Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI A] PSIKOLOGI KOMUNIKASI KELOMPOK

“PSIKOLOGI KOMUNIKASI KELOMPOK”
Disusun Guna Memenuhi:
         Mata Kuliah         : Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu   : Nikmah Rochmawati, M.Si
 











Disusun oleh:

1.    Ummi Muttaqillah            ( 1607016019 )
2.    Fitria Alfa Farah               ( 1607016032 )
3.    Raveena Putri Asvinda    ( 1607016033 )
4.    Selvina Adrianita             ( 1607016034 )


Psikologi 3A
Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi dan Kesehatan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kita semua menjadi anggota kelompok, bahkan berbagai kelompok. Kita  boleh jadi anggota kelompok studi mahasiswa, kelompok pecinta alam, karang taruna dll. Setiap hari kita masuk dalam kegiatan kelompok, sejak diskusi ringan di meja makan sampai perdebatan hangat di ruang sidang. Kelompok menentukan cara kita berkata, berpakaian, bekerja juga keadaan emosi kita, suka dan duka kita. Karena itu, komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling tukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatan kesadaran.
Departemen Penerangan membina Kelompencapir untuk meningkatkan pengetahuan pendengar, pembaca dan pirsawan media massa di desa-desa. Penataran P4 menggunakan diskusi kelompok untuk memperteguh keyakinan orang akan kebenaran Pancasila. Para da’i menggunakan kegiatan kelompok yang disebut usrah untuk meningkatkan perkembangan rohaniah dan kesadaran beragama.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang atau lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif diantara sesama mereka, tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang - orang yang berkumpul di pasar,terminal bis, atau sedang antri loket bioskop tidak dapat di sebut suatu kelompok, tetapi disebut agregat. Supaya agregat menjadi kelompok diperlukan kesadaran dari anggotanya akan adanya ikatan yang sama yang mempersatukan mereka.[1]
Para Psikolog Sosial juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setelah perang, perhaian beralih pada individuu, dan ini bertahan sampai pertenghan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok dan menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan – gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku kita.[2]



B.     Klasifikasi Kelompok
Dari perspektif psikologi dan juga sosiologi, kelompok dapat di klasifikasikan ke dalam :
1.      Kelompok primer dan sekunder
Pembagian seperti ini dikemukakan oleh Charles Horton Cooley.
Kelompok primer ditandai adanya hubungan emosional, personal, dan akrab, menyentuh hati seperti hubungan dengan keluarga, teman sepermainan, tetangga sebelah rumah. Sedangkan kelompok sekunder adalah lawan dari kelompok primer, ditandai dengan hubungan yang tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita seperti organisasi massa, fakultas, serikat buruh, dan sebagainya.
Ø  Perbedaan kelompok primer dan kelompok sekunder dari karakteristik komunikasinya adalah sebagai berikut :
·         Kualitas komunikasi kelompok primer bersifat dalam dan luas, artinya dalam kelompok primer kita mengungkapkan hal – hal yang bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai lambang, verbal maupun nonverbal
Sebaliknya, pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal ( hanya menembus bagian luar dari kepribadian kita ) dan terbatas ( hanya berkenaan dengan hal – hal tertentu saja). Disini lambang komunikasi umumnya verbal dan sedikit sekali nonverbal.
·         Pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan baik, dan isi komunikasi bukan merupakan hal yang sangat penting.
2.      Kelompok In-group dan Out-group
In-group adalah kelompok kita, dan Out-group adalah kelompok mereka. In-group dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluarga kita adalah in-group kelompok primer. Fakultas adalah in-group kelompok sekunder. Perasaan in-group diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerjasama. Untuk membedakan in-group dan out-grup, kita membuat batas/boundaries, yang menentukan siapa masuk orang dalam dan siapa orang luar.
3.      Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Pembagian kelompok ini dikemukakan oleh Theodore Newcomb yang melahirkan istilah membership group dan reference group. Kelompok rujukan diartikan sebagai kelompok yang digunakan sebagai alat ukur/standa untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Jika kita menggunakan kelompok itu sebagai teladan bagaimana seharusnya bersikap, maka kelompok itu menjadi kelompok rujukan positif. Jika kita menggunakannya sebagai teladan bagaimana seharusnya tidak bersikap, kelompok itu menjadi kelompok rujukan negatif.
4.      Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright membagi kelompok pada dua kategori, yaitu kategori deskriptif dan kategori preskriptif.
Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Misalnya banyak ibu – ibu yang mengantarkan anaknya ke sekolah saling bertemu di sekolah anaknya. Pada suatu ketika di antara mereka ada yang mengusulkan agar emreka membentuk suatu kelompok, misalnya Kelompok Ibu – ibu Peduli Keselamatan dan Kesehatan Anak. Kelompok ini mereka bentuk karena mereka cemas dengan banyaknya peredaran obat – obat terlarang dan pornografi di sekolah.
Kategori prespektif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah – langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya.[3]

C.    Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi Individu
Ada tiga macam pengaruh kelompok sebagai berikut :
1.      Konformitas/Conformity
Konformitas/Conformity sebenarnya bermakna perilaku seseorang atau sekelompok orang sesuai dengan nilai – nilai atau norma – norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebaliknya jika perilaku orang atau kelompok orang tersebut tidak sesuai/bertentangan dengan nilai – nilai atau norma – norma yang berlaku maka disebut menyimpang/deviance.
Dalam realitas sosial atau praktek di dunia ini, penerapan konformitas dan deviance tersebut adalah relatif atau tidak mutlak , akan tetapi bergantung pada kondisi dan kesepakatan pemikiran dimana manusia atau masyarakat berada. Misalnya, di beberapa negara di Eropa Barat seperti Belanda dan Belgia hidup serumah/perkawinan sejenis (lesbian/gay) adalah sesuatu yang konformitas dalam arti telah disahkan oleh pihak yang mempunyai otoritas (Negara), sementara di Negara-negara di wilayah lain hal tersebut dianggap menyimpang/deviance.
2.      Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial adalah peningkatan prestasi individu karena disaksikan kelompok. Contoh, banyak pemain teater yang pada waktu latihan aktingnya “biasa – biasa” saja, tetapi pada waktu pertunjukan yang sesungguhnya akting mereka meningkat luar biasa dalam arti penghayatan mereka terhadap peran mereka benar – benar bagus. Jadi ketika mereka ditonton oleh khalayak banyak, atau orang banyak, prestasi pemain teater itu jauh lebih baik.
Contoh yang pernah populer adalah Gang Nero, yaitu kelompok anak wanita yang suka berkelahi, atau Geng Motor yang ada di Garut Jawa Barat. Kelopok ini kompak dan ada perasaan saling melindungi jika mereka bertemu engan kelompok lain, padahal secara individual/pribadi, ketika mereka di rumah masing – masing mereka termasuk anak yang pendiam. Akan tetapi jika mereka sudah berkumpul, maka seolah – olah kelompok mereka memfasilitasi adanya peningkatan semangat untuk berbuat sesuatu, yang sayangnya, dalam hal ini, diarahkan pada sesuatu yang negatif.
3.      Polarisasi
Polarisasi berasal dari kata “polar” yang berarti “kutub” atau ekstrem, dan kata “sasi” yang bermakna adanya suatu proses yang sedang berlangsung. Jadi polarisasi berarti “proses mengkutub” atau “proses menuju ekstrem”
Contoh kutub itu adalah Barat (Amerika Serikat dan Eropa Barat/Nato) dan Timur (dulu Uni Soviet dan Eropa Timur/Pakta Warsawa), Utara dan Selatan, Positif dan Negatif, Pro dan Kontra, dan sebagainya.[4]

D.    Faktor Situasional yang Memengaruhi Kelompok
Ada 4 faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok sebagai berikut :
1.      Ukuran Kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok/performance bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas interaktif.
Pada tugas koaktif, masing – masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota – anggota kelompok berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan produk, atau keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai satu pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil supaya sangat produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilam, dan kemampuas yang terbatas.
Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (menghasilkan berbagai kegiatan gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
2.      Jaringan Komunikasi
Ada lima macam jaringan komunikasi, yaitu :
1.      Roda
Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang biasanya pemimpin, menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemipinnya.
2.      Rantai
Pada jaringan komunikasi rantai, A dapat berkomunikasi dengan B, B dengan C, C dengan D, dan begitu seterusnya.
3.      Y
Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang – orang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang disampingnya.
4.      Lingkaran
Pada jaringan komunikasi lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, disamping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, disini tidak ada pemimpin.
5.      Bintang
Pada jaringan komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all chanel, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.
3.      Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubunngan interpersonal yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan kita yang dalam. Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
Kohesi kelompok diukur dari :
a.       Keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain
b.      Keterkaitan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
c.       Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya
4.      Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.[5]

E.     Tahap Perkembangan Kelompok
Tahap perkembangan kelompok efektif yang dilewati oleh kelompok yang efektif juga melalui 4 tahap yakni:
1.      Forming
Perkenalan dalam kelompok cukup baik dengan saling menegur dan ber-bincang satu sama lain.
2.      Storming
Membuat sebuah kesepakatan bersama tentang mengerjakan sebuah tugas kelompok pada jam yang ditentukan.
3.      Norming
Menetukan sebuah hukuman yaitu namanya tidak ditulis dalam makalah apabila salah satu anggota kami tidak menghadiri tugas yang telah disepakati sebelumnya.
4.      Performing
Hasil dari kesepakatan dan sebuah penerapan hukuman yang telah disepakati tersebut adalah semua anggota dapat berkumpul dan menyelesaikan tugas bersama-sama .
Tahap perkembangan kelompok yang efektif menjadikan Fungsi dari komunikasi antar anggota kelompok, membuat semua anggota dapat berargumen dan mengutarakan pendapat tentang pemecahan sebuah masalah. Sehingga dapat menentukan keputusan dengan tepat untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi kelompok tersebut. [6]

F.     Kepemimpinan Kelompok
1.      Pemimpin Pekerjaan
Pemimpin pekerjaan (task leader) adalah anggota kelompok yang memfasilitasi dan mengkoordinasi berbagai pandangan atau komentar anggota yang terkait dengan pekerjaan dan mengarahkan energi dan upaya bersama untuk meyelesaikan pekerjaan. Dalam contoh kelompok mahasiswa yang mengerjakan tugas penelitian, biasanya akan terdapat satu orang yang ‘rajin’ yang memberitahu anggota lainnya mengenai adanya rencana rapat kelompok. Ia memastikan semua orang hadir, mempersiapkan topik – topik yang perlu dibahas, mengambil inisiatif untuk memulai pekerjaan (misalnya menghubungi orang – orang yang perlu ditanya terkait tugas), pokoknya ia menunjukkan perhatiannya yang besar terhadap kualitas pekerjaan kelompok. Orang semacam ini masuk ke dalam kategori pemimpin pekerjaan atau task leader.
2.      Pemimpin Sosioemosional
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam kelompok adalah pemimpin sosioemosional yaitu anggota kelompok yang bekerja untuk memperbaiki hubungan dalam kelompok, ia memfokuskan perhatiannya pada interaksi dalam sektor positif dan negatif sebagaimana yang terdapat dalam skema. Ia adalah orang yang memberikan perhatian pada hubungan dalam kelompok. Ia selalu memberikan semangat kepada anggota lainnya, berupaya meredakan konflik dan ketegangan, memuji keberhasilan seseorang dan ia secara umum mendorong terciptanya hubungan yang positif.[7]






PENUTUP






















DAFTAR PUSTAKA

Asep Anshorie. 2015. Peranan Komunikasi Kelompok dalam Menciptakan
Keharmonisan Antar Anggota Komunitas Pengajian Barokah
Sekumpul Mushola Ar Raudah Loa Bakung Samarinda. Vol. 3, No.4:361-371

Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia
Rakhmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja       ....     Rosdakarya Offset
Ririn Puspita Tutiasri. 2016. Komunikasi Dalam Komunikasi Kelompok.
            Vol.4 No.1:1-10

Riswandi. 2013. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu





[1] Asep Anshorie. “Peranan Komunikasi Kelompok dalam Menciptakan Keharmonisan Antar Anggota Komunitas Pengajian Barokah Sekumpul Mushola Ar Raudah Loa Bakung Samarinda”. Vol. 3, 2015, No.4:365
[2] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 141
[3] Riswandi, Psikologi Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), hlm. 71
[4] Ibid, hlm.73
[5] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 160
[6] Ririn Puspita Tutiasri, “Komunikasi dalam Komunikasi Kelompok”, Vol.4, 2016, No.1 hlm.8
[7] Morissan, Psikologi Komunikasi, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 202


Download file di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...