karena mampu mengeksplorasi hal-hal baru.
Ketiga, yaitu transformasional. Mengubah dari gagasan kepada sebuah tindakan praktis, atau dari kultur pada struktur, dari struktur pada kultur, dari fase pada fase lainnya. Kreativitas lahir, karena mampu menduplikasi atau mentransformasi pemikiran ke dalam bentuk yang baru.[4]
2.3 Mengembangkan Kreativitas
Lingkungan yang membimbing kondisi kreatif, dapat muncul ketika individu merasa bebas dari tekanan, aman dan positif (Claxton, 1998). Iklim tersebut sangat berpengaruh pada perancangan pembelajaran. Perancang pembelajaran akan menjadi kreatif terutama ketika tugas mereka cukup menarik, memotivasi dan menantang dan disertai dengan hadirnya perasaan aman. Iklim yang ada juga harus memberi kesempatan pendidik untuk mengeksplorasi kreativitas, dalam membentuk cara mengatasi penghalang, menghasilkan gagasan, mengidentifikasi peluang, membuat penilaian, eksperimen, menggunakan trial and error. Semua hal tersebut jelas melatih kreativitas, karena sebagai human being, kita sebenarnya adalah creative being. Ketika kita tidak menciptakan, kita tidak tumbuh dan belajar. Terdapat sejumlah aspek yang berbeda, dalam perancangan pembelajaran :
1.    Inovasi pribadi sebagai tindakan kreatif. Inovasi bukan hanya merupakan sesuatu yang secara umum diketahui sebagai hal baru, tetapi sesuatu yang baru bagi individu, atau tentang transfer dan adaptasi gagasan dari satu konteks ke konteks lainnya.
2.    Kreativitas sebagai kerja yang mampu melewati batasan-batasan kemampuan menerima di dalam konteks khusus: Termasuk di dalamnya mengambil resiko.
3.    Kreativitas sebagai disain yang mempromosikan gagasan menyeluruh dari keberhasilan. Kemampuan untuk menghubungkan dan untuk melakukan sesuatu dengan segala sesuatu yang telah dipelajari, serta menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang lain.
4.    Kreativitas sebagai jalan akal keluar dari kompleksitas.
5.    McGoldrick (2002), dari penelitiannya, mengemukakan bahwa ada kondisi-kondisi tertentu yang merangsang kreativitas di dalam proses perancangan, yaitu, pengetahuan tentang disiplin tertentu, gairah terhadap disiplin tersebut, minat pada siswa dan pembelajaran, serta masalah-masalah yang ada.
Sejak 1993, Torrance menyatakan bahwa kreativitas adalah salah satu unsur penting yang akan memungkinkan perubahan institusi pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, Freire dan Macedo menyatakan bahwa sebagai bagian eksklusif dimensi sosial, politis dan budaya dari pembelajaran dan praktek, akan timbul ideologi reproduksi kultural yang menghasilkan guru tidak terampil dan tidak kritis, tanpa banyak pikiran mandiri (Freire& Macedo, 1998). Jika pendidikan berfungsi untuk mempromosikan kreativitas, maka harus mencerminkan kenyataan tentang para siswanya, mendiskusikan bagaimana kenyataan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas, seperti halnya terlibat dalam aktivitas yang mendorong kreativitas. Anderson (1990) mengeksplorasi lebih lanjut pentingnya kreativitas dalam pendidikan, dengan mendukung bahwa pengalaman siswa seharusnya meliputi kesempatan untuk menemukan potensi seseorang dan mencapai tingkat yang lebih tinggi dari ekspresi kreatif. Hal tersebut dapat terjadi tergantung pada perancangan pembelajaran dan komitmen staff akademis untuk memelihara pengembangannya di dalam ruang kelas.[5]
2.4 Lingkungan yang Mendukung Perkembangan Kreativitas
Dalam membantu anak mewujudkan kreativitasnya, anak perlu di latih dalam ketrampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan di beri kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Pendidik terutama orang tua perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan ketrampilan kreatif anak serta sarana prasarana. Tetapi itu tidak cukup. Disamping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrinsik pada anak. Minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam dirinya sendiri, atas keinginannya sendiri.[6]


1.      Lingkungan Keluarga
Banyak anak yang mempunyai potensi intelektual dan kreativitas tinggi tidak berprestasi sesuai dengan potensi unggulnya karena kurang motivasi untuk belajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan di upayakan adalah:
a.       Ajarkan anak untuk mengharapkan keberhasilan. Jika orangtua mengharapkan lebih banyak dari anak, anak juga akan mengharapkan lebih banyak dari dirinya sendiri.
b.      Sesuaikan pendidikan anak dengan minat dan gaya belajarnya. Anak tidak termotivasi untuk belajar jika tidak ada hubungan antara bahan pelajaran dan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Bahan pelajaran baru benar-benar dipelajari jika siswa mengalaminya sebagai sesuatu yang berarti.
c.       Anak harus belajar bahwa diperlukan keuletan untuk mencapai tujuan. Anak harus belajar tidak hanya untuk melakukan hal-hal yang mudah dan yang disukai, tetapi juga kegiatan yang memaksa mereka bekerja sekuat tenaga. Anak harus belajar untuk  tekun melanjutkan meskipun sulit. Dengan demikian mereka sebagai orang dewasa dapat bertahan dari rasa frustasi dan pekerjaan yang mungkin kurang menantang.
d.      Anak harus belajar menghadapi kegagalan. Keberhasilan akan dicapai anak jika ia belajar menerima kegagalan sebagai tntangan untuk terus melanjutkan. Jona Salk sebelum menemukan vaksin untuk polio menghabiskan 98% ari waktunya untuk melakukan tes yang tidak berhasil, namun ia pantang mundur. Kegagalan menyebabkan perasaan sedih, takut, dan marah, tetapu untuk dapat berprestasi baik anak harus belajar menerima perasaan-perasaan itu, dan tetap berusaha sampai akhirnya berhasil.
Dalam lingkungan keluarga, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas seorang anak, diantaranya adalah:
a.       Kebebasan. Orangtua yang percaya untuk memberikan kebebasan anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mengawasi anak, dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. Mereka juga tidak terlalu cemas mengenai anak mereka.
b.      Respek. Anak yang kreatif biasanya mempunyai orangtua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan anak. Anak-anak ini secara alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu yang orisinil.
c.       Kedekatan emosi yang sedang. Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosi yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurang memberikan kebebasan kepada anak untuk tidak bergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat atau minat. Anak perlu merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi tetap tidak terlalu bergantung pada orang tuanya.
d.      Prestasi, bukan angka. Orangtua anak kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik.
e.       Orangtua aktif dan mandiri. Orang tua anak yang kretaif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak mempedulikan status sosial, dan tidak terlalu terpengaruhi oleh tuntutan sosial. Mereka juga amat kompeten dan mempunyai banyak minat, baik di dalam maupun di luar rumah.
f.       Menghargai kreativitas. Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif. [7]
2.      Lingkungan Sekolah
Semua anak disekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya siswa berbakat. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu pembentukan nilai moral, nilai sosial memilihkan pengalaman belajar, menentukan metode atau strategi mengajar, dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi ssiswa. Guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada prestasi pendidikan anak tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umumnya. Guru dapat melumpuhkan rasa ingin tahu alamiah, merusak motivasi, harga diri, dan kreativitas anak. Bahkan guru-guru yang sangat baik dapat mempengaruhi anak lebihi kuat daripada orang tua karena guru punya lebih banyak kesempatan untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak daripada orangtua. Cara yang paling baik guru untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intrinsik. Semua anak harus belajar semua bidang ketrampilan di sekolah, dan banyak anak memperoleh ketrampilan kreati melalui model-model perpikir dan bekerja kreatif. Motivasi intrinsik akan tumbuh jika guru memungkinkan anak untuk bisa otonom sampai batas tertentu di kelas. Seorang guru yang mendorong otonomi anak menggunakan pendekatan memberi gagasan, saran, dan bimbingan, tetapi tidak memberikan jawaban dan petunju eksplisit dan hasilnya anak akan menjadi sangat kreatif. Guru memberikan banyak materi dan dorongan kepada anak untuk bekerja sama bila mungkin dan perlu, tetapi menekankan bahwa setiap anak mempunyai bakat dan kekuatannya sendiri-sendiri.
Pada umumnya, kelas yang terbuka mempunyai struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap siswa, dan lebih banyak perhatian individual. Pembelajaran yang diindividualkan didasarkan paa minat dan pengaaman unik siswa. Disamping itu, ruang kelas hendaknya merangsang secara visual, tanpa mengganggu perhatian, misalnya diisi dengan berbagai hasil karya siswa, misalnya lukisan, foto, kenangan, patung, dan karya-karya lain.[8]
2.5 Kendala-kendala dalam mengembangkan kreativitas
Sumber kendala itu dapat bersifat internal, yaitu berasal dari individu itu sendiri, dan dapat bersifat eksternal, yaitu terletak pada llingkungan individu baik lingkungan makro (kebuayaan masyarakat) maupun lingkungan mikro (keluarga, sekolah, teman sebaya).
Kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif dapat digolongkan menjadi kendala historis, biologis, fisiologis, dan sosiologis (Shallcross,1985).
1.    Kendala historis
Ditinjau secara historis ada kurun waktu tertentu yang merupakan puncak kejayaan kreativitas. Sebaliknya dikenal pula kurun waktu yang tidak menunjang bahkan menghambat pengembangan kreativitas perorangan maupun kelompok. Shallcross mencontohkan bahwa di dunia Barat kehidupan pada zaman Victoria tidak memberikan banyak kebebasan berperilaku, termasuk pemikiran anggota masyarakatnya. 
2.    Kendala Biologis
Dari sudut tinjau biologis, beberapa pakar menekankan bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri herediter, sementara pakar lainnya percaya bahwa lingkunganlah menjadi faktor penentu utama. Harus diakui bahwa gen yang diwarisi berperan dalam menentukan batas-batas intelegensi dan kreativitas. Faktor pembawaan dapat di ilustrasikan dengan kendi yang formatnya bermacam-macam, mulai dari yang kecil sampai dengan yang besar. Format kendi merupakan potensi individu. Ada yang dilahirkan dengan potensi intelegensi dan kreativitas yang terbatas (kendi kecil), sebagian besar orang memiliki potensi rata-rata (kendi sedang), dan ada sebagian orang yang mewarisi potensi luar biasa (kendi besar)
3.    Kendala Fisiologis
Seseorang dapat mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan otak yang disebabkan penyakit atau kecelakaan. Kemungkikan lain seseorang menyandang salah satu kelainan fisik yang menghambatnya untuk mengungkapkan kreativitas.
4.    Kendala Sosiologis
Lingkungan sosial memiliki dampak terhadap ungkapan kreatif kita. Setiap masyarakat mempunyai nilai, norma, dan tradisi tertentu, kegiatan, minat, dan perilaku kolektif. Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menentuka kemampuan kita untuk menggunakan potensi kreatif dan untuk mengungkapkan keunikan kita. Ungkapan kreatif melinatkan resiko pribadi. Sering seseorang mundur dari pernyataan pikiran atau pendapat agar saling diterima.
5.    Kendala Psikologis
Kendala yang paling utama dan penting mendapat perhatian pendidik adalah kendala psikologis terhadap perilaku kreatif. Kendala dapat dirumuskan sebagai faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran, yang dalam hal ini menghambat perilaku kreatif.


6.    Kendala Diri Sendiri
Faktor-faktor internal yang dapat menghambat perilaku kreatif diantaranya adalah pengaruh kebiasaan atau pembiasaan, perkiraan harapan orang lain, kurangnya usaha dan kemalasan mental, menentukan sendiri batas-batas yang dalam kenyataan tidak ada dan yang menghambat kinerja kreatif kita, dan kekauan dan ketidaklenturan dalam berpikir.
Disamping itu, kendala lainnya adalah bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar, penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebihan.[9]






















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

























DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tabrani, Primadi. 2006. Kreativitas dan Humanitas. Yogyakarta: Jalasutra.
Momon Sudarman. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Imam Setyawan. Jurnal Volume 3 No.2. Pembelajaran Pendidikan Tinggi dan Pengembangan Kreativitas. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.




[1] Momon Sudarman. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm: 17
[2] Primadi Tabrani. 2006. Kreativitas dan Humanitas.Yogyakarta: Jalasutra. Hlm: 15
[3] Utami Munandar.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta. Hal.6
[4] Momon Sudarman. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm: 25
[5] Imam Setyawan. Jurnal Pembelajaran Pendidikan Tinggi dan Pengembangan Kreativitas. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang:2006
[6] Utami Munandar.1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.110
[7] Utami Munandar. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.132.134
[8] Utami Munandar. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.144-160
[9]  Utami Munandar. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.132.134

Download file di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...