I.
LATAR BELAKANG TEORI
Bandura
menempuh pendidikan kesarjanaannyadi bidang psikologi klinis di Universitas
Iowa dan mencapai gelar Ph.D. pada tahun 1952. Setelah menempuh pelatihan
post-doktoral di bidang klinis selama satu tahun, pada tahun 1953 Bandura
bekerja di Universitas Stanford, di mana kini ia menjadi Profesor David Starr
dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Ia pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan
Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 terpilih menjadi Ketua American
Psychological Association.
Penelitian
Bandura mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar
sosial, dan lewat penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas.
Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan identifikasi (Bandura, 1962;
Bandura dan Huston, 1961; Bandura, Ross, dan Ross, 1961 1963a dan b), Perkuat
Sosial (Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan Pemonitoran (Bandura
dan Kupers, 1964), serta Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan (Bandura,
Blanchart, dan Ritter, 1969).
Bersama
Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression
(1959), suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana
prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan
kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah, disusul
dengan Social Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana
ia dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka
kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut.
Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification,
dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan
prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973,
Aggression: A social learning analysis. Dalam bukunya yang secara teoretis
ambisius, Social Learning Theory (1977), ia telah “berusaha menyajikan suatu
kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku
manusia”.
Sama
seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori
belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar
berpangkal pada dalili bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil
pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan
bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori
sebelumnya selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah
laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar
yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati
tingkah laku orang lain, individu-individu belajar mengimitasi atau meniru
tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi
dirinya.
Dalam
bukunya terbutan 1941, Social larning and imitation, Miller dan Dollard telah
mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam perkembangan kepribadian
dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah laku imitatif tertentu.
Tetapi hanya sedikit pakar lain peneliti kepribadian mencoba memasukan gejala
belajar lewat observasi ke dalam teori-teori belajar mereka, bahkan Miller dan
Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam tulisan-tulisan mereka yang kemudian.
Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki kelalaian tersebut, tetapi juga
memperluas analisis terhadap belajar lewat observasi ini melampaui jenis-jenis
situasi terbatas yang ditelaah oleh Miller dan Dollard.
II.
ESENSI TEORI
Bagi
Bandura, walaupun prinsip belajar sosial cukup menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomea penting
yang diabaikan atau ditolak olrh paradigma behaviorisme.
Pertama,
Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya
sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh
lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang
dan lingkungan saling mempengaruhi.
Kedua,
bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu
orang dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus
memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan
dipelihara.
Teori
Belajar Sosial (Social Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep
:
1.
Determinis Resiprokal (reciprocal
determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif,
behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan
mengontrl lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan
itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar
sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori
belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk
menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari
perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi
interaktif dari organisasi dan sistem sosial.
2.
Tanpa Renforsemen (beyond
reinforcement), Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung
pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus
dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar
apapun. Menurutnya, reforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah
laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk
tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan
kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada
renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
3. Kognisi dan Regulasi diri
(Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering terhalang oleh
ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif.
Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri
sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi bagi
tingkahlakunya sendiri.
Hubungan
antara tingkah laku (T) – Pribadi (P) – Lingkungan (L) menurut Pavlop, Skinner;
Lewin dan Bandura.Bandura melukiskan :
Teori
Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi
timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan
faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak
kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas
kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang
cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai
objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun
sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan
lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal
balik (Bandura, 1977)
Teori
Belajar Sosial dari bandura yang paling luas diteliti adalah Efikasi Diri dan
Penelitian Observasi (Penelitian Modeling).
a.
Efikasi Diri
Dua
pengertian penting :
1.
Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation)
adalah “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi
dalam situasi tertentu.“ Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri
memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
2.
Ekspektasi hasil (outcome expectation): perkiraan atau estimasi diri bahwa
tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi
adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,
tepat atau salah, bias atau tidak bias mengerjakan sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena
cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai),
sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.
Seorang
dokter ahli bedah, pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa
dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar professional.
Namun ekspektasi hasilnya bias rendah, karena hasil operasi itu sangat
tergantung kepada daya tahan jantung pasien, kemurnia obat abtibiotik,
sterilisasi dan infeksi, dan sebagainya.
Sumber Efikasi Diri
Perubahan
tingkah laku, dalam system bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi
(efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh,
diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat
sumber yakni :
1.
Pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment),
2.
Pengalaman Vikarius (vicarious experience),
3.
Persuasi Sosial (Social Persuation) dan
4.
Pembangkitan Emosi (Emotional/Psysilogical states).
Strategi
Pengubahan Sumber Ekspektasi Efikasi
Sumber
Cara Induksi
Pengalaman
Performasi Participant Modelling Meniru model yang berprestasi
Performance
desensilization Menghilangkan pengaruh buruk prestasi masa lalu
Performance
Exposure Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih
Self-instructed
performance Melatih diri untuk melakukan yang terbaik
Pengalaman
Vikarius Live Modelling Mengamati Model yang nyata
Symbolic
Modelling Mengamati model simbolik, film, komik, cerita
Persuasi
Verbal Sugestion Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar kepercayaan
Exhortation
Nasihat, peringatan yang mendesak/memaksa
Self-instruction
Memerintah diri sendiri
Intrepretive
Treatment Interpretasi baru memperbaiki interpretasi lama yang salah
Pembangkitan
Emosi Attribution Mengubah atribusi, penanggungjawab suatu kejadian emosional
Relaxation
biofeedback Relaksasi
Symbolic
desensilization Menghilangkan sikap emosional dengan modeling simbolik
Symbolic
Exposure Memunculkan emosi secara simbolik
Efikasi
yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responseif atau
tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku.
Kombinasi
Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkah laku
Efikasi
Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi
Responsif Suskses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya
Rendah
Tidak Responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya
sulit
Tinggi
Tidak Responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan
protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan
Rendah
Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu
b. Belajar Melalui
Observasi
Menurut
Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa renforsemen yang nyata. Dalam
penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat
respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang
dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari
tingkahlakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar
melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon
yang tidak terhinggai banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan dan
penguatan.
-
Peniruan (modelling) Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling.
Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling,
karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan
orang model (oranglain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau
pengurangan tingkahlaku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan
sekaligus, melibatkan proses kognitif.
-
Modeling tingkah laku baru : Melalui modeling orang dapat memperoleh
tingkahlaku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli
berbentuk tingkahlaku model ditransformasikan menjadi gambaran mental, dan yang
lebih penting lagi ditransformasikan menjadi simbol verbal yang dapat diingat
kembali suatu saat nanti.
-
Modeling Mengubah Tingkah laku lama : Dua dampat modeling terhadap tingkah laku
lama : pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat
respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak
diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk
melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah
tingkahlaku model itu diganjar atau dihukum.
-
Modeling Simbolik: Dewasa ini sebagian besar tingkahlaku berbentuk simbolik.
Film dan televisi menyajikan contoh tingkahlaku yang tidak terhitung yang
mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model
tingkah laku.
-
Modeling Kondisioning: Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik
menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning).
Modelilng semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.
Faktor-faktor
Penting dalam Belajar Melalui Observasi.
1.
Perhatian (attention process)
2.
Representasi (representasi process)
3.
Peniruan tingkah laku model (behavior production process)
4.
Motivasi dan Penguatan (motivation and reinforcemen process)
III.
APLIKASI TEORI
Bandura
mengusulkan tiga macam pendekatan trtmen, yakni :
1.
Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling): mengajari klien menguasai
tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut).
Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam.
Kemudian konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara
bertahap. Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko.
Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta
membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular dikandang
kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini
adalah model desensitisasi sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan
dengan memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik
itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut; modeling kognitif)
tanpa memakai penguatan yang nyata.
2.
Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata, biasanya
diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya
meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri
tanpa bantuan.
3.
Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasan
vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk
mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.
IV.
REFERENSI
Hall,
Calvis S. & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik.
Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.
Alwisol.
2004. Psikologi Kepribadian - Edisi Revisi. Malang :UMM Press
Davindoff.
Linda L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Rakhmat,
Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Download file di sini
0 komentar:
Posting Komentar