Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI B] TEORI SOSIAL KOGNITIF BENDURA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seperti yang telah dikatakan oleh Nelson Mandela  bahwa pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia. Bukanlah suatu keniscayaan karena apa yang dikatakannya  adalah suatu kebenaran.
Pendidikan  menjadi salah satu indikator suatu negara dapat dikatakan sebagai suatu negara yang maju atau tidak.
Banyak sekali tokoh-tokoh dunia yang membeberkan teori-teori mengenai pendidikan atau pembelajaran. Selain itu, metode-metode mengajar juga sudah bertaburan dimana-dimana, hal ini menunjukkan bagaimana pendidikan masih menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan.
Salah satu tokoh yang membeberkan mengenai teori belajar adalah Albert Bandura, teori sosial-kognitif (social learning teory) yang dibangunnya  terkenal dengan sebutan teori belajar sosial. Dalam teorinya disebutkan bahwa manusia itu tidak otonom,karena manusia terdiri dari tiga variabel yaitu variabel pribadi, varibel perilaku, dan variabel lingkungan yang saling berhubungan.
Dari teori yang diusungnya munculah satu metode pembelajaran yang dikenal sebagai metode observasi. Yang menjelaskan bahwa seseorang itu bisa belajar dari mengamati orang lain, yang akan memberinya suatu penguatan untuk melakukan suatu tindakan atau tidak.
 Inti dari metode observasi adalah pembelajaran dengan cara modeling atau peniruan. Yang akan memberikan dampak terhadap perilakunya sendiri. Selain metode observasi melalui modelling, ada juga strategi self regulated learning yang dipraktekan untuk meningkatkan prestasi belajar. Strategi ini berasal dari Bendura yang  mengungkapkan bahwa bahwa banyak perilaku manusia yang diatur dirinya sendiri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan teori sosial kognitif menurut Albert Bendura?
2.      Bagaimanakah metode observasi dan self regulated learning menjadi aplikasi dalam pembelajaran?
3.      Bagaimanakah proses-proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi ?
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Teori Sosial Kognitif Albert Bendura

Teori sosial kognitif adalah suatu teori yang melihat interaksi antara individu dan lingkungan sebagai sesuatu yang sangat kompleks dan individualistik.
Teori sosial kognitif  diperkenalkan oleh Albert Bendura dan diikuti oleh Walter Mischel, teori ini menekankan faktor-faktor kognitif di dalam pembelajaran, performa tindakan, dan menekankan bahwa perilaku di situasi apapun adalah fungsi dari perpaduan antara karakteristik pribadi dan situasi (lingkungan). [1]
Artinya perilaku manusia dipengaruhi oleh pesekitaran melalui peneguhan dan pembelajaran peniruan.[2] Kebanyakan perilaku dari manusia menurut teori ini diatur oleh dirinya sendiri. Standar-standar performa ditetapkannya sendiri dan jika perilaku manusia memenuhi standar-standar ini dia akan mengalami penguatan diri, jika tidak ia akan mengalami penghukuman diri.
Pandangan yang diamini oleh teorisi sosial kognitif adalah determinisme resiprok, yaitu adanya variabel pribadi, variabel situasi, dan variabel perilaku yang terus berinteraksi satu sama lain.
Variabel situasi menyediakan lingkup dimana seseorang bersikap, variabel pribadi menentukan bagaimana situasi dianalisis dan perilaku mana yang akan dipilih, sedangkan variabel perilaku menyediakan informasi tentang analisis individu terhadap situasi dan memodifikasi lingkungan.
Satu implikasi dari determinisme resiprok adalah keyakinan individu tentang dirinya dan dunia akan mempengaruhi bagaimana mereka bersikap dan lingkungan yang didalamnya mereka menempatkan diri. Pada gilirannya, umpan balik dari perilaku dan pengalaman lingkungan ini akan mengonfirmasi atau tidak mengonfirmasi keyakinan individu. [3]
Teori ini melihat manusia sebagai agen penyelesai masalah yang rasional dan berurusan dengan kekinian, namun juga dengan perencanaan masa depan. Bendura menolak konsep kalau manusia itu adalah makhluk yang otonom atau merespons secara mekanis terhadap peristiwa-peristiwa eksternal maupun internal.

2.      Metode Observasi dan Self-Regulated Learning Dalam Pembelajaran Sebagai Aplikasi Teori Sosio-Kognitif

a). Metode Observasi

Menurut Bendura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforcemen yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon tidak terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.
Inti dari belajar melalui observasi adalah dengan cara modelling. Modelling bukan hanya sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang lain, tetapi modeling juga melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.[4]
Bandura (1986) mencatat bahwa kemampuan untuk belajar dengan mengamati konsekuensi pada perilaku orang lain bukan hanya meninggikan kemampuan manusia bertahan hidup tetapi juga membuat hidup sedikit berkurang ancamannya.

1.1. Manfaat Modelling
a.       Modelling dapat Memunculkan Tingkah Laku Baru
Hal ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditranformasi menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditranformasi menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti.
Kemampuan kognitif yang bersifat simbolik membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung apa yang diamatinya dengan berbagai situasi mrenjadi tingkah pola tingkah laku baru. [5]
b.      Modelling Mengubah Tingkah laku lama
Modelling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat.
Kedua,  tingkahlaku model yang tidak diterima sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima sosial, tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum. [6]

1.2. Jenis-Jenis Modelling
Bendura mengungkapkan bahwa mkodelling itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Itulah  mengapa Bandura membagi tiga macam modelling yaitu:
a.       Desensitisasi Modeling (Latihan Penguasaan)
Yaitu suatu cara modelling dengam cara mengajari klien untuk menguasai tingkah laku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.
b.      Modelling Terbuka (Modelling Partisipan)
Peniruan dengan klien melihat model secara nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkah laku yang dikehendaki sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
c.       Modelling Simbolik
Merupakan suatu modelling dengan cara klien melihat model dalam film, gambar, atau cerita. Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba meniru tingkah laku modelnya
b.) Metode Self Regulated Learning
Seperti yang telah diketahui, bahwa teori sosial-kognitif yakin kalau banyak perilaku manusia yang diatur oleh dirinya sendiri (self regulated behavior). Meskipun self regulated learning tidak deicetuskan oleh Albert Bendura namun konsep ini memiliki kesamaan dengan konsep self regulated behavior.
Self regulated learning mulai marak ketika seorang pakar bernama Zimmerman (1989) mengembangkan konsep ini dalam dunia pendidikan. Self regulated learning berkembang dari teori kognitif sosial Bandura (1986) yang menyatakan bahwa manusia merupakan hasil struktur kausal yang interdependen dari aspek pribadi (person), perilaku (behavior), dan lingkungan (environment) (Bandura, 1997).
Ketiga aspek ini merupakan aspek‐aspek determinan dalam self regulated learning. Ketiga aspek determinan ini saling berhubungan sebab‐ akibat, dimana person berusaha untuk meregulasi diri sendiri (self regulated), hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan perilaku ini berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya (Bandura, 1986).
Self regulated learning sangat dipentingkan banyak orang dewasa ini. Demikian juga dalam pembelajaran dewasa ini, bahwa pembelajaran salah satunya bertujuan untuk membebaskan siswa dari kebutuhan mereka terhadap guru, sehingga para siswa dapat terus belajar secara mandiri sepanjang hidupnya (Slavin, 2009; Jacobsen dkk., 2009; Woolfolk, 2008; Sudarwan Danim, 2003; Silberman, 1996); dan untuk terus belajar secara mandiri maka siswa harus menjadi seorang pembelajar berdasar regulasi diri (self regulated learner) (Woolfolk, 2008).
Self regulated learning merupakan kombinasi keterampilan belajar akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajaran terasa lebih mudah, sehingga para siswa lebih termotivasi (Glynn et al., 2005). Mereka memiliki keterampilan (skill) dan will (kemauan) untuk belajar (McCombs & Marzano, 1990; Murphy & Alexander, 2000). Siswa yang belajar dengan regulasi diri mentransformasikan kemampuan‐kemampuan mentalnya menjadi keterampilan‐keterampilan dan strategi akademik (Zimmerman, 2002).[7]
Zimmerman (1990) mengidentifikasi beberapa strategi belajar yang umumnya digunakan oleh seorang self regulated learner yaitu: evaluasi diri (self evaluation); pengor‐ ganisasian (organizing) dan pentransforma‐ sian (transforming); menetapkan tujuan dan perencanaan (goal setting and planning); mencari informasi (seeking information); membuat dan memeriksa catatan (keeping records and monitoring); mengatur ling‐ kungan (environmental structuring); konsekuensi diri (self concequences); mengulang‐ ulang dan mengingat (rehearsing and memorizing); mencari bantuan (seeking social assistance) kepada teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya; serta mereview catatan dan buku teks (review records). 
a. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating)
Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas tugas dan kemajuan pekerjaannya. Peserta didik memutuskan apakah hal-hal yang telah dipelajari mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Peserta didik dalam hal ini melakukan self monitoring terhadap proses belajarnya dengan menggunakan beberapa standar atau tujuan yang dimiliki. 
b. Mengatur materi pelajaran (organizing and transforming)
Strategi organizing menandakan perilaku overt dan covert dari peserta didik untuk mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Strategi transforming dilakukan dengan mengubah materi pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari.
c.Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning)
Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tujuan umum dan tujuan khusus dari belajar dan perencanaan dalam urutan pengerjaan tugas, bagaimana memanfaatkan waktu dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.
Perencanaan akan membantu peserta didik untuk menemukan dan mengenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan peserta didik untuk fokus pada hal-hal yang penting dalam perolehan kesuksesan jangka panjang. Untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan, maka perencanaan perlu ditinjau kembali secara rutin.
d. Mencari informasi (seeking information)
Peserta didik berinisiatif mencari banyak informasi saat mengerjakan tugas ataupun mempelajari suatu materi pelajaran. Peserta didik misalnya berinisiatif meminjam buku di perpustakaan, mencari literatur di internet, dan sebagainya.
e. Mencatat hal penting
Strategi ini dilakukan dengan mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari, kemudian menyimpan hasil tes, tugas, maupun catatan yang telah dikerjakan
f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)
Peserta didik berusaha memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar lebih baik.
g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)
Strategi ini dilakukan dengan mengatur atau membayangkan reward atau punishment yang didapatkan bila berhasil atau gagal dalam mengerjakan tugas
h. Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing)
Peserta didik berusaha mempelajari ulang materi pelajaran dan mengingat bahan bacaan dengan perilaku yang overt dan covert
i. Mencari bantuan sosial (seek social assistance)
Bila menghadapi masalah dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik dapat meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), meminta bantuan guru (seek teacher assistance) dengan bertanya kepada guru di dalam maupun di luar jam belajar untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik. Peserta didik juga meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance) yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada topik yang tak dimengerti. Orang dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang lebih berpengalaman.
j. Meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya dan buku pelajaran (review record)
Peserta didik dalam strategi ini meninjau kembali catatan pelajaran sehingga tahu topik apa saja yang akan diuji. Selanjutnya peserta didik meninjau kembali tugas atau tes sebelumnya (review test/work) yang meliputi soal-soal ujian terdahulu tentang topik-topik tertentu, juga tugas-tugas yang telah dikerjakan sebagai sumber informasi untuk belajar. Peserta didik juga membaca ulang buku pelajaran (review text book) yang merupakan sumber informasi yang dijadikan penunjang catatan sebagai sarana belajar.[8]

3.Proses yang Mengatur Pembelajaran Melalui Observasi

 Kemampuan untuk belajar dengan mengamati konsekuensi pada perilaku orang lain bukan hanya meninggikan kemampuan manusia bertahan hidup tetapi juga membuat hidup sedikit berkurang ancamannya.
Menurut Bendura pembelajaran lewat observasi dipengaruhi oleh 4 variabel yaitu proses atensi; yang menentukan apa yang kita perhatikan, proses retensi; yang menentukan bagaimana pengalaman dikodekan dalam memori, proses reproduksi motorik; yang menentukan perilaku apa yang bisa dikerjakan; dan proses motivasi yang mentukan di situasi apa saja pembelajaran diterjeamahkan menjadi suatu performa tindakan.[9]
a.       Proses-proses atensi (perhatian)
Proses-proses ini meliputi aspek-aspek lingkungan yang mempengaruhi atensi seperti kompleksitas, keunikan, dan bertahannya stimulasi. Contoh bunyi decit rem motor atau mobil akan menarik perhatian hampir setiap orang. Proses-proses atensi juga meliputi karakteristik pengamat seperti kemampuan indrawi.
b.      Proses-proses retensi
Apa yang dipelajari lewat observasi tidak punya nilai kecuali dipertahankan demikian. Belajar dengan cara mengingat dan mempertahankan sesuatu dalam benak entah dalam bentuk gambaran kognitif aktual atas apa yang kita alami, maupun dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripkan pengalaman tersebut. Pemodelan yang tertunda merujuk kepada fakta bahwa sering kali informasi yang diperoleh lewat pembelajaran melalui observasi adalah yang pertama kali diterjemahkan menjadi perilaku  kendati sudah lama ia dipelajari dulu.
c.       Proses-proses Reproduksi Motorik
Untuk menerjemahkan pembelajaran menjadi performa perlu memiliki apparatus motoric yang dibutuhkan. Meski sistem motorik yang dibutuhkan tersedia dan berfungsi baik, sejumlah keterampilan yang kompleks tidak bisa sekadar diamati lalu diterjemahkan langsung menjadi tindakan.
Pertama terkait keterampilan yang kompleks banyak observasi dibutuhkan sebelum semua informasi yang relevan bisa diperhatikan dengan seksama dan diingat dengan baik.
Kedua jika semua informasi yang relevan sudah dipelajari masih dibutuhkan banyak pengulangan yang berusaha mencocokkan performa dengan apa yang sudah dipelajari dan diingat.
d.      Proses-proses Motivasi
Belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pebelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin menudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi itu tidak ada, tidak akan terjadi proses belajar.
















[1]               Mattew H. Olson & B.R Hargenhann. Pengantar Teori-Teori Kepribadian. Terj Yudi Santosa (Pustaka Pelajar:Yogyakarta), hlm 620.
[2]               http://maria_c.staff.guna...OGNITIF+BENDURA.pdf, diakses pada 29 September pukul 12.00
[3]               Matthew H.Olson & B.R. Hergenhann. Pengantar Teori-Teori Kepribadian. Terj Yudi Santosa. (Pustaka Pelajar: Yogyakarta), hlm 577
[4]               Matthew H. Olson,” Pengantar Teori……….”, hlm 577
[5]               Alwisol. Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press), hlm 292.
[6]               Alwisol, “Psikologi Kepribadian”, hlm 292
[7]               Eva Latipah, “Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar:   Kajian Meta Analisis”, Jurnal Psikologi, (VOLUME 37, NO. 1, JUNI 2010), hlm, 4.
[8]               http://edutaka.blogspot.co.id/2014/10/self-regulated-learning.html, diakses 2 Oktober 2017 jam 21.35
[9]               Matthew H. Olson, “Pengantar Teori…..”, hlm 621

Download file di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...