Locus Of Control
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Nikmah
Rochmawati M.Si
Disusun oleh:
1.
Malisa Putri
Intan Sari 1607016045
2.
Ratna Krisnawati 1607016085
JURUSAN
PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah Locus of control muncul
dalam teori social learning Rotter yang mengemukakan bahwa terdapat beberapa
factor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar, salah satunya expectancy atau
harapan seseorang bahwa reinforcement
akan muncul dalam situasi tertentu. Konsep expectancy ini yang melahirkan
istilah locus of control. Locus of control adalah sikap, keyakinan atau harapan
umum tentang hubungan kausal antara perilaku seseorang dengan
konsekuensinya,harapan umum yang mengacu pada keyakinanan seeorang bahwa dapat
atau tidak dapat mengontrol kehidupannya.
Locus of control merupakan hal
penting dalam konteks pencapaian karena keyakinan harapan dihipotesikan
mempengaruhi perilaku. Siswa yang percaya mereka memiliki control atas
keberhasilan dan kegagalan harus lebih gigih dalam mengerjakkan tugas akademik,
mengembangkan usaha, dan ulet dibandingkan siswa yang meykini perilku mereka
hanya berperilaku kecil padahasil. Dengan demikian usaha dan keuletan
meningkatkan pencapaian. (Lefourt, 1976; Phares, 1976). Terlepas dari apakah
locus of control merupakan pemberi kecenderungan umum atas khusus secara
situasi, ia mencerminkan harapan hasil. Harapan hasil merupknpenentu perilaku
berprestasi yang penting, tetapi itu saja tidak cukup.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu locus of control?
2.
Apa saja orientasi locus of control?
3.
Apa saja karakteristik locus of control?
4.
Apa saja aspek-aspek locus of
control?
5.
Bagaimana locus of control dalam
pandangan islam?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang locus of
control.
2.
Untuk mengetahui orientasi locus of control.
3.
Untuk mengetahui karakteristik lous
of control.
4.
Untuk mengetahui aspek locus of
control.
5.
Untuk mengetahui locus of control
dalam pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Locus of Control
Locus
of control ialah bagaimana
individu merasa /melihat garis/hubungan antara tingkah lakunya dan akibatnya,
apakah ia dapat menerima tanggung jawab atau tidak atas tindakannya. Menurut
Rotter,locus of control mempunyai dimensi eksternal dan Internal.
Dimensi eksternal akan menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu
berada di luar diri si pelaku. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa
tanggung jawab segala perbuatan itu berada pada diri si pelaku.[1]
Robbins
dan Judge (2007) mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana individu
yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah
individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun
yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin
bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar
seperti keberuntungan dan kesempatan.
Locus of control merupakan sebuah konsep yang
menggambarkan persepsi seseorang tentang tanggungjawab atas kejadian-kejadian
dalam hidupnya. Locus of control adalah konstruk psikologis yang digunakan
untuk mengidentifikasikan persepsi afektif seseorang dalam control diri
terhadap lingkungan eksternal dan tingkat tanggungjawab atas personal. Ada
sejumlah orang yang merasa didorong oleh pengruh eksternal, sementara ada
sejumlah orang lainnya bahawa locus of control terhadap kehidupannya terletakdi
dalam dirinya sendiri.[2]
Menurut forte,locus of control mengacu pada kondisi individu mengatribusikan
kesuksesan dan kegagalan mereka. Forte juga mengatakan bahwa ketika orang-orang
mempersepsikan locus of control tersebut berada dalam individu itu sendiri,
mereka akan menghasilkan achievement atau pencapaian yang lebih besar dalam
hidup di karenakan mereka merasa potensinya benar-benar dapat dimanfaatkan
sehingga mereka menjadi lebih kreatif dan produktif.[3]
Berdasarkan pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa locus of control adalah sebuah keyakinan seseorang tentang keberadaan control diri dan seberapa besarkontrol
yang di miliki terhadap keberhasilan dan kegagalan yang dialami serta situasi
atau kejadian yang adadi dalam kehidupannya. Sebagian orang cenderung
menganggap kesukesan sebagai keberuntungan atau kesempatan sedangkan sisanya
memiliki sense of control pesonal.
2.
Orientasi
Locus of Control
Locus Of Control dibagi menjadi dua dimensi menurut Ivancevich dan
Matterson dalam Utami (2014), diantaranya :
a. Internal locus of control
Merupakan individu dengan keyakinan bahwa jika mereka
bekerja keras mereka akan berhasil, dan percaya bahwa orang yang gagal adalah
karena kurangnya kemampuan atau motivasi. Individu yang mempunyai internal locus of
control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada
diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian
dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Hasil yang dicapai locus of
control internaldianggap berasal dari aktifitas dirinya. Bagi
seseorang yang mempunyai internal locus of control akan
memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu
turut berperan didalamnya (Kreitner dan Kinicki, 2003).
b. External locus of control
Merupakan individu yang percaya bahwa takdir, kesempatan, keberuntungan,
atau prilaku orang lain menentukan apa yang terjadi pada mereka. Individu yang
berfikir bahwa kekuatan-kekuatan di luar kendali mereka mendikte apa yang
terjadi pada mereka dikatakan mempunyai external locus of control
(Moorhead & Griffin, 2013).Pada individu yang mempunyai external
locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat
diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu
tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external locus
of control diidentifikaikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk
bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang
menguntungkan(Kreitner & Kinichi, 2003).
c.
Lebih lanjut dinyatakan
bahwa dimensi internal-external locus of control dari Rotter
memfokuskan pada strategi pencapaian tujuan tanpa memperhatikan asal tujuan
tersebut. Sedangkan pada individu locus of
control eksternal menganggap
bahwa keberhasilan yang dicapai dan dikontrol dari keadaan sekitarnya.
(Kreitner & Kinichi, 2003).
3.
Karakteristik Locus of Control
Perbedaan karakteristik antara internal locus
control dengan external locus of control sebagai
berikut :
1. Internal locus of control
adalah individu yang percaya bahwa dirinya dapat mengendalikan apa yang
terjadi dalam kehidupan mereka mempunyai karakteristik :
(a) Menunjukkan motivasi yang besar
(b) Memiliki inisiatif yang tinggi
(c) Mempunyai harapan dan usaha yang tinggi
(d) Prestasi mengarah pada penghargaan yang berarti
(e) Mempunyai kepuasaan tersendiri atas prestasi yang
diraih dari kerja kerasnya
2. External locus
of control
adalah individu yang percaya bahwa takdir, kesempatan, keberuntungan, atau
prilaku orang lain menentukan apa yang terjadi pada mereka mempunyai karakteristik
:
(a) Kurang termotivasi
(b) Kurang memiliki inisiatif
(c) Mudah menyerah dan menyalahkan keadaan
(d) Cenderung pasrah dan kurang memiliki inisiatif.
(e) Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa
faktor luar dan takdir yang mengontrol hidup mereka. (Kreitner
& Kinichi, 2003), Crider dalam Fakhidah (2012).
4.
Aspek Locus of
Control
Menurut Mearn (dalam The Social Learning of Julian B
Rotter, 2004) Konsep tentang locus of control yang di kembangkan oleh Rotter
memiliki 4 konsep dasar,yaitu :
a.
Potensi Perilaku ( Behavior
Potential)
Potensi
perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan terjadi dalam
situasi tertentu. Kemungkinan itu ditentukan dengan referensi pada penguatan
atau rangkaian penguatan yang bisa mengikuti perilaku tersebut. Keyakinan utama
dalam sebagian besar teori motivasi ialah bahwa orang-orang mencoba mengontrol
aspek-aspek penting dalam kehidupan mereka (Schunk & Zimmerman, 2006).
Keyakinan ini mencerminkan pemikiran mengenai lokus kontrol, atau sebuah
harapan yang di samaratakan terkait apakah respons mempengaruhi hasil yang di
peroleh seperti keberhasilan dan hadiah (Rotter,1996). Orang-orang meyakini
bahwa hasil terjadi secara independen terkait dengan cara mereka bersikap
(locus of control eksternal) atau hasil tersebut terjadi secara tidak sengaja dalam
perilaku mereka.
Locus
of Control merupakan hal penting dalam konteks pencapaian karena keyakinan
harapan dihipotesakan mempengaruhi perilaku. Siswa yang percaya mereka memiliki
kontrol atas keberhasilan dan kegagalan harus lebih gigih dalam mengerjakan
tugas akademik, mengembangkan usaha, dan ulet dibandingkan siswa yang meyakini
perilaku mereka banya berpengaruh kecil pada hasil. Dengan demikian, usaha dan
keuletan meningkatkan pencapaian (Lefcoirt, 1976; Phares,1976).
b.
Pengharapan (Expectancy)
Pengharapan
merupakan kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara khusus pada situasi
yang diberikan yang akan di ikuti oleh penguatan yang telah diprediksikan.
Kepercayaan ini berdasarkan pada probabilitas/ kemungkinan kekuatan yang akan
terjadi.
Terlepas
dari apakah lokus kontrol merupakan pemberi kecenderungan umum atau khusus
secara situasi, ia mencerminkan harapan hasil. Harapan hasil merupakan penentu
perilaku berprestasi yang penting, tetapi itu saja tidak cukup (Bendura,1982b,
1997). Siswa tidak mengerjakan tugas karena mereka tidak mengharapkan kinerja
kompeten untuk mewujudkan hasil yang di inginkan ( harapan pada hasil negatif),
seperti yang akan terjadi jika mereka meyakini bahwa guru tidak menyukai mereka
dan tidak akan menghargai mereka seberapa baik pun mereka bekerja. Harapan pada
hasil yang positif tidak menjamin motivasi yang tinggi. Siswa mungkin percaya
bahwa kerja keras akan menghasilkan nilai yang baik tetapi merwka tidak akan
bekerja keras jika mereka ragu dengan kemampuan mereka untuk menunjukkan usaha
(efikasi-diri rendah).[4]
c.
Nilai Penguatan (Reinforcement Value)
Merupakan
penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu penguatan sebagai pengganti yang
lain. Setiap orang menemukan penguat yang berbeda nilainya pada aktifitas yang berbeda-beda.Pemilihan
penguatan ini berasal brasal dari pengalaman yang menghubungkan penguatan masa
lalu dengan yang terjadi saat ini.Berdasarkan hubungan ini, berkembang
pengharapan untuk masa depan. Karena itulah itulah terjadi hubungan antara
konsep pengharapan dan nilai penguatan.
d.
Situasi Psikologi (Psychological
Situation)
Merupakan
hal yang penting dalam menentukan tingkah laku. Rotter percaya bahwa secara
terus-menerus seseorang akan memberikan reaksi pada lingkungan internal maupun
eksternal saja tetapi juga kedua lingkungan. Penggabungan ini yang disebut
penggabungan situasi psikologi dimana situasi di pertimbangkan secara
psikologis karena seseorang mereaksi lingkungan berdasarkan pola-pola persepsi
terhadap stimulus eksternal.
Phares
(dalam silalahi 2009:30-32) menjelaskan aspek-aspek locus of control lebih
terperinci dalam 2 aspek, yaitu :
1). Aspek
internal
Seseorang
yang memiliki locu of control internalselalu menghubungkan peristiwa yang
dialaminya dengan factor dalam dirinya.Karena mereka percaya bahwa hasil dan
perilakunya disebabkan factor dari dalam dirinya. Faktor dalam aspek internal
antara lain: kemampun, minat dan uaha.
a.
Kemampuan
Seseorang yakin bahwa kesuksesan
dan kegagalan telah terjadi sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki.
Menurut
Kartono & Gulo (dalam kamus psikologi 2003:1) definisi kemampuan (Ability) adalah
istilah umum yang dikaitkan dengan kemampuan atau potensi untuk menguasai suatu
keahlian ataupun pemilikan keahlian itu sendiri. Sudah menjadi hal yang biasa
menemukan siswa yang secara umum bahwa mereka hanya mampu mengontrol sedikit
keberhasilan dan kegagalan akademik tetapi juga meyakini mereka bisa melakukan
kontrol yang besar pada kelas tertentu karena guru dan teman bersifat membantu
dan karena mereka menyukai kontennya.[5]
b.
Minat
Seseorang memiliki minat yang lebih
besar terhadap control perilaku, peristiwa dan tindakannya. Tamuolan ( 2004:28)
Mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang
dapat berkembang jika ada motivasi.
c.
Usaha
Seseorang yang memiliki locus of
control internal bersifat optimis,pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal
mungkin untuk mengontrol perilakunya.
Segerestrom
(1988) berpendapat bahwa sikap optimis adalah cara berpikir yang positif dan
realities dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah beruaha
mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk.(Ghufron & Risnawita 2010:95)
2). Aspek Eksternal
Seseorang yang memiliki locus of
control eksternal percaya bahwa hasil dan perilakunya disebabkan factor dari
luar dirinya. Faktor dalam aspek ekternl antara lain naib,keberuntungan, sosial
ekonomi,dan pengaruh orang lain.
a.
Nasib
Seseorang akan mengnggap kesuksesan
dan kegagalan yang dialami telah ditakdirkan dan mereka tidak dapat merubah
kembali peristiea yang telah terjadi,mereka akan percaya firasat baik dan
buruk.
b.
Keberuntungan
Seseorang yang memiliki tipe ekternal
mempercayai adanya keberuntungan, mereka
menganggap bahwa setiap orang memiliki keberuntungan. Menurut kamu besar bahasa
Indonesia beruntung adalah suatu keadaan mujur yang telah digariskan oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa bagi perjalanan hidup seseorang.
c.
Sosial Ekonomi
Seseorang yang memiliki tipe
eksternal menilai orang lain berdasarkan tingkat kesejahteraan dan bersifat
matrealistik.
Makin berkembang dan bervariainya status dalam
masyarakat, menyebabkan timbulnya kecenderungan untuk mengelompokkan ststus
yang kira-kira sama tingginya kedalam suatu kelas. Dalam penelitian antropologi, (Morton Fried
(1967), dalam kotak,2004, 2006) menatakan bahwa hal ini didasari ketidaksamaan
peluang untuk mengakses kesejahteraan dan kekuasaan. Demikianlah dalam masyarakat
ini terjadi kelas sosial. Orang-orang dengan status yang tinggi dikelompokkan
ke dalam kelas sosial tinggi, sedangkan orang-orang dengan status sosial yang
rendah di golongkan kedalam kelas sosial rendah.
d.
Pengaruh Orang lain
Seseorang yang memilikitipe eksternl
menganggap bahwa orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi mempengaruhi
perilaku mereka dan sangat mengharapkan bantuan orang lain. Berbeda dengan Rotter yang memandan locus of
control sebagai unidimensional (internal ke eksternal). Hannah Levenson (1973)
menyatakan bahwa lous of control mencakup tiga aspek, yaitu aspek internal,
yang mana mencakupkeykinn seseorng bahwa kejadian-kejadian dalm hidupnya di
tentukan oleh kemampuan dirinya endiri, aspek powerful others ( kekuatan orang lain)
yang mana mencakupkeyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadiandalam hidupnya di
tentukan oleh kekuatan orangyang bekuasa, dan aspek chance (kesemptan) yang
mana mencakup keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya
terutama di tentukan oleh nasib, peluang dan keberuntungan.Menurut model
levenson,salah satu dari ketigany dapat mendukung masing-masing dimensi locus
of control secara independen dan pada waktu bersamaan.
Dengan demikin disimpulkan aspek-aspek locus
of control terdiri dari aspek internal dan eksternal, yang mana aspek internal
mengarah terhadap keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadiandalm kehidupannya
di pengaruhi oleh factor di dalam dirinya seperti kemampuan,minat dn usahanya.
Sedangkan aspek eksternal mengrh kepda keyakinan individu yang di pengaruhi
oleh faktor di luar dirinya antara lain nasib, keberuntungan, sosial ekonomi,
dan pengaruh orang lain
.
5.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pembentukan Locus Of Control
Pembentukan Locus Of Control sangat
dipengaruhi dan ditentukan oleh factor lingkungan. Faktor lingkungan ini tidak
lepas dari peran keluarga terutama orang tua ketika masa awal perkembangan.
Menurut Monks (1982) pembentukan locus of control tergantung dari :
a.
Stimulus
Jika anak kekurangan stimulasi dari
lingkungan maka hal ini dapat menyebabkan anak mengalami deprivasi persepsual
(tidak memperoleh stimulasi yang memadai).
b.
Respon
Memberikan
respondan reaksi pada saat yang tepat terhadap tingkah laku anak dapat
memberikan pengaruh yang penting terhadap rasa diri anak. Aspek ini sangat
berpengaruh dalam pembentukan locus of control internal atau eksternal pada
anak, ketika lingkungan selalu merespon perilaku anak maka anak merasa bahwa
dirinyalah yang menguasai reinforcement. Pernyataan tersebut pernah dikemukakan
pertama kali oleh Julian Rotter yang menyatakan bahwa lingkungan memberi respon
atau reaksi pada saat yang tepat terhadap tingkah laku individu, maka dapat
memberikan pengaruh yang penting pada persepsi individu terhadap dirinya.
Karena individu memperoleh respon terhadap tingkah lakunya maka ia merasa bahwa
tingkah lakunya tersebut dapat mengakibatkan sesuatu dalam lingkungannya. Hal
ini dapat menimbulkan motif yang dipelajari yang disebut dengan locus of
control internal,begitu pula sebaliknya untuk locus of control eksternal. (
Marga,2000).
Individu
yang cenderung berorientasi pada locus of control internal dibesarkan dalam
lingkungan yang penuh kehangatan dan demokratis. Sedangkan individu yang cenderung
berorientassi pada locus of control eksternal
di bearkn dari lingkungan yang banyak menerapkan hukuman fisik, hukuman
afektif, dan pengurangan hak-hak istimewa. (Mc Donald & Phares,1976:123).
Interaksi
antara anak dan orang tua yang hangat, fleksibel akan menghasilkan anak yang
berorientasi ke internal, bila dibandingkan orang tua yang menolak, memusuhi
dan mendominasi dalam segala sesuatu. Sering tidaknya orang tua berada berada
di rumh mempengaruhi terbentuknya locus of control. Anak-anak yang orang tuanya
sering tidak berada dirumah lebih eksternl bila dibandingkan dengan orangtua
yang sering berada di rumah. Selain factor lingkungan sosial,perkembangan locus
of control ke arahinternal terjadi dengan bertambahnya usia seseorang.Menurut
Englar bahwa semakin dewasa usia maka locus of ontrol berkembang ke arah
internal dan stabil pada usia paruh baya. Hal ini di sebabkan karena semakin
bertambahnya kemampuan persepsi sehingga memunkinkan mereka melakukan
penyesuaian terhadap model-model penalaran logisyang menyangkut sebab akibat
yang terjadi antara perilaku dan motivasi yang melatarbelakanginya. (Ghufron
& Risnawati 2010:70). Benson dan steele ( dalam Encyclopedia of Human
Development 2005) mengemukakan bahwa sejarah dan konstek budaya juga penting
dalam perkembangan locus of control
karena dapat mempengaruhi control persepsi seseorang tentang perhitungan
nilai-nilai sosial.
Rotter
dan para ahli juga menemukan bahwa usia mempengaruhi locus of control yang
dimiliki individu . Ditunjukkan dengan locus of control internal akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini berkaitan dengan tingkat kematangan
berpikir dan kemampuan mengambil keputusan. Dimana teori rotter menitik
beratkan pada penilaian kognitif terutama persepsi sebagai penggerak tingkah
laku dan tentang bagaimana tingkah laku dikendalikan dan di arahkan melalui
fungsi kognitif. (Allen, 2003 : 291).
Kebudayaan
juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi locus of ontrol seperti pada
budaya barat dan timur. Secara umum budaya barat lebih pada kendali internl, sedangkan
budaya timur lebih pada kendali eksternal. (Rothbaum,Weiz& Synder, 1982;
dalam Wade $Tavris, 2007:300).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan locus of control di antaranya factor lingkungan yang didukung
oleh peran keluarga terutama orang tua ketika masa-masa awal perkembangan anak.
Bertambahnya usia seseorang, sejarah dan konteks budaya,kejadian-kejadian yang
relative mempunyai makna penting yang muncul pada waktu tertentu seperti
kemtian orang yang dicintai,kecelakaan atau bencana alam, kejadian atau factor
yang bersifat berkelnjutan atau terus menerus diantaranya: diskriminasi sosial
(perbedaan ras, suku, status sosialdan status ekonomi). Ketidakmampuan yang
berkepanjangan dan pola asuh.
6.
Locus of
Control dalam Pandangan Islam
Locus of Control merupakan sumber
keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu terhadap peristiwa-peritiwa yang
terjadi didalam hidupnya yang dipengaruhi oleh factor yang ada dalam
dirinyaykni kemampuan, minat dan usahanya atau factor diluar dirinya seperti
nasib, keberuntungan dan pengaruh orang lain yang lebih berkuasa.
Dalam islam keyakinan pada diri
sendiri sangat penting, Karen keyakinan membuat seseorang mampu mengerahkan
seluruh tindakan dan perilakunya. Tanpa keyakinan seseorang akan selalu merasa
dalam keraguan sehingga jiwanya mudah terombng-ambing dan mengikuti arus yang
akan membawanya, ia akan lemah dan rapuh dan akhirnya mudah terpengaruh.
Sebagaimana firman allah di dalam surat Ar-ra’d ayat 11:
له معقبت من بين يديه و من خلفه يحفظونه
من ا مر الله ا ن الله لايغر ما بقو م حت يغيرواما
با نفسهم و ا دا ا را د الله بقو م سو ء ا فلا مر د له وما لهم من دو نه من وال
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat
yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS.
Ar-Ra'd: Ayat 11)
Berdasarkan ayat tersebut kita dapat
menarik kesimpulan bahwasanya manusia harus senantiasa berusaha dengan
kemampuan yang di milikinya untuk meraih tujuan yang ingin di capainya. Karena
hasil yang akan dicapainya tergantung dari usahayang telah di lakukannya. Sikap
optimis dan mawas diri sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan, dengan
mawas diri kita akan berusaha mengoreksi diri.
Seseorang yang memiliki orientasi
locus of control internal terdorong untuk berpikir positif sehinggga akan
mempengaruhi sikap dan perilakunya. Mereka meyakini bahwa segala permasalahan
yang terjadi dalm hidupnya, dalam bentuk cobaan, rintangan dan hambatan yang di
hadapinya sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pribadi. Dan mereka tidak menilainya
sebagai beban, bahkan merek meyakinibahwa allah tidak akan membebani hambaNya
melebihi kemampuannya.
Sebaliknya orang yang memiliki orientasi locus
of control eksternal cenderung mempunyai sikap pesimis yang membuatnya putu asa
dalam menghadapi permasalahan hidup. Ia merasa bimbang saatmembuat keputusan
pribadi, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam
dan membentuk karakter seseorang menjadi tidak percaya akan kemampuan diri
sendiri dan cenderung tidak bertanggungjawab terhadap kegagalan. Sehingga mudah
menyalahkan sebab diluar dirinya sebagai sumber dari kegagalannya.
BAB III
PENUTUP
Istilah Locus of control muncul dalam
teori social learning Rotter yang mengemukakan bahwa terdapat beberapa factor
yang mempengaruhi seseorang dalam belajar, salah satunya expectancy atau
harapan seseorang bahwa reinforcement
akan muncul dalam situasi tertentu. Konsep expectancy ini yang melahirkan
istilah locus of control. Locus of control adalah sikap, keyakinan atau harapan
umum tentang hubungan kausal antara perilaku seseorang dengan
konsekuensinya,harapan umum yang mengacu pada keyakinanan seeorang bahwa dapat
atau tidak dapat mengontrol kehidupannya.
Locus of ontrol di orientasikan kedalam locus
of control internal seperti internality dan locus of control eksternal seperti
powerful dan chance. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan locus
of control di antaranya factor lingkungan
yang didukung oleh peran keluarga terutama orang tua ketika masa-masa awal
perkembangan anak. Bertambahnya usia seseorang, sejarah dan konteks
budaya,kejadian-kejadian yang relative mempunyai makna penting yang muncul pada
waktu tertentu seperti kemtian orang yang dicintai,kecelakaan atau bencana
alam, kejadian atau factor yang bersifat berkelnjutan atau terus menerus
diantaranya: diskriminasi sosial (perbedaan ras, suku, status sosialdan status
ekonomi).Ketidakmampuan yang berkepanjangan dan pola asuh.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Howard
S dan Miriam. Schustak.2006. Kepribadian teori klasik dan riset modern edisi
ketiga. Jakarta: Penerbit erlangga.
Suwandaru,
Agung. 2015. Pengaruh locus of control terhadap kinerja guru dengan etika
kerj islam sebagai variable intervening. Jurnal Urwatul wutsqo, Volume 4.
No. 2.
Schunk, Dale
H. LearningTheories an educational perpective, Terj.Eva Hamidah &
Rahmat Fajar, 2012. Yogyakarta: pustaka pelajar.
Robbbins dan Judge.
2007. Perilaku Organisasi, Jakarta : Salemba Empat
Austin, Wendy dan Boyd, Mary. 2010 “Psychiatric
and Mental Health Nursing for Canadian
Practice “London: Whurr Publisher
[1]
Wendy Austin dan Mary ann Boyd, “Psychiatric and Mental Health Nursing for
Canadian Practice “, (London: Whurr Publishers, 2010), hal. 857
[2] Howard S Friedman dan MiriamW.
Schustak, Kepribadian teori klasik dan riset modern edisi ketiga , (Jakarta:Penerbit
erlangga 2006) hlm.67
[3] Agung Suwandaru, Pengaruh locus
of control terhadap kinerja guru dengan etika kerj islam sebagai variable
intervening. Jurnal Urwatul wutsqo, Volume 4. No. 2. September 2015
[4]
DaleH. Schunk, LearningTheories
an educational perpective, Terj.Eva Hamidah & Rahmat Fajar (Yogyakarta:
pustaka pelajar,2012) hlm.503
hallo kak, saya mau bertanya..
BalasHapusuntuk faktor dan dimensi locus of control ada di buku apa ya kak..Terimakasih sebelumnya