OPINI PUBLIK DALAM BINGKAI PSIKOLOGI KOMUNIKASI
DisusunGunaMemenuhiTugas
Mata Kuliah : Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu : Nikmah Rahmawati.,M.Si
DisusunOleh :
Rise Esa Syahfiar ( 1607016001 )
Vino Riska Pangesti ( 1607016003 )
Frasiska Luviana Dewi ( 1607016008 )
Zulfa Sa’adatul Izzah ( 1607016012 )
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Negara kita Indonesia
merupakan Negara demokrasi, dimana semua orang bebas berpendapat, beropini
untuk menyampaikan gagasan-gagasannya yang terbaik untuk kemajuan Negara
mengenai hal-hal tertentu. Kemudian jadilah pendapat-pendapat tersebut menjadi
opini publik. Istilah opini publik berasal dari bahasa Inggris Public
Opinionsesuai dengan kata asalnya opini dan publik. Opini merupakan
pendapat dari seseorang mengenai hal tertentu, sedangkan publik merupakan
sekumpulan banyak orang atau umum. Yang nanti akan dibahas lebih mendalam lagi
dalam makalah ini.
Melihat begitu bebas dan leluasanya masyarakat Indonesia untuk
berpendapat, maka kelompok kami tertarik untuk mengetahui seluk beluk tentang
opini publik, bentuk-bentuk opini publik. Bagaimana proses pembnukan opini
publik jika ditinjau dari sudut psikologi komunikasi. Oleh karena itu kelompok
kami mengambil judul makalah “ Opini Publik dalam Bingkai Psikologi
Komunikasi”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah Opini Publik itu?
2.
Bagaimana Teori dan Proses Terjadinya Opini Publik dalam prespektif
psikologi komunikasi?
3.
Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan opini publik
dalam prespektif psikologi komunikasi?
4.
Apa saja macam-macam opini publik?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Seksistensi
dan Esensi opini publik
Secara umum opini bisa dikatakan sebagai pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan tertentu terhadap perspektif dan
ideologi. Akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan
pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang
sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta
tidak dapat langsung ditentukan.
Secara psikologis publik berarti sekelompok orang yang menaruh perhatian
terhadap satu masalah yang sama.
Istilah Opini Publik sendiri diserap
secara utuh dari bahasa Inggris-public opinion, yang kemudian
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Opini Publik atau public
opinion sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan
politik mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan
Amerika Serikat. Pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan politik dan
komunikasi politik ketika Alquin menyerukan, “vox populi, vox dei” (suara rakyat adalah
suara Tuhan).Anwar
Arifin (1998:119).
Berdasarkan Etimologi (Etymology : ilmu tentang asal kata) Opini publik
adalah terjemahan dari kosa kata bahasa Ingris yakni public opinion. Ditinjau dari sudut asal katanya
(Etymology) Public Opinion berasal dari bahasa latin yakni opinari dan publicus. Adapun Opinary berarti berfikir atau menduga. Dalam
bahasa inggris juga menandung arti option
and hope yang juga berasal dari
bahasa latin yaitu optio. sedangkan publicus mempunyai arti
milik masyarakat luas.
Sementara ilmu psikologi mendefinisikan opini publik sebagai
penjelmaan dari pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal, kejadian, pikiran,
yang diterima sebagai pikiran umum.
Pengertian opini publik adalah sikap seseorang mengenai suatu hal,
dimana mereka merupakan anggota sebuah masyarakat yang sama, sehingga opini
publik berhubungan dengan sikap manusia, baik sikap secara pribadi maupun sikap
manusia secara kelompok. Sikap manusia itu sendiri ditentukan berdasarkan atas
pengalaman yang terjadi pada manusia atau kelompok tersebut. Opini publik
tersebut akan menguat apabila dibarengi dengan beberapa opini kelompok sehingga
opini publik dapat bergerak.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, Anwar Arifin
menyimpulkan bahwa opini publik memiliki paling kurang tiga unsur. Pertama,
harus ada issu yang faktual, penting dan menyangkut pribadi kebanyakan orang
dalam masyarakat atau kepentingan umum yang didiarkan melalui media massa. Kedua,
harus da sejumlah orang yang mendiskusikan issu tersebut, yang kemudian
menghasilkan kata sepakat mengenai sikap, pendapat, dan pandangan mereka.
Ketiga, selanjutnya pendapat mereka itu diekspresikan dalam bentul lisan,
tulisan, dan gerak-gerak. Anwar Arifin (1998:119-120).
B.
Karakteristik Opini Publik
Floyd Allport (1954: 55-56) mengumpulkan 12 karakteristik opini
publlik. Secara ringkas, pokok-pokok karakteristik itu adalah:
1.
Opini publik merupakan manusia individu-individu
2.
Dinyatakan secara verbal
3.
Melibatkan banyak individu
4.
Situasi dan objeknya dikenal secara luas
5.
Penting untuk orang banyak
6.
Pendukungnya berbuat atau bersedia untuknya
7.
Disadari
8.
Diekspresikan
9.
Penduduknya tidak mesti berada pada tempat yang sama
10.
Bersifat menantang atau mendukung sesuatu
11.
Mengandung unsur unsur pertentangan
12.
Efektif untuk mencapai objektivitas
Disamping itu ithel de sola pool (1973:783) mengemukakan bahwa pada
dasarnya opini publik memiliki sekurang-kurangnya satu diantara 3 keharusan
atau memiliki ketiga-tiganya, yaitu (1)
diekspresikan secara umum (2) menyangkut kepentingan umum (3) dimiliki
oleh orang banyak.
Lebih jauh, Hendley Cantril (Gaughing Public Opinion) dalam
Anwar Arifin (1998:119-120) dari lembaga penelitian Opini Publik dari
Universitas Princeton mengumpulkan prinsip-prinsip pembawaan Opini Publik
selama pengalamannya dalam bidang pengukuran Opini Publik dari tahun 1939
sampai 1941. Prinsip tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Opini Publik sangat peka (goveling) terhadap
peristiwa-peristiwa penting
2.
Peristiwa yang bersifat luar biasa dapat menggeser Opini Publik
seketika dari suatu ekstermis yang satu ke ekstermis lain. Opini Publik itu
baru akan mencapai stabilitasnya apabila kejadian dari peristiwa itu
memperlihatkan garis-garis besar yang jelas
3.
Pendapat pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh
peristiwa-peristiwa daripada oleh kata-kata, kecuali kata-kata tersebut
merupakan suatu peristiwa
4.
Pernyataan lisan dan garis-garis tindakan merupakan hal yang amat
penting pada saat opini belum terbentuk dan orang-orang berada dalam keadaan
suggestible dan mencari keterangan dari sumber terpercaya
5.
Pada umumnya, opini publik tidak mendahului keadaan-keadaan
darurat, ia hanya mereaksi keadaan itu
6.
Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan
pribadi, sehingga peristiwa dan perangsang kata-kata lainnya hanya dapat
memengaruhi pendapat jika ada hubungan yang jelas dengan kepentingan pribadi
itu
7.
Opini atau pendapat itu tidaklah akan bertahan lama, kecuali jika
orang-orang merasa, bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut atau
jika pendapat yang dibangkitkan oleh kata-kata diperkuat oleh
peristiwa-peristiwa.
Opini Publik memang memiliki sifat dinamis dan mudah berubah,
terutama Opini Publik yang masih samar-samar dan abstrak. Hal itu tergantung
dari kekuatan pengaruh yang merayunya.dalam hal itu Peter R. Hofstatter
(Arifin, 2008:17) yang menulis mengenai topik Dic psychologis der offentli chen
Meinung (Psikologi Opini Publik) menggambarkan Opini Publik itu sebagai seorang
“wanita yang dimanja” (eineverwhorate frau) dan mempunyai perangai seperti
wanita P, tidak tetap (unbestanding) banyak tuntutannya dalam kepastian akan
diri sendiri (herausfordezud in ihrer selbidchercheit).
Meskipun demikian Opini Publik dapat juga bertahan lama dan dapat
melembaga dan menjadi tradisi dalam masyarakat lainnya. Jika Opini Publik sudah
melembaga, sangat sulit untuk diubah. Seperti norma-norma hukum, adat istiadat,
agama dan kepercayaan.
C.
Teori
dan Proses Pembentukan Opini Publik
A.
Hypodemic Needle Theory: teori
yang dipergunakan dalam pembentukan publik dengan memanfaatkan media, seperti
jarum yang menyuntikkan informasi secara berulang-ulang kepada khalayak agar
terbentuk opini publik. Model komunikasi adalah one way system dengan secara
kuat melakukan terpaan isi media. Diharapkan agenda media menjadi agenda publik
dalam bentuk opini.
B.
The Spiral of Silence Theory (E.
Noelle-Neumann): yang dibangun dengan empat unsur pokok; (a) media massa, (b)
komunikasi antarpribadi dan jalinan interaksi sosial, (c) statemen individu
tentang suatu hal dan persepsi orang lain/kecenderungan pendapat tentang suatu
persoalan yang dilontarkan, (d) penerimaan atas opini publik sebagai akibat
kuatnya kecenderungan orang-orang disekitarnya.
C.
Bandwagon Effect Theory:
menjelaskan sebuah situasi yang menunjukkan ketika seseorang berusaha untuk
menyesuaikan dirinya dengan pendapat mayoritas orang disekitarnya.
Pendapat umum disekitarnya akibat
terpaan media kuat dan kontinu sehingga dipercaya kebenarannya. Seseorang
berfikir agar tida terisolasi atau dianggap asing pendapat dan sikapnya maka ia
memilih ikut maenstream pendapat umum orang-orang disekitarnya. Sarana utama
pembentukan opini publik dalam teori ini adalah media yang dianggap powefull
effect of media. Kecenderungan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda tidak
mampu menghadapi kuatnya dominasi politik sekitarnya. Rakhmat Jalaluddin
(1999:130-131)
Jika dilihat dari psikologis Moree
berpendapat akar dari proses pembentukan opini adalah sikap (attitude).
Sikap adalah perasaan atau suasana hati seseorang mengenai orang lain,
organisasi, persoalan, atau objek. Sikap menggambarkan predisposisi seseorang
untuk mengevaluasi masalah kontroversional dengan cara-cara tertentu. Secara singkat, sikap adalah suatu cara untuk
melihat situasi, dan sikap yang diungkapkan adalah opini.Latarbelakang
kebudayaan, ras, dan agama seringkali menentukan sikap seseorang. Sama halnya
dengan R. P.
Abelson bahwa untuk memahami proses pembentukan opini seseoang dan Publik berkaitan
erat dengan sikap mental (Attitude),persepsi (persepstion) yaitu proses pemberian makna dan
hingga kepercayaan tentang sesuatu (belief).
Menurut Sunarjo (1984) opini, sikap, perilaku, tidak dapat untuk dipisahkan. Ada beberapa konsep
yang dikemukakan oleh Sunarjo (1984) tentang opini yaitu:
a.
Opini atau pendapat
merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu
persoalan atau issu ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang
diajukan secara tertulis ataupun lisan.
b.
Sikap atau attitude
adalah reaksi seseorang yang mungkin sekali terbuka/terlihat, akan tetapi tidak
selalu dimaksudkan untuk dinyatakan/ diperlihatkan, karena itu tidak selalu
dimaksudkan untuk dinyatakan atau diperlihatkan, karena itu dinyatakan bahwa
sikap atau attitude reaksi yang tertutup (covert).
c.
Biasanya sikap
seseorang mencerminkan sekaligus pendapatnya secara implisit (dari bahasa latin
implicite artinya meskipun belum atau tidak disebut, sudah termasuk
didalamnya).
d.
Opini merupakan
pernyatan yang diucapkan atau tertulis/tulisan, maka sikap atau attitude
merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif kepada
seseorang yang tertentu, objek atau situasi yang tertentu pula.
e.
Opini dianggap
sebagai jawaban lisan pada individu yang memberi respon (tanggapan) kepada
stimulus dimana dalam situasi/keadaan yang pada umumnya diajukan suatu
pertanyaan.
f.
Keyakinan merukan
sikap dasar seseorang yang biasanya bertujuan mencapai cita-citanya, memecahkan
suatu persoalan ataupun mewujudkan suatu rencana.
D.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan opini publik
Faktor-faktor yang dapat membentuk opini
publik menurut D.W. Rajeki (Ruslan, 1999)mempunyai tiga komponen yang dikenal
dengan istilah ABC of Attitude, yang penjelasannya sebagai berikut:
1. Komponen
A : Affect (perasaan atau emosi). Komponen ini berkaitan dengan rasa
senang, suka, sayang, takut, benci dan lain sebagainya. Kemudian komponen
afektif tersebut merupakan evaluasi berdasarkan perasaan seseorang yang secara
emotif (aspek emosional) untuk menghasilkan penilaian yaitu baik atau buruk.
2. Komponen
B ; Behaviour (tingkah laku). Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau
perilaku seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan, menerima,
menolak dan sebagainya. Jadi merupakan onen untuk menggerakkan seseorang
secara aktif untuk melakukan tindakan atau berprilaku atas suatu reaksi yang
sedang dialaminya.
3. Komponen
C : Cognition (pengertian atau nalar). Komponen kognisi berkaitan dengan
penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan, fakta dan pengertian
yang berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian atau
pengertian dari seseorang berdasarkan penilaian atau rasio atau kemampuan
nalarnya. Artinya kognitif tersebut merupakan aspek kemampuan
intelektualitas seseorang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
E.
Macam-macam Opini Publik
Ada
beberapa macam opini publik, diantaranya yaitu:
a. Opini Mayoritas.
Opini mayoritas adalah opini yang dinyatakan atau sedikit-dikitnya dirasakan
oleh lebih dari setengah dari sesuatu kelompok atau sesuatu lingkungan.
Biasanya opini mayoritas ini dapat tercapai apabila digunakan dengan cara
paksaan yang berupa sanksi-sanksi sosial tertentu yang mana kelompok sosial
tersebut telah mempunyai nilai atau norma-norma kelompok tertentu. Opini
mayoritas mungkin sekali didukung oleh orang-orang yang karena sesuatu
kepentingan terpaksa menyatakan opini tertentu meskipun opini tersebut pada
dasarnya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan opini yang dimilikinya sendiri
(opini pribadi). Salah satu contoh adalah penyodoran formulir untuk mengisi
kartu anggota partai bagi para pegawai negeri baru-baru ini.
Emory S. Bogardus menyatakan bahwa mayoritas opini
dapat dicapai antara lain dengan jalan pemutar balikan serta penipuan
fakta-fakta dan dengan jalan menyembunyikan fakta-fakta atau menghambat proses
diskusi dengan pemakaian cara-cara otoritas serta opini yang bertentangan
ditekankan dengan berbagai cara. Mungin timbul suatu pertanyaan, bahwa cara
pembentukan opini mayoritas adalah cara yang tidak baik, cara yang tidak
bermoral dan sebagainya. Hal ini perlu dijelaskan bahwa masalah baik buruknya
sesuatu cara itu tergantung dari mana memandangnya dan tujuan apa yang hendak
dicapai.
b. Opini Minoritas.
Sudah barang tentu apabila ada opini mayoritas pastilah ada opini minoritas.
Opini minoritas adalah suatu konklusi yang didukung oleh kurang dari separuh
jumlah anggota kelompok yang berkepentingan. Istilah opini mayoritas (majority
opinion) dan opini minoritas (minority opinion) pertama kali
dicetuskan oleh Lawrence Lowell. Opini mayoritas adalah opini yang dimiliki
oleh golongan terbesar daripda suatu kelompok atau lingkungan. Karena itu opini
mayoritas ini adalah opini berdasarkan jumlah orang atau bisa juga disebut “numerical
majority”. Berdasarkan hal tersebut maka opini mayoritas bukan
terwujud karena interaksi melainkan perjumlahan kesepakatan opini dari
orang-orang yang merupakan golongan mayoritas itu.
c. Opini koalisi (Coalition
Opinion). Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam suatu kelompok kadang-kadang
tidak terdapat opini mayoritas, sedang yang ada hanyalah beberapa opini
minoritas yang masing-masing mempunyai tafsiran sendiri-sendiri terhadap
sesuatu masalah. Apabila pada suatu saat dalam kelompok atau dalam suatu
lingkungan yang demikian ada suatu aktivitas bersama, maka beberapa opini
minoritas menggabungkan diri agar dapat mewujudkan suatu opini mayoritas. Opini
yang demikian ini disebut opini koalisi (coalition opinion).
d. Opini Konsensus (Concensus
Opinion). Opini konsensus ini sangat penting karena diwujudkan dengan
proses diskusi. Perlu kita ketahui bahwa konsensus berarti mufakat bersama,
karena itu opini konsensus merupakan bentuk opini yang mempunyai kekuatan lebih
dari opini mayoritas. Dalam opini konsensus para pendukungnya saling mempunyai
tenggang rasa satu dengan yang lain, segala sesuatu diselesaikan secara mufakat
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bersama sehingga tercapai kata sepakat.
e. Opini Umum (General
Opinion). Bentuk opini lain yang sifatnya lebih kuat di tengah kehidupan
masyarakat adalah opini umum (general opinion). Opini umum ini adalah
opini yang berakar kepada tradisi serta adat istiadat, berkembang dari dahulu
hingga sekarang dan telah diterima sebgaimana adanya tanpa kesadaran dan kritik
dari generasi lama oleh generasi yang lebih muda. Opini umum biasanya
berdasarkan nilai dan norma-norma yang berwujud sanksi-sanksi sosial, sehingga
apabila ada orang yang mempersoalkannya berarti mempersoalkan kaidah-kaidah
sosial yang pada dasarnya sudah tidak dapat dipersoalkan lagi karena telah
diterima menurut tradisi adat dan istiadat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Opini publik adalah sikap seseorang mengenai suatu hal, dimana
mereka merupakan anggota sebuah masyarakat yang sama, sehingga opini publik
berhubungan dengan sikap manusia, baik sikap secara pribadi maupun sikap
manusia secara kelompok.
Ada tiga teori dalam membentuk opini publik, yaitu :
1. Hypodemic Needle Theory
2. The Spiral of Silence Theory
3. Bandwagon Effect Theory
Dalam
psikologi opini publik berkaitan erat dengan sikap mental (Attitude),persepsi (persepstion) yaitu proses
pemberian makna dan hingga kepercayaan tentang sesuatu (belief).
B.
Kritik dan Saran
Penulis Menyadari dalam Pembuatan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan maupun penjelasan
materi. Oleh karena itu penulis membuka tangan lebar-lebar bagi pihak-pihak
yang ingin mengkritisi makalah ini guna menunjang kualitas pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Arifin. 2011. Komunikasi Politik (Filsafat Paradigma Teori Tujuan
Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia). Yogyakarta:Graha ilmu
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya
Sunarjo, Djoenaesih S. 1984.Komunikasi, Persuasi, dan Retorika. Jakarta:Raja Grafindo.
Ruslan, Rosady. 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi.
Edisi Revisi. Jakarta:Ghalia Indonesia.
https://derrymayendra.blogspot.co.id/2011/10/hakikat-opini-publik_11.html. Dikutip pada 15 November 2017.
Pukul 11:
Download file di sini
0 komentar:
Posting Komentar