Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI B] LOCUS OF CONTROL

Locus Of Control
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu  :  Nikmah Rochmawati M.Si


Disusun oleh:
1.      Malisa Putri Intan Sari                                          1607016045
2.      Ratna Krisnawati                                                  1607016085


JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2017
  BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                 Istilah Locus of control muncul dalam teori social learning Rotter yang mengemukakan bahwa terdapat beberapa factor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar, salah satunya expectancy atau harapan seseorang bahwa reinforcement  akan muncul dalam situasi tertentu. Konsep expectancy ini yang melahirkan istilah locus of control. Locus of control adalah sikap, keyakinan atau harapan umum tentang hubungan kausal antara perilaku seseorang dengan konsekuensinya,harapan umum yang mengacu pada keyakinanan seeorang bahwa dapat atau tidak dapat mengontrol kehidupannya.
                 Locus of control merupakan hal penting dalam konteks pencapaian karena keyakinan harapan dihipotesikan mempengaruhi perilaku. Siswa yang percaya mereka memiliki control atas keberhasilan dan kegagalan harus lebih gigih dalam mengerjakkan tugas akademik, mengembangkan usaha, dan ulet dibandingkan siswa yang meykini perilku mereka hanya berperilaku kecil padahasil. Dengan demikian usaha dan keuletan meningkatkan pencapaian. (Lefourt, 1976; Phares, 1976). Terlepas dari apakah locus of control merupakan pemberi kecenderungan umum atas khusus secara situasi, ia mencerminkan harapan hasil. Harapan hasil merupknpenentu perilaku berprestasi yang penting, tetapi itu saja tidak cukup.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa itu locus of control?
2.      Apa saja orientasi locus of control?
3.       Apa saja karakteristik locus of control?
4.      Apa saja aspek-aspek locus of control?
5.      Bagaimana locus of control dalam pandangan islam?
C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang locus of control.
2.       Untuk mengetahui orientasi locus of control.
3.      Untuk mengetahui karakteristik lous of control.
4.      Untuk mengetahui aspek locus of control.
5.      Untuk mengetahui locus of control dalam pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Locus of Control
            Locus of control ialah bagaimana individu merasa /melihat garis/hubungan antara tingkah lakunya dan akibatnya, apakah ia dapat menerima tanggung jawab atau tidak atas tindakannya. Menurut Rotter,locus of control mempunyai dimensi eksternal dan Internal. Dimensi eksternal akan menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada di luar diri si pelaku. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada pada diri si pelaku.[1]
            Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.
             Locus of control merupakan sebuah konsep yang menggambarkan persepsi seseorang tentang tanggungjawab atas kejadian-kejadian dalam hidupnya. Locus of control adalah konstruk psikologis yang digunakan untuk mengidentifikasikan persepsi afektif seseorang dalam control diri terhadap lingkungan eksternal dan tingkat tanggungjawab atas personal. Ada sejumlah orang yang merasa didorong oleh pengruh eksternal, sementara ada sejumlah orang lainnya bahawa locus of control terhadap kehidupannya terletakdi dalam dirinya sendiri.[2] Menurut forte,locus of control mengacu pada kondisi individu mengatribusikan kesuksesan dan kegagalan mereka. Forte juga mengatakan bahwa ketika orang-orang mempersepsikan locus of control tersebut berada dalam individu itu sendiri, mereka akan menghasilkan achievement atau pencapaian yang lebih besar dalam hidup di karenakan mereka merasa potensinya benar-benar dapat dimanfaatkan sehingga mereka menjadi lebih kreatif dan produktif.[3]
            Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa locus of control adalah sebuah keyakinan seseorang  tentang keberadaan control diri dan seberapa besarkontrol yang di miliki terhadap keberhasilan dan kegagalan yang dialami serta situasi atau kejadian yang adadi dalam kehidupannya. Sebagian orang cenderung menganggap kesukesan sebagai keberuntungan atau kesempatan sedangkan sisanya memiliki sense  of control pesonal.
2.      Orientasi Locus of Control
            Locus Of Control dibagi menjadi dua dimensi menurut Ivancevich dan Matterson dalam Utami (2014), diantaranya :
a.       Internal locus of control
Merupakan individu dengan keyakinan bahwa jika mereka bekerja keras mereka akan berhasil, dan percaya bahwa orang yang gagal adalah karena kurangnya kemampuan atau motivasi. Individu yang mempunyai internal locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Hasil yang dicapai locus of control internaldianggap berasal dari aktifitas dirinya. Bagi seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan didalamnya (Kreitner dan Kinicki, 2003).
b.      External locus of control
Merupakan individu yang percaya bahwa takdir, kesempatan, keberuntungan, atau prilaku orang lain menentukan apa yang terjadi pada mereka. Individu yang berfikir bahwa kekuatan-kekuatan di luar kendali mereka mendikte apa yang terjadi pada mereka dikatakan mempunyai external locus of control (Moorhead & Griffin, 2013).Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external locus of control diidentifikaikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan(Kreitner & Kinichi, 2003).
c.        Lebih lanjut dinyatakan bahwa dimensi internal-external locus of control dari Rotter memfokuskan pada strategi pencapaian tujuan tanpa memperhatikan asal tujuan tersebut. Sedangkan pada individu  locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dan dikontrol dari keadaan sekitarnya. (Kreitner & Kinichi, 2003).
3.      Karakteristik Locus of Control
            Perbedaan karakteristik antara internal locus control dengan external locus of control sebagai berikut :
1.      Internal locus of control
 adalah individu yang percaya bahwa dirinya dapat mengendalikan apa yang terjadi dalam kehidupan mereka mempunyai karakteristik :
(a)    Menunjukkan motivasi yang besar
(b)   Memiliki inisiatif yang tinggi
(c)    Mempunyai harapan dan usaha yang tinggi
(d)   Prestasi mengarah pada penghargaan yang berarti
(e)    Mempunyai kepuasaan tersendiri atas prestasi yang diraih dari  kerja kerasnya
2.   External locus of control
 adalah individu yang percaya bahwa takdir, kesempatan, keberuntungan, atau prilaku orang lain menentukan apa yang terjadi pada mereka mempunyai karakteristik :
(a)       Kurang termotivasi
(b)      Kurang memiliki inisiatif
(c)       Mudah menyerah dan menyalahkan keadaan
(d)      Cenderung pasrah dan kurang memiliki inisiatif.
(e)       Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luar dan takdir yang mengontrol hidup mereka. (Kreitner & Kinichi, 2003), Crider dalam Fakhidah (2012).



4.      Aspek Locus of Control
            Menurut  Mearn (dalam The Social Learning of Julian B Rotter, 2004) Konsep tentang locus of control yang di kembangkan oleh Rotter memiliki 4 konsep dasar,yaitu :
a.       Potensi Perilaku ( Behavior Potential)
      Potensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan terjadi dalam situasi tertentu. Kemungkinan itu ditentukan dengan referensi pada penguatan atau rangkaian penguatan yang bisa mengikuti perilaku tersebut. Keyakinan utama dalam sebagian besar teori motivasi ialah bahwa orang-orang mencoba mengontrol aspek-aspek penting dalam kehidupan mereka (Schunk & Zimmerman, 2006). Keyakinan ini mencerminkan pemikiran mengenai lokus kontrol, atau sebuah harapan yang di samaratakan terkait apakah respons mempengaruhi hasil yang di peroleh seperti keberhasilan dan hadiah (Rotter,1996). Orang-orang meyakini bahwa hasil terjadi secara independen terkait dengan cara mereka bersikap (locus of control eksternal) atau hasil tersebut terjadi secara tidak sengaja dalam perilaku mereka.
      Locus of Control merupakan hal penting dalam konteks pencapaian karena keyakinan harapan dihipotesakan mempengaruhi perilaku. Siswa yang percaya mereka memiliki kontrol atas keberhasilan dan kegagalan harus lebih gigih dalam mengerjakan tugas akademik, mengembangkan usaha, dan ulet dibandingkan siswa yang meyakini perilaku mereka banya berpengaruh kecil pada hasil. Dengan demikian, usaha dan keuletan meningkatkan pencapaian (Lefcoirt, 1976; Phares,1976).
b.      Pengharapan (Expectancy)
      Pengharapan merupakan kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara khusus pada situasi yang diberikan yang akan di ikuti oleh penguatan yang telah diprediksikan. Kepercayaan ini berdasarkan pada probabilitas/ kemungkinan kekuatan yang akan terjadi.
      Terlepas dari apakah lokus kontrol merupakan pemberi kecenderungan umum atau khusus secara situasi, ia mencerminkan harapan hasil. Harapan hasil merupakan penentu perilaku berprestasi yang penting, tetapi itu saja tidak cukup (Bendura,1982b, 1997). Siswa tidak mengerjakan tugas karena mereka tidak mengharapkan kinerja kompeten untuk mewujudkan hasil yang di inginkan ( harapan pada hasil negatif), seperti yang akan terjadi jika mereka meyakini bahwa guru tidak menyukai mereka dan tidak akan menghargai mereka seberapa baik pun mereka bekerja. Harapan pada hasil yang positif tidak menjamin motivasi yang tinggi. Siswa mungkin percaya bahwa kerja keras akan menghasilkan nilai yang baik tetapi merwka tidak akan bekerja keras jika mereka ragu dengan kemampuan mereka untuk menunjukkan usaha (efikasi-diri rendah).[4]
c.       Nilai Penguatan (Reinforcement  Value)
      Merupakan penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu penguatan sebagai pengganti yang lain. Setiap orang menemukan penguat yang berbeda  nilainya pada aktifitas yang berbeda-beda.Pemilihan penguatan ini berasal brasal dari pengalaman yang menghubungkan penguatan masa lalu dengan yang terjadi saat ini.Berdasarkan hubungan ini, berkembang pengharapan untuk masa depan. Karena itulah itulah terjadi hubungan antara konsep pengharapan dan nilai penguatan.
d.      Situasi Psikologi (Psychological Situation)
      Merupakan hal yang penting dalam menentukan tingkah laku. Rotter percaya bahwa secara terus-menerus seseorang akan memberikan reaksi pada lingkungan internal maupun eksternal saja tetapi juga kedua lingkungan. Penggabungan ini yang disebut penggabungan situasi psikologi dimana situasi di pertimbangkan secara psikologis karena seseorang mereaksi lingkungan berdasarkan pola-pola persepsi terhadap stimulus eksternal.
      Phares (dalam silalahi 2009:30-32) menjelaskan aspek-aspek locus of control lebih terperinci dalam 2 aspek, yaitu :
1). Aspek internal
      Seseorang yang memiliki locu of control internalselalu menghubungkan peristiwa yang dialaminya dengan factor dalam dirinya.Karena mereka percaya bahwa hasil dan perilakunya disebabkan factor dari dalam dirinya. Faktor dalam aspek internal antara lain: kemampun, minat dan uaha.
a.       Kemampuan
Seseorang yakin bahwa kesuksesan dan kegagalan telah terjadi sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki.
            Menurut Kartono & Gulo (dalam kamus psikologi 2003:1) definisi kemampuan (Ability) adalah istilah umum yang dikaitkan dengan kemampuan atau potensi untuk menguasai suatu keahlian ataupun pemilikan keahlian itu sendiri. Sudah menjadi hal yang biasa menemukan siswa yang secara umum bahwa mereka hanya mampu mengontrol sedikit keberhasilan dan kegagalan akademik tetapi juga meyakini mereka bisa melakukan kontrol yang besar pada kelas tertentu karena guru dan teman bersifat membantu dan karena mereka menyukai kontennya.[5]
b.      Minat
Seseorang memiliki minat yang lebih besar terhadap control perilaku, peristiwa dan tindakannya. Tamuolan ( 2004:28) Mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.
c.       Usaha
Seseorang yang memiliki locus of control internal bersifat optimis,pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol perilakunya.
            Segerestrom (1988) berpendapat bahwa sikap optimis adalah cara berpikir yang positif dan realities dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah beruaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk.(Ghufron & Risnawita 2010:95)
2). Aspek Eksternal
Seseorang yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa hasil dan perilakunya disebabkan factor dari luar dirinya. Faktor dalam aspek ekternl antara lain naib,keberuntungan, sosial ekonomi,dan pengaruh orang lain.
a.       Nasib
Seseorang akan mengnggap kesuksesan dan kegagalan yang dialami telah ditakdirkan dan mereka tidak dapat merubah kembali peristiea yang telah terjadi,mereka akan percaya firasat baik dan buruk.
b.      Keberuntungan
Seseorang yang memiliki tipe ekternal mempercayai  adanya keberuntungan, mereka menganggap bahwa setiap orang memiliki keberuntungan. Menurut kamu besar bahasa Indonesia beruntung adalah suatu keadaan mujur yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa bagi perjalanan hidup seseorang.
c.       Sosial Ekonomi
Seseorang yang memiliki tipe eksternal menilai orang lain berdasarkan tingkat kesejahteraan dan bersifat matrealistik.
       Makin berkembang dan bervariainya status dalam masyarakat, menyebabkan timbulnya kecenderungan untuk mengelompokkan ststus yang kira-kira sama tingginya kedalam suatu kelas.  Dalam penelitian antropologi, (Morton Fried (1967), dalam kotak,2004, 2006) menatakan bahwa hal ini didasari ketidaksamaan peluang untuk mengakses kesejahteraan dan kekuasaan. Demikianlah dalam masyarakat ini terjadi kelas sosial. Orang-orang dengan status yang tinggi dikelompokkan ke dalam kelas sosial tinggi, sedangkan orang-orang dengan status sosial yang rendah di golongkan kedalam kelas sosial rendah.
d.      Pengaruh Orang lain
       Seseorang yang memilikitipe eksternl menganggap bahwa orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi mempengaruhi perilaku mereka dan sangat mengharapkan bantuan orang lain.  Berbeda dengan Rotter yang memandan locus of control sebagai unidimensional (internal ke eksternal). Hannah Levenson (1973) menyatakan bahwa lous of control mencakup tiga aspek, yaitu aspek internal, yang mana mencakupkeykinn seseorng bahwa kejadian-kejadian dalm hidupnya di tentukan oleh kemampuan dirinya endiri, aspek powerful others ( kekuatan orang lain) yang mana mencakupkeyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadiandalam hidupnya di tentukan oleh kekuatan orangyang bekuasa, dan aspek chance (kesemptan) yang mana mencakup keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya terutama di tentukan oleh nasib, peluang dan keberuntungan.Menurut model levenson,salah satu dari ketigany dapat mendukung masing-masing dimensi locus of control secara independen dan pada waktu bersamaan.
       Dengan demikin disimpulkan aspek-aspek locus of control terdiri dari aspek internal dan eksternal, yang mana aspek internal mengarah terhadap keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadiandalm kehidupannya di pengaruhi oleh factor di dalam dirinya seperti kemampuan,minat dn usahanya. Sedangkan aspek eksternal mengrh kepda keyakinan individu yang di pengaruhi oleh faktor di luar dirinya antara lain nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain
.
5.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Locus Of Control
            Pembentukan Locus Of Control sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh factor lingkungan. Faktor lingkungan ini tidak lepas dari peran keluarga terutama orang tua ketika masa awal perkembangan. Menurut Monks (1982) pembentukan locus of control tergantung dari :
a.       Stimulus
Jika anak kekurangan stimulasi dari lingkungan maka hal ini dapat menyebabkan anak mengalami deprivasi persepsual (tidak memperoleh stimulasi yang memadai).
b.      Respon
    Memberikan respondan reaksi pada saat yang tepat terhadap tingkah laku anak dapat memberikan pengaruh yang penting terhadap rasa diri anak. Aspek ini sangat berpengaruh dalam pembentukan locus of control internal atau eksternal pada anak, ketika lingkungan selalu merespon perilaku anak maka anak merasa bahwa dirinyalah yang menguasai reinforcement. Pernyataan tersebut pernah dikemukakan pertama kali oleh Julian Rotter yang menyatakan bahwa lingkungan memberi respon atau reaksi pada saat yang tepat terhadap tingkah laku individu, maka dapat memberikan pengaruh yang penting pada persepsi individu terhadap dirinya. Karena individu memperoleh respon terhadap tingkah lakunya maka ia merasa bahwa tingkah lakunya tersebut dapat mengakibatkan sesuatu dalam lingkungannya. Hal ini dapat menimbulkan motif yang dipelajari yang disebut dengan locus of control internal,begitu pula sebaliknya untuk locus of control eksternal. ( Marga,2000).
    Individu yang cenderung berorientasi pada locus of control internal dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kehangatan dan demokratis. Sedangkan individu yang cenderung berorientassi pada locus of control eksternal  di bearkn dari lingkungan yang banyak menerapkan hukuman fisik, hukuman afektif, dan pengurangan hak-hak istimewa. (Mc Donald & Phares,1976:123).
    Interaksi antara anak dan orang tua yang hangat, fleksibel akan menghasilkan anak yang berorientasi ke internal, bila dibandingkan orang tua yang menolak, memusuhi dan mendominasi dalam segala sesuatu. Sering tidaknya orang tua berada berada di rumh mempengaruhi terbentuknya locus of control. Anak-anak yang orang tuanya sering tidak berada dirumah lebih eksternl bila dibandingkan dengan orangtua yang sering berada di rumah. Selain factor lingkungan sosial,perkembangan locus of control ke arahinternal terjadi dengan bertambahnya usia seseorang.Menurut Englar bahwa semakin dewasa usia maka locus of ontrol berkembang ke arah internal dan stabil pada usia paruh baya. Hal ini di sebabkan karena semakin bertambahnya kemampuan persepsi sehingga memunkinkan mereka melakukan penyesuaian terhadap model-model penalaran logisyang menyangkut sebab akibat yang terjadi antara perilaku dan motivasi yang melatarbelakanginya. (Ghufron & Risnawati 2010:70). Benson dan steele ( dalam Encyclopedia of Human Development 2005) mengemukakan bahwa sejarah dan konstek budaya juga penting dalam perkembangan locus of control  karena dapat mempengaruhi control persepsi seseorang tentang perhitungan nilai-nilai sosial.
    Rotter dan para ahli juga menemukan bahwa usia mempengaruhi locus of control yang dimiliki individu . Ditunjukkan dengan locus of control internal akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini berkaitan dengan tingkat kematangan berpikir dan kemampuan mengambil keputusan. Dimana teori rotter menitik beratkan pada penilaian kognitif terutama persepsi sebagai penggerak tingkah laku dan tentang bagaimana tingkah laku dikendalikan dan di arahkan melalui fungsi kognitif. (Allen, 2003 : 291).
    Kebudayaan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi locus of ontrol seperti pada budaya barat dan timur. Secara umum budaya barat lebih pada kendali internl, sedangkan budaya timur lebih pada kendali eksternal. (Rothbaum,Weiz& Synder, 1982; dalam Wade $Tavris, 2007:300).
     Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan locus of control  di antaranya factor lingkungan yang didukung oleh peran keluarga terutama orang tua ketika masa-masa awal perkembangan anak. Bertambahnya usia seseorang, sejarah dan konteks budaya,kejadian-kejadian yang relative mempunyai makna penting yang muncul pada waktu tertentu seperti kemtian orang yang dicintai,kecelakaan atau bencana alam, kejadian atau factor yang bersifat berkelnjutan atau terus menerus diantaranya: diskriminasi sosial (perbedaan ras, suku, status sosialdan status ekonomi). Ketidakmampuan yang berkepanjangan dan pola asuh.

6.      Locus of Control dalam Pandangan Islam
            Locus of Control merupakan sumber keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu terhadap peristiwa-peritiwa yang terjadi didalam hidupnya yang dipengaruhi oleh factor yang ada dalam dirinyaykni kemampuan, minat dan usahanya atau factor diluar dirinya seperti nasib, keberuntungan dan pengaruh orang lain yang lebih berkuasa.
            Dalam islam keyakinan pada diri sendiri sangat penting, Karen keyakinan membuat seseorang mampu mengerahkan seluruh tindakan dan perilakunya. Tanpa keyakinan seseorang akan selalu merasa dalam keraguan sehingga jiwanya mudah terombng-ambing dan mengikuti arus yang akan membawanya, ia akan lemah dan rapuh dan akhirnya mudah terpengaruh. Sebagaimana firman allah di dalam surat Ar-ra’d ayat 11:           
له معقبت من بين يديه و من خلفه يحفظونه من ا مر الله  ا ن الله لايغر ما بقو م حت يغيرواما با نفسهم و ا دا ا را د الله بقو م سو ء ا فلا مر د له وما لهم من دو نه من وال                                                                                                                 
    "Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd: Ayat 11)
            Berdasarkan ayat tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya manusia harus senantiasa berusaha dengan kemampuan yang di milikinya untuk meraih tujuan yang ingin di capainya. Karena hasil yang akan dicapainya tergantung dari usahayang telah di lakukannya. Sikap optimis dan mawas diri sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan, dengan mawas diri kita akan berusaha mengoreksi diri.
            Seseorang yang memiliki orientasi locus of control internal terdorong untuk berpikir positif sehinggga akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Mereka meyakini bahwa segala permasalahan yang terjadi dalm hidupnya, dalam bentuk cobaan, rintangan dan hambatan yang di hadapinya sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pribadi. Dan mereka tidak menilainya sebagai beban, bahkan merek meyakinibahwa allah tidak akan membebani hambaNya melebihi kemampuannya.
             Sebaliknya orang yang memiliki orientasi locus of control eksternal cenderung mempunyai sikap pesimis yang membuatnya putu asa dalam menghadapi permasalahan hidup. Ia merasa bimbang saatmembuat keputusan pribadi, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam dan membentuk karakter seseorang menjadi tidak percaya akan kemampuan diri sendiri dan cenderung tidak bertanggungjawab terhadap kegagalan. Sehingga mudah menyalahkan sebab diluar dirinya sebagai sumber dari kegagalannya.











BAB III
PENUTUP

            Istilah Locus of control muncul dalam teori social learning Rotter yang mengemukakan bahwa terdapat beberapa factor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar, salah satunya expectancy atau harapan seseorang bahwa reinforcement  akan muncul dalam situasi tertentu. Konsep expectancy ini yang melahirkan istilah locus of control. Locus of control adalah sikap, keyakinan atau harapan umum tentang hubungan kausal antara perilaku seseorang dengan konsekuensinya,harapan umum yang mengacu pada keyakinanan seeorang bahwa dapat atau tidak dapat mengontrol kehidupannya.
             Locus of ontrol di orientasikan kedalam locus of control internal seperti internality dan locus of control eksternal seperti powerful dan chance. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan locus of control  di antaranya factor lingkungan yang didukung oleh peran keluarga terutama orang tua ketika masa-masa awal perkembangan anak. Bertambahnya usia seseorang, sejarah dan konteks budaya,kejadian-kejadian yang relative mempunyai makna penting yang muncul pada waktu tertentu seperti kemtian orang yang dicintai,kecelakaan atau bencana alam, kejadian atau factor yang bersifat berkelnjutan atau terus menerus diantaranya: diskriminasi sosial (perbedaan ras, suku, status sosialdan status ekonomi).Ketidakmampuan yang berkepanjangan dan pola asuh. 











DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Howard S dan Miriam. Schustak.2006. Kepribadian teori klasik dan riset modern edisi ketiga. Jakarta: Penerbit erlangga.

Suwandaru, Agung. 2015. Pengaruh locus of control terhadap kinerja guru dengan etika kerj islam sebagai variable intervening. Jurnal Urwatul wutsqo, Volume 4. No. 2.

Schunk, Dale H. LearningTheories an educational perpective, Terj.Eva Hamidah & Rahmat Fajar, 2012. Yogyakarta: pustaka pelajar.
            Robbbins  dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta : Salemba Empat

            Austin, Wendy dan Boyd, Mary. 2010 “Psychiatric and Mental Health Nursing for           Canadian Practice “London: Whurr Publisher


                                                  



[1] Wendy Austin dan Mary ann Boyd, “Psychiatric and Mental Health Nursing for Canadian Practice “, (London: Whurr Publishers, 2010), hal. 857
[2] Howard S Friedman dan MiriamW. Schustak, Kepribadian teori klasik dan riset modern edisi ketiga , (Jakarta:Penerbit erlangga 2006) hlm.67
[3] Agung Suwandaru, Pengaruh locus of control terhadap kinerja guru dengan etika kerj islam sebagai variable intervening. Jurnal Urwatul wutsqo, Volume 4. No. 2. September 2015
[4] DaleH. Schunk, LearningTheories an educational perpective, Terj.Eva Hamidah & Rahmat Fajar (Yogyakarta: pustaka pelajar,2012) hlm.503
[5] Dale H. Schunk, LearningTheories an educational perpective, Terj.Eva Hamidah & Rahmat Fajar (Yogyakarta: pustaka pelajar,2012) hlm.502

Download file di sini

1 komentar:

  1. hallo kak, saya mau bertanya..
    untuk faktor dan dimensi locus of control ada di buku apa ya kak..Terimakasih sebelumnya

    BalasHapus

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...