Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI



BAB I
                                                           PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah mahkluk sosial, yang dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi.Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan manusia, apapun statusnya di masyarakat. Sebagai mahkluk sosial, kegiatan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup.
Menurut Goldberg dan Larson, pengertian komunikasi kelompok adalah satu bidang studi penelitian terapan yang menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, yang dilakukan dengan berfokus pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Jadi, Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dapat berlangsung antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian psikologi komunikasi kelompok?
b.      Bagaimana klasifikasi dan pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi?
c.       Apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok?
d.      Apa fungsi dari komunikasi kelompok?
e.       Bagaimana menganalisis proses interaksi

C.     Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian psikologi komunikasi kelompok
b.      Untuk mengetahui klasifikasi dan pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
c.       Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
d.      Untuk mengetahui fungsi komunikasi kelompok
e.       Untuk mengetahui analisis proses interaksi



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikologi Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari dua kata, yaitu, komunikasi dan kelompok. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang (Effendi, 2003, p. 75). Komunikasi kelompok kecil memiliki beberapa karakterisitik, yaitu mempermudah personaliti kelompok, pertemuan ramah tamah, kekompakkan, komitmen terhadap tugas, adanya norma kelompok yang saling bergantung satu sama lain. Proses komunikasi yang terjadi pada kelompok kecil berlangsung secara dialogis. [1]
Denga  berkomunikasi kita dapat membenuk sikap yang saling pengertian menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, meyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Tetapi dengan berkomunikasi kita juga menyuburkan perpecahan, menghidupkan perumusan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran. Begitu penting begitu meluas, dan begitu akrab komunikasi dengan diri kita sehinga kita semua merasa kita tidak perlu lagi menelaah dan mempelajari komunikasi.[2]
Pendapat yang dikemukakan oleh Goldberg dan Larson, pengertian komunikasi kelompok kedalam satu bidang studi penelitian terapan yang menitik beratkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, yang dilakukan dengan berfokus pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dapat berlangsung antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Karakterisitik komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
1.      Komunikasi yang terjadi dalam kelompok bersifat homogeny.
2.      Dalam diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan pada saat itu juga.
3.      Umpan balik (feedback) di dalam komunikasi terjadi secara langsung.
4.      Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar).
5.      Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal.
6.      Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Keberadaan suatu kelompok dalam satu masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Adapun fungsi tersebut mencakup:
1.      Fungsi pertama dalam Kelompok adalah hubungan sosial dalam arti sebagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya.
2.      Fungsi kedua, pendidikan dalam arti sebagaimana dalam suatu kelompok secara formal maupun informal bekeja untuk mencapaii dan mempertukarkan pengetahuan mengenai fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, namun demikian fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dangan yang diterapkan atau tidak, tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan,jumlah  partisipan dalam kelompok, serta frekuensi interaksi diantara para anggota kelompok.
3.      Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota kelompok dapat berupaya mempersuasi anggotanya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seorang yang terlibat  usaha-usaha persuasi dalam satu kelompok membawa risiko untuk tidak diterima para anggota lainnya.
4.      Fungsi keempat, kegiatan-kegiatan untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan, pemecahan masalah berkaitan dengan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan pembuat keputusan.
5.       Fungsi kelima, terapi. Dari kelompok-kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya. Tentunya individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kekelompok lainnya, guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan membantu kelompok mencapai konsensus.[3]

B.     Klasifikasi dan Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di terminal bus, yang antri di depan loket bioskop, yang berbelanja di pasar, semuanya disebut agregat-bukan kelompok.
Supaya agregat menjadi kelompok, diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi diantara anggota-anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai 2 tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok-ada sense of belonging—yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain (Baron dan Byrne, 1979: 558). [4]
Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para menejer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaruhi kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini yang memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku kita.[5]
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok, yaitu :
1.      Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
a.       Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b.      Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
c.       Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d.      Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
e.       Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
2.      Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif).
Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.[6]
3.      Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
Perubahan perilaku individu terjadi karena apa yang lazim disebut dalam psikologi sosial sebagia pengaruh sosial (social influence). “social influence occurs whenever our behavior, feelings, or attitudes are altered by what others say or do”, itulah definisi Baron dan Byrne. Ada tiga macam pengaruh kelompok :
1.      Konformitas
Komformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
2.    Fasilitasi sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
3.    Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.[7]

C.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan yaitu yang pertama melaksanakan tugas kelompok, dan yang kedua memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi. Misalnya kelompok belajar, maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok :
1.      Faktor situasional: karakteristik kelompok.
a.    Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b.    Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
c.    Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d.   Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.[8]
2.      Faktor personal: karakteristik anggota kelompok
a.    Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut :
1)      Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2)      Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3)      Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
b.    Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).
c.    Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan Raudabaugh meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut :
1)      Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.
2)      Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
3)      Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.
D.    Fungsi Komunikasi Kelompok
Fungsi Komunikasi Kelompok adalah :
1.     Menjalin hubungan social antar anggota dan kelompok. Bagaimana individu dalam suatu kelompok bisa berhubungan social tanpa komunikasi atau sejauh mana suatu kelompok dapat memelihara hubungan social diantara anggota dengan anggota atau pun anggota dengan kelompok.
2.     Fungsi pendidikan atau adukasi. Hal ini berkaitan dengan pertukaran informasi anatar anggota. Melalui fungsi ini kebutuhan anggota akan informasi baru dapat terpenuhi. Dan secara tidak langsung kemampuan para anggota dibidangnya masing-masing dapat embawa pengetahuan baru atau justru membawa keuntungan untuk para anggota lainnya ataupun bagi kelompok.
3.     Kemampuan persuasi. Fungsi ini sebelumnya dapat menguntungkan atau merugikan pihak yang mem-persuasi. Misalnya, seorang anggota yang berusaha mem-persuasi anggota kelompok lainnya untuk tidak atau melakuakan sesuatu. Jika ia mem-persuasi suatu yang sejalan dengan kelompok, maka ia akan diterima dan menciptakan iklim yang positif di dalam kelompok, tapi sebaliknya jika ia mem-persuasi suatu yang bertentangan dengan kelompok, maka akan berpotensi menciptakan konflik dan perpecahan di dalam kelompok.
4.     Fungsi keempat, kegiatan-kegiatan untuk memecahan permasalahan dan membuatan keputusan-kepuusan, disini kelompok berguna untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang tidak dapat di selesaikan oleh anggotanya, serta mencari alternatif untuk menyelasaikan, sedangkan pembuatan keputusan bertujuan untuk memilih salah satu dari banyak nya alternatif solusi yang keluar dari proses pemecahan masalah tersebut.
5.     Fungsi kelima, terapi. Pasti kalian pernah mendengar soal terapi kelompok bukan? Tapi memang fungsi yang kelima ini agak berbeda dengan fungsi-fungsi sebelumnya, karena dalam fungsi kelima ini lebih terfokus pada membantu diri sendiri, bukan membantu kelompok. Disini para individu yang memiliki masalah yang sama dikumpulkan, dan mereka diminta untuk saling terbuka dalam mengungkapkan diri mereka ataupun masalah mereka. Dalam kelompok ini juga tetap membutuhkan pemimpin sebagai pengatur atau penengah jika terjadi konflik atau perbedaan pendapat.
John Dewey (Littlejohn, 2011: 344) menjelaskan bahwa fungsi komunikasi kelompok itu terbagi menjadi 6, antara lain :
1.      Mengungkapkan kesulitan.
2.      Menjelaskan permasalahan.
3.      Menganalisis masalah.
4.      Menyarankan solusi.
5.      Membandingkan alternatif dan menguji mereka dengan tujuan dan kritertia berlawanan.
6.      Mengamalkan solusi yang terbaik.
Sedangkan Randy Y. Hirokawa dalam Morissan (2009: 142), mengatakan bahwa kelompok harus mampu melaksanakan empat fungsi untuk dapat menghasilkan keputusan yang efektif yang terdiri atas :
1.      Analisis Masalah
Kelompok biasanya memulai proses pengambilan keputusan dengan mengidentifikasi dan menilai suatu masalah (identifying and assessing a problem).
2.      Penentuan Tujuan
Kelompok harus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi (gathers and evaluates information) terkait dengan masalah yang tengah dihadapi.
3.      Identifikasi Alternatif
Pada tahap ini, kelompok membuat berbagai usulan alternative (alternative proposal) untuk mengatasi masalah.
4.      Evaluasi Konsekuensi
Berbagai solusi alternatif yang tersedia kemudian di evaluasi dengan tujuan akhirnya adalah untuk mengambil keputusan.[9]
E.     Analisis Proses Interaksi
Robert Bales menyusun teori mengenai analisis proses interaksi (interaction process analysis) yang saat ini sudah menjadi karya klasik. Dengan menggunakan hasil risetnya selama bertahun-tahun sebagai fondasi, Bales menyusun teori mengenai jenis-jenis pesan yang saling dipertukarkan orang dalam kelompok, bagaimana pesan-pesan itu membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok, dan bagaimana pesan tersebut mempengaruhi karakter atau sifat kelompok secara keseluruhan.
Menurut Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori yaitu:[10]
1.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan cukup informasi, maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah komunikasi”.
2.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah evaluasi”.
3.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah pengawasan”.
4.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak bisa mencapai kesepakatan maka mereka akan mendapatkan “masalah keputusan”.
5.      Jika tidak terdapat cukup dramatisi maka akan muncul “masalah ketegangan”.
6.      Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat “masalah reintegrasi”, yang berarti kelompok itu tidak mampu membangun kembali suatu “perasaan kita” atau kesatuan (cohesiveness) dalam kelompok bersangkutan.
Teori Bales ini dapat kita lihat dengan mudah penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kita adalah salah satu anggota kelompok yang tengah mengerjakan tugas penelitian dari dosen. Tugas kelompok adalah menentukan topik atau tema penelitian, melaksanakannya dan menyusun laporannya. Dalam hal ini jika:
1.      Masing-masing anggota kelompok menyimpan informasi dan tidak memberitahukannya kepada anggota lainnya maka mereka tidak akan mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak tahu apa yang dapat dilakukannya masing-masing anggota untuk mencapai tujuan kelompok.
2.      Masing-masing anggota kelompok tidak mampu memberikan pendapat maka mereka tidak akan mampu mengevaluasi ide dan gagasan, dan kelompok itu akan berakhir nasibnya dengan hasil yang sangat buruk.
3.      Masing-masing anggota kelompok tidak ada yang memberikan saran, maka kelompok tidak memiliki elemen pengawasan karena tidak ada anggota yang mengatakan mengenai apa yang harus dilakukan kelompok.
4.      Semua anggota kelompok bersikap setuju saja maka ide atau gagasan tidak teruji sehingga kelompok menghasilkan keputusan yang buruk.
5.       Sebaliknya, jika seluruh anggota berbeda pendapat maka akan terdapat banyak konflik, dan kelompok tidak akan mampu membuat keputusan sama sekali.
6.      Anggota kelompok tidak memiliki sikap santai sama sekali, maka muncullah ketegangan sehingga menghasilkan kelompok yang tidak produktif.




BAB III
PENUTUP
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dapat berlangsung antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Tetapi tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di terminal bus, yang antri di depan loket bioskop, yang berbelanja di pasar, semuanya disebut agregat-bukan kelompok. Diantara karakteristik komunikasi kelompok adalah Komunikasi yang terjadi dalam kelompok bersifat homogeny, dalam diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan pada saat itu juga, umpan balik (feedback) di dalam komunikasi terjadi secara langsung. Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan yaitu yang pertama melaksanakan tugas kelompok, dan yang kedua memelihara moral anggota-anggotanya. Menurut Randy Y. Hirokawa kelompok harus mampu melaksanakan empat fungsi untuk dapat menghasilkan keputusan yang efektif yaitu Analisis Masalah, Penentuan Tujuan,  Identifikasi Alternatif dan  Evaluasi Konsekuensi.


















DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Herdiyan, Gumgum Gumelar. Psikologi Komunikasi dan Persuasi. Jakarta:  Akademia Permata.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
 Asep Anshorie, eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 361-371.
Felicia Wonodihardjo, Jurnal E-Komunikasi, VOL 2. NO.3 TAHUN 2014.
Reza Fiezry Lubis, Jurnal Komunikasi Kelompok Pada Komunitas Musik Indie.







[1] Felicia Wonodihardjo, Jurnal E-Komunikasi, VOL 2. NO.3 TAHUN 2014.
[2] Asep Anshorie, eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 361-371.
[3] Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi, (Jakarta: Akademia Permata), hlm.114-115.
[4] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.139-140
[5] Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, op.cit., hlm.120.
[6]Jalaluddin Rakhmat, op.cit., hlm.140-143.
[7] Jalaluddin Rakhmat, op.cit., hlm.148-155.
[8] Jalaluddin Rakhmat, op.cit., hlm.158-163.
[9] Reza Fiezry Lubis, Jurnal Komunikasi Kelompok Pada Komunitas Musik Indie.
[10]Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm.334-337.

Download file di sini 

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...