PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seperti yang telah dikatakan oleh Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata paling
mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia. Bukanlah suatu
keniscayaan karena apa yang dikatakannya adalah suatu kebenaran.
Pendidikan menjadi salah
satu indikator suatu negara dapat dikatakan sebagai suatu negara yang maju atau
tidak.
Banyak sekali tokoh-tokoh dunia yang membeberkan teori-teori
mengenai pendidikan atau pembelajaran. Selain itu,
metode-metode mengajar juga sudah bertaburan dimana-dimana, hal ini menunjukkan
bagaimana pendidikan masih menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan.
Salah satu tokoh yang membeberkan mengenai teori belajar adalah
Albert Bandura, teori sosial-kognitif (social learning teory)
yang dibangunnya terkenal dengan sebutan
teori belajar sosial. Dalam teorinya disebutkan bahwa manusia itu tidak
otonom,karena manusia terdiri dari tiga variabel yaitu variabel pribadi,
varibel perilaku, dan variabel lingkungan yang saling berhubungan.
Dari teori yang diusungnya munculah satu metode pembelajaran yang
dikenal sebagai metode observasi. Yang menjelaskan bahwa
seseorang itu bisa belajar dari mengamati orang lain, yang akan memberinya
suatu penguatan untuk melakukan suatu tindakan atau tidak.
Inti
dari metode observasi adalah pembelajaran
dengan cara modeling atau peniruan. Yang akan memberikan dampak terhadap perilakunya sendiri.
Selain metode observasi melalui modelling, ada juga strategi self regulated
learning yang dipraktekan untuk meningkatkan prestasi belajar. Strategi ini
berasal dari Bendura yang mengungkapkan
bahwa bahwa banyak perilaku manusia yang diatur dirinya sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan teori sosial kognitif menurut Albert Bendura?
2.
Bagaimanakah
metode observasi dan self regulated learning
menjadi aplikasi dalam pembelajaran?
3.
Bagaimanakah
proses-proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Teori Sosial Kognitif Albert Bendura
Teori sosial kognitif adalah suatu teori yang melihat interaksi
antara individu dan lingkungan sebagai sesuatu yang sangat kompleks dan
individualistik.
Teori sosial kognitif diperkenalkan
oleh Albert Bendura dan diikuti oleh Walter Mischel, teori ini menekankan
faktor-faktor kognitif di dalam pembelajaran, performa tindakan, dan menekankan
bahwa perilaku di situasi apapun adalah fungsi dari perpaduan antara karakteristik
pribadi dan situasi (lingkungan). [1]
Artinya perilaku manusia dipengaruhi oleh pesekitaran melalui peneguhan
dan pembelajaran peniruan.[2] Kebanyakan
perilaku dari manusia menurut teori ini diatur oleh dirinya sendiri.
Standar-standar performa ditetapkannya sendiri dan jika perilaku manusia memenuhi
standar-standar ini dia akan mengalami penguatan diri, jika tidak ia akan
mengalami penghukuman diri.
Pandangan yang diamini oleh teorisi sosial kognitif adalah
determinisme resiprok, yaitu adanya variabel pribadi, variabel situasi, dan
variabel perilaku yang terus berinteraksi satu sama lain.
Variabel situasi menyediakan lingkup dimana seseorang bersikap,
variabel pribadi menentukan bagaimana situasi dianalisis dan perilaku mana yang
akan dipilih, sedangkan variabel perilaku menyediakan informasi tentang
analisis individu terhadap situasi dan memodifikasi lingkungan.
Satu implikasi dari determinisme resiprok adalah keyakinan individu
tentang dirinya dan dunia akan mempengaruhi bagaimana mereka bersikap dan
lingkungan yang didalamnya mereka menempatkan diri. Pada gilirannya, umpan
balik dari perilaku dan pengalaman lingkungan ini akan mengonfirmasi atau tidak
mengonfirmasi keyakinan individu. [3]
Teori ini melihat manusia sebagai agen penyelesai masalah yang
rasional dan berurusan dengan kekinian, namun juga dengan perencanaan masa
depan. Bendura menolak konsep kalau manusia itu adalah makhluk yang otonom atau
merespons secara mekanis terhadap peristiwa-peristiwa eksternal maupun
internal.
2.
Metode Observasi dan Self-Regulated Learning Dalam Pembelajaran Sebagai Aplikasi Teori Sosio-Kognitif
a). Metode Observasi
Menurut Bendura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforcemen yang
nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan
melihat respon orang lain. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding
belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh
respon tidak terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau
penguatan.
Inti dari belajar melalui observasi adalah dengan cara modelling.
Modelling bukan hanya sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan
orang lain, tetapi modeling juga melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah
laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan
proses kognitif.[4]
Bandura (1986) mencatat bahwa kemampuan untuk
belajar dengan mengamati konsekuensi pada perilaku orang lain bukan hanya
meninggikan kemampuan manusia bertahan hidup tetapi juga membuat hidup sedikit
berkurang ancamannya.
1.1. Manfaat Modelling
a.
Modelling
dapat Memunculkan Tingkah Laku Baru
Hal ini dimungkinkan karena adanya kemampuan
kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditranformasi menjadi gambaran
mental, dan yang lebih penting lagi ditranformasi menjadi simbol verbal yang
dapat diingat kembali suatu saat nanti.
Kemampuan kognitif yang bersifat
simbolik membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau
menggabung-gabung apa yang diamatinya dengan berbagai situasi mrenjadi tingkah
pola tingkah laku baru. [5]
b.
Modelling
Mengubah Tingkah laku lama
Modelling mempunyai dua macam dampak
terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara
sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat.
Kedua, tingkahlaku model yang tidak diterima sosial
dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang
tidak diterima sosial, tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau
dihukum. [6]
1.2. Jenis-Jenis Modelling
Bendura mengungkapkan bahwa mkodelling itu dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Itulah
mengapa Bandura membagi tiga macam modelling yaitu:
a. Desensitisasi Modeling (Latihan Penguasaan)
Yaitu suatu cara modelling dengam cara mengajari klien untuk menguasai
tingkah laku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.
b. Modelling Terbuka (Modelling Partisipan)
Peniruan dengan klien melihat model secara nyata, biasanya diikuti dengan
klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkah
laku yang dikehendaki sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
c. Modelling Simbolik
Merupakan suatu modelling dengan cara klien melihat model dalam film,
gambar, atau cerita. Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan)
mendorong klien untuk mencoba meniru tingkah laku modelnya
b.) Metode Self Regulated Learning
Seperti yang telah diketahui, bahwa teori
sosial-kognitif yakin kalau banyak perilaku manusia yang diatur oleh dirinya
sendiri (self regulated behavior). Meskipun self regulated learning tidak
deicetuskan oleh Albert Bendura namun konsep ini memiliki kesamaan dengan
konsep self regulated behavior.
Self regulated learning mulai marak ketika seorang pakar bernama
Zimmerman (1989) mengembangkan konsep ini dalam dunia pendidikan. Self
regulated learning berkembang dari teori kognitif sosial Bandura (1986) yang
menyatakan bahwa manusia merupakan hasil struktur kausal yang interdependen
dari aspek pribadi (person), perilaku (behavior), dan lingkungan (environment)
(Bandura, 1997).
Ketiga aspek ini merupakan aspek‐aspek determinan dalam self
regulated learning. Ketiga aspek determinan ini saling berhubungan sebab‐
akibat, dimana person berusaha untuk meregulasi diri sendiri (self regulated),
hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan perilaku ini berdampak pada
perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya (Bandura, 1986).
Self regulated learning sangat dipentingkan banyak orang dewasa ini.
Demikian juga dalam pembelajaran dewasa ini, bahwa pembelajaran salah satunya
bertujuan untuk membebaskan siswa dari kebutuhan mereka terhadap guru, sehingga
para siswa dapat terus belajar secara mandiri sepanjang
hidupnya (Slavin, 2009; Jacobsen dkk., 2009; Woolfolk, 2008; Sudarwan Danim,
2003; Silberman, 1996); dan untuk terus belajar secara mandiri maka siswa harus
menjadi seorang pembelajar berdasar regulasi diri (self regulated learner)
(Woolfolk, 2008).
Self regulated learning merupakan kombinasi keterampilan belajar
akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajaran terasa lebih mudah,
sehingga para siswa lebih termotivasi (Glynn et al., 2005). Mereka memiliki
keterampilan (skill) dan will (kemauan) untuk belajar (McCombs & Marzano,
1990; Murphy & Alexander, 2000). Siswa yang belajar dengan regulasi diri
mentransformasikan kemampuan‐kemampuan mentalnya menjadi
keterampilan‐keterampilan dan strategi akademik (Zimmerman, 2002).[7]
Zimmerman (1990) mengidentifikasi beberapa strategi belajar yang
umumnya digunakan oleh seorang self regulated learner yaitu: evaluasi diri
(self evaluation); pengor‐ ganisasian (organizing) dan pentransforma‐ sian
(transforming); menetapkan tujuan dan perencanaan (goal setting and planning);
mencari informasi (seeking information); membuat dan memeriksa catatan (keeping
records and monitoring); mengatur ling‐ kungan (environmental structuring);
konsekuensi diri (self concequences); mengulang‐ ulang dan mengingat
(rehearsing and memorizing); mencari bantuan (seeking social assistance) kepada
teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya; serta mereview catatan dan buku
teks (review records).
a. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self
evaluating)
Merupakan inisiatif peserta didik dalam
melakukan evaluasi terhadap kualitas tugas dan kemajuan pekerjaannya. Peserta
didik memutuskan apakah hal-hal yang telah dipelajari mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya. Peserta didik dalam hal ini melakukan self monitoring
terhadap proses belajarnya dengan menggunakan beberapa standar atau tujuan yang
dimiliki.
b. Mengatur materi pelajaran (organizing and
transforming)
Strategi organizing menandakan perilaku overt
dan covert dari peserta didik untuk mengatur materi yang dipelajari dengan
tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Strategi transforming dilakukan
dengan mengubah materi pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari.
c.Membuat rencana dan tujuan belajar (goal
setting and planning)
Strategi ini merupakan pengaturan peserta
didik terhadap tujuan umum dan tujuan khusus dari belajar dan perencanaan dalam
urutan pengerjaan tugas, bagaimana memanfaatkan waktu dan menyelesaikan
kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.
Perencanaan akan membantu peserta didik untuk
menemukan dan mengenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir
tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan peserta didik untuk
fokus pada hal-hal yang penting dalam perolehan kesuksesan jangka panjang.
Untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan, maka perencanaan
perlu ditinjau kembali secara rutin.
d. Mencari informasi (seeking information)
Peserta didik berinisiatif mencari banyak
informasi saat mengerjakan tugas ataupun mempelajari suatu materi pelajaran.
Peserta didik misalnya berinisiatif meminjam buku di perpustakaan, mencari
literatur di internet, dan sebagainya.
e. Mencatat hal penting
Strategi ini dilakukan dengan mencatat hal-hal
penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari, kemudian menyimpan hasil
tes, tugas, maupun catatan yang telah dikerjakan
f. Mengatur lingkungan belajar (environmental
structuring)
Peserta didik berusaha memilih atau mengatur
aspek lingkungan fisik dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk
belajar lebih baik.
g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self
consequences)
Strategi ini dilakukan dengan mengatur atau
membayangkan reward atau punishment yang didapatkan bila berhasil atau gagal
dalam mengerjakan tugas
h. Mengulang dan mengingat (rehearsing and
memorizing)
Peserta didik berusaha mempelajari ulang
materi pelajaran dan mengingat bahan bacaan dengan perilaku yang overt dan
covert
i. Mencari bantuan sosial (seek social
assistance)
Bila menghadapi masalah dengan tugas yang
sedang dikerjakan, peserta didik dapat meminta bantuan teman sebaya (seek peer
assistance), meminta bantuan guru (seek teacher assistance) dengan bertanya
kepada guru di dalam maupun di luar jam belajar untuk dapat membantu
menyelesaikan tugas dengan baik. Peserta didik juga meminta bantuan orang
dewasa (seek adult assistance) yang berada di dalam dan di luar lingkungan
belajar bila ada topik yang tak dimengerti. Orang dewasa yang dimaksud dalam
hal ini adalah orang yang lebih berpengalaman.
j. Meninjau kembali catatan, tugas atau tes
sebelumnya dan buku pelajaran (review record)
Peserta didik dalam strategi ini meninjau
kembali catatan pelajaran sehingga tahu topik apa saja yang akan diuji.
Selanjutnya peserta didik meninjau kembali tugas atau tes sebelumnya (review
test/work) yang meliputi soal-soal ujian terdahulu tentang topik-topik
tertentu, juga tugas-tugas yang telah dikerjakan sebagai sumber informasi untuk
belajar. Peserta didik juga membaca ulang buku pelajaran (review text book)
yang merupakan sumber informasi yang dijadikan penunjang catatan sebagai sarana
belajar.[8]
3.Proses yang Mengatur Pembelajaran
Melalui Observasi
Kemampuan untuk belajar
dengan mengamati konsekuensi pada perilaku orang lain bukan hanya meninggikan
kemampuan manusia bertahan hidup tetapi juga membuat hidup sedikit berkurang
ancamannya.
Menurut Bendura pembelajaran lewat observasi dipengaruhi oleh 4 variabel
yaitu proses atensi; yang menentukan apa yang kita perhatikan, proses retensi; yang
menentukan bagaimana pengalaman dikodekan dalam memori, proses reproduksi
motorik; yang menentukan perilaku apa yang bisa dikerjakan; dan proses motivasi
yang mentukan di situasi apa saja pembelajaran diterjeamahkan menjadi suatu
performa tindakan.[9]
a.
Proses-proses
atensi (perhatian)
Proses-proses
ini meliputi aspek-aspek lingkungan yang mempengaruhi atensi seperti
kompleksitas, keunikan, dan bertahannya stimulasi. Contoh bunyi decit rem motor
atau mobil akan menarik perhatian hampir setiap orang. Proses-proses atensi
juga meliputi karakteristik pengamat seperti kemampuan indrawi.
b.
Proses-proses
retensi
Apa yang
dipelajari lewat observasi tidak punya nilai kecuali dipertahankan demikian.
Belajar dengan cara mengingat dan mempertahankan sesuatu dalam benak entah
dalam bentuk gambaran kognitif aktual atas apa yang kita alami, maupun dalam
bentuk kata-kata untuk mendeskripkan pengalaman tersebut. Pemodelan yang
tertunda merujuk kepada fakta bahwa sering kali informasi yang diperoleh lewat
pembelajaran melalui observasi adalah yang pertama kali diterjemahkan menjadi
perilaku kendati sudah lama ia
dipelajari dulu.
c.
Proses-proses
Reproduksi Motorik
Untuk
menerjemahkan pembelajaran menjadi performa perlu memiliki apparatus motoric
yang dibutuhkan. Meski sistem motorik yang dibutuhkan tersedia dan berfungsi
baik, sejumlah keterampilan yang kompleks tidak bisa sekadar diamati lalu
diterjemahkan langsung menjadi tindakan.
Pertama terkait
keterampilan yang kompleks banyak observasi dibutuhkan sebelum semua informasi
yang relevan bisa diperhatikan dengan seksama dan diingat dengan baik.
Kedua jika
semua informasi yang relevan sudah dipelajari masih dibutuhkan banyak
pengulangan yang berusaha mencocokkan performa dengan apa yang sudah dipelajari
dan diingat.
d.
Proses-proses
Motivasi
Belajar melalui pengamatan menjadi efektif
kalau pebelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah
laku modelnya. Observasi mungkin menudahkan orang untuk menguasai tingkah laku
tertentu, tetapi kalau motivasi itu tidak ada, tidak akan terjadi proses
belajar.
[1]
Mattew H. Olson & B.R
Hargenhann. Pengantar Teori-Teori Kepribadian. Terj Yudi Santosa (Pustaka
Pelajar:Yogyakarta), hlm 620.
[2] http://maria_c.staff.guna...OGNITIF+BENDURA.pdf,
diakses pada 29 September pukul 12.00
[3] Matthew H.Olson & B.R.
Hergenhann. Pengantar Teori-Teori Kepribadian. Terj Yudi Santosa. (Pustaka
Pelajar: Yogyakarta), hlm 577
[4] Matthew H. Olson,” Pengantar
Teori……….”, hlm 577
[5] Alwisol. Psikologi Kepribadian,
(Malang: UMM Press), hlm 292.
[6] Alwisol, “Psikologi Kepribadian”,
hlm 292
[7] Eva Latipah, “Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi
Belajar: Kajian Meta Analisis”, Jurnal Psikologi, (VOLUME 37, NO. 1, JUNI 2010), hlm, 4.
[8] http://edutaka.blogspot.co.id/2014/10/self-regulated-learning.html, diakses 2 Oktober 2017 jam 21.35
0 komentar:
Posting Komentar