“PSIKOLOGI KOMUNIKASI
KELOMPOK”
Disusun Guna Memenuhi:
Mata Kuliah : Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu : Nikmah Rochmawati, M.Si
Disusun
oleh:
1.
Ummi
Muttaqillah ( 1607016019 )
2.
Fitria
Alfa Farah ( 1607016032 )
3.
Raveena
Putri Asvinda ( 1607016033 )
4.
Selvina
Adrianita ( 1607016034 )
Psikologi
3A
Jurusan
Psikologi
Fakultas
Psikologi dan Kesehatan
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kita semua menjadi anggota kelompok,
bahkan berbagai kelompok. Kita boleh
jadi anggota kelompok studi mahasiswa, kelompok pecinta alam, karang taruna
dll. Setiap hari kita masuk dalam kegiatan kelompok, sejak diskusi ringan di
meja makan sampai perdebatan hangat di ruang sidang. Kelompok menentukan cara
kita berkata, berpakaian, bekerja juga keadaan emosi kita, suka dan duka kita.
Karena itu, komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling tukar informasi,
menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku,
mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatan kesadaran.
Departemen Penerangan membina
Kelompencapir untuk meningkatkan pengetahuan pendengar, pembaca dan pirsawan
media massa di desa-desa. Penataran P4 menggunakan diskusi kelompok untuk
memperteguh keyakinan orang akan kebenaran Pancasila. Para da’i menggunakan
kegiatan kelompok yang disebut usrah
untuk meningkatkan perkembangan rohaniah dan kesadaran beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi
Kelompok
adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang atau lebih.
Kelompok memiliki hubungan yang intensif diantara sesama mereka, tidak setiap
himpunan orang disebut kelompok. Orang - orang yang berkumpul di pasar,terminal
bis, atau sedang antri loket bioskop tidak dapat di sebut suatu kelompok,
tetapi disebut agregat. Supaya agregat menjadi kelompok diperlukan kesadaran
dari anggotanya akan adanya ikatan yang sama yang mempersatukan mereka.[1]
Para Psikolog Sosial juga mengenal mode.
Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa
berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap
juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar
pada dasawarsa berikutnya, dan populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi
kelompok pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi
pusat perhatian. Setelah perang, perhaian beralih pada individuu, dan ini
bertahan sampai pertenghan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh
kembali pada studi kelompok dan menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para
pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif.
Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk
melahirkan gagasan – gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi
kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga
menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran
politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang
berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku kita.[2]
B.
Klasifikasi Kelompok
Dari
perspektif psikologi dan juga sosiologi, kelompok dapat di klasifikasikan ke
dalam :
1. Kelompok primer dan sekunder
Pembagian seperti ini
dikemukakan oleh Charles Horton Cooley.
Kelompok
primer ditandai adanya hubungan emosional, personal, dan akrab, menyentuh hati
seperti hubungan dengan keluarga, teman sepermainan, tetangga sebelah rumah.
Sedangkan kelompok sekunder adalah lawan dari kelompok primer, ditandai dengan hubungan
yang tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita seperti
organisasi massa, fakultas, serikat buruh, dan sebagainya.
Ø Perbedaan kelompok primer dan kelompok
sekunder dari karakteristik komunikasinya adalah sebagai berikut :
·
Kualitas
komunikasi kelompok primer bersifat dalam dan luas, artinya dalam kelompok
primer kita mengungkapkan hal – hal yang bersifat pribadi dengan menggunakan
berbagai lambang, verbal maupun nonverbal
Sebaliknya, pada
kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal ( hanya menembus bagian luar dari
kepribadian kita ) dan terbatas ( hanya berkenaan dengan hal – hal tertentu
saja). Disini lambang komunikasi umumnya verbal dan sedikit sekali nonverbal.
·
Pada
kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi.
Komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan baik, dan isi komunikasi bukan
merupakan hal yang sangat penting.
2. Kelompok In-group dan Out-group
In-group
adalah kelompok kita, dan Out-group
adalah kelompok mereka. In-group
dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluarga kita adalah in-group kelompok primer. Fakultas
adalah in-group kelompok sekunder.
Perasaan in-group diungkapkan dengan
kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerjasama. Untuk membedakan in-group dan out-grup, kita membuat batas/boundaries, yang menentukan siapa
masuk orang dalam dan siapa orang luar.
3. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok
Rujukan
Pembagian
kelompok ini dikemukakan oleh Theodore Newcomb yang melahirkan istilah
membership group dan reference group. Kelompok rujukan diartikan sebagai
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur/standa untuk menilai diri sendiri
atau untuk membentuk sikap. Jika kita menggunakan kelompok itu sebagai teladan
bagaimana seharusnya bersikap, maka kelompok itu menjadi kelompok rujukan
positif. Jika kita menggunakannya sebagai teladan bagaimana seharusnya tidak
bersikap, kelompok itu menjadi kelompok rujukan negatif.
4. Kelompok Deskriptif dan Kelompok
Preskriptif
John F. Cragan dan
David W. Wright membagi kelompok pada dua kategori, yaitu kategori deskriptif
dan kategori preskriptif.
Kategori
deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya
secara alamiah. Misalnya banyak ibu – ibu yang mengantarkan anaknya ke sekolah
saling bertemu di sekolah anaknya. Pada suatu ketika di antara mereka ada yang
mengusulkan agar emreka membentuk suatu kelompok, misalnya Kelompok Ibu – ibu
Peduli Keselamatan dan Kesehatan Anak. Kelompok ini mereka bentuk karena mereka
cemas dengan banyaknya peredaran obat – obat terlarang dan pornografi di
sekolah.
Kategori
prespektif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah – langkah rasional yang
harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya.[3]
C.
Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi Individu
Ada
tiga macam pengaruh kelompok sebagai berikut :
1. Konformitas/Conformity
Konformitas/Conformity
sebenarnya bermakna perilaku seseorang atau sekelompok orang sesuai dengan
nilai – nilai atau norma – norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebaliknya jika
perilaku orang atau kelompok orang tersebut tidak sesuai/bertentangan dengan
nilai – nilai atau norma – norma yang berlaku maka disebut menyimpang/deviance.
Dalam
realitas sosial atau praktek di dunia ini, penerapan konformitas dan deviance
tersebut adalah relatif atau tidak mutlak , akan tetapi bergantung pada kondisi
dan kesepakatan pemikiran dimana manusia atau masyarakat berada. Misalnya, di
beberapa negara di Eropa Barat seperti Belanda dan Belgia hidup
serumah/perkawinan sejenis (lesbian/gay) adalah sesuatu yang konformitas dalam
arti telah disahkan oleh pihak yang mempunyai otoritas (Negara), sementara di
Negara-negara di wilayah lain hal tersebut dianggap menyimpang/deviance.
2. Fasilitas Sosial
Fasilitas
sosial adalah peningkatan prestasi individu karena disaksikan kelompok. Contoh,
banyak pemain teater yang pada waktu latihan aktingnya “biasa – biasa” saja,
tetapi pada waktu pertunjukan yang sesungguhnya akting mereka meningkat luar
biasa dalam arti penghayatan mereka terhadap peran mereka benar – benar bagus.
Jadi ketika mereka ditonton oleh khalayak banyak, atau orang banyak, prestasi
pemain teater itu jauh lebih baik.
Contoh
yang pernah populer adalah Gang Nero, yaitu kelompok anak wanita yang suka
berkelahi, atau Geng Motor yang ada di Garut Jawa Barat. Kelopok ini kompak dan
ada perasaan saling melindungi jika mereka bertemu engan kelompok lain, padahal
secara individual/pribadi, ketika mereka di rumah masing – masing mereka
termasuk anak yang pendiam. Akan tetapi jika mereka sudah berkumpul, maka
seolah – olah kelompok mereka memfasilitasi adanya peningkatan semangat untuk
berbuat sesuatu, yang sayangnya, dalam hal ini, diarahkan pada sesuatu yang
negatif.
3. Polarisasi
Polarisasi
berasal dari kata “polar” yang berarti “kutub” atau ekstrem, dan kata “sasi”
yang bermakna adanya suatu proses yang sedang berlangsung. Jadi polarisasi
berarti “proses mengkutub” atau “proses menuju ekstrem”
Contoh
kutub itu adalah Barat (Amerika Serikat dan Eropa Barat/Nato) dan Timur (dulu
Uni Soviet dan Eropa Timur/Pakta Warsawa), Utara dan Selatan, Positif dan
Negatif, Pro dan Kontra, dan sebagainya.[4]
D.
Faktor Situasional yang Memengaruhi Kelompok
Ada
4 faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok sebagai berikut :
1. Ukuran Kelompok
Hubungan
antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok/performance bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan
oleh kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu
tugas koaktif dan tugas interaktif.
Pada
tugas koaktif, masing – masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi
tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota – anggota kelompok
berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan produk, atau keputusan.
Faktor
lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah
tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen
(mencapai satu pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil
supaya sangat produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan
sumber, keterampilam, dan kemampuas yang terbatas.
Bila
tugas memerlukan kegiatan yang divergen (menghasilkan berbagai kegiatan gagasan
kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
2. Jaringan Komunikasi
Ada lima macam jaringan
komunikasi, yaitu :
1. Roda
Pada jaringan
komunikasi model roda, seseorang biasanya pemimpin, menjadi fokus perhatian. Ia
dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok
hanya bisa berhubungan dengan pemipinnya.
2. Rantai
Pada jaringan
komunikasi rantai, A dapat berkomunikasi dengan B, B dengan C, C dengan D, dan
begitu seterusnya.
3. Y
Pada jaringan
komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang – orang di
sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat
berkomunikasi dengan hanya seseorang disampingnya.
4. Lingkaran
Pada jaringan
komunikasi lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang,
disamping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, disini tidak ada pemimpin.
5. Bintang
Pada jaringan
komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all chanel, setiap anggota dapat
berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.
3. Kohesi Kelompok
Kohesi
kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubunngan interpersonal
yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan kita yang dalam. Kohesi kelompok
merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam
kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
Kohesi
kelompok diukur dari :
a. Keterikatan anggota secara interpersonal
satu sama lain
b. Keterkaitan anggota pada kegiatan dan
fungsi kelompok
c. Sejauh mana anggota tertarik pada
kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya
4. Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke
arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan
keefektifan komunikasi kelompok.[5]
E.
Tahap
Perkembangan Kelompok
Tahap
perkembangan kelompok efektif yang dilewati oleh kelompok yang efektif juga
melalui 4 tahap yakni:
1. Forming
Perkenalan dalam kelompok cukup baik
dengan saling menegur dan ber-bincang satu sama lain.
2. Storming
Membuat sebuah kesepakatan bersama
tentang mengerjakan sebuah tugas kelompok pada jam yang ditentukan.
3. Norming
Menetukan sebuah hukuman yaitu
namanya tidak ditulis dalam makalah apabila salah satu anggota kami tidak
menghadiri tugas yang telah disepakati sebelumnya.
4. Performing
Hasil dari kesepakatan dan sebuah
penerapan hukuman yang telah disepakati tersebut adalah semua anggota dapat
berkumpul dan menyelesaikan tugas bersama-sama .
Tahap perkembangan kelompok yang
efektif menjadikan Fungsi dari komunikasi antar anggota kelompok, membuat semua
anggota dapat berargumen dan mengutarakan pendapat tentang pemecahan sebuah
masalah. Sehingga dapat menentukan keputusan dengan tepat untuk menyelesaikan
persoalan yang sedang dihadapi kelompok tersebut. [6]
F.
Kepemimpinan
Kelompok
1. Pemimpin
Pekerjaan
Pemimpin pekerjaan (task leader) adalah anggota kelompok
yang memfasilitasi dan mengkoordinasi berbagai pandangan atau komentar anggota
yang terkait dengan pekerjaan dan mengarahkan energi dan upaya bersama untuk
meyelesaikan pekerjaan. Dalam contoh kelompok mahasiswa yang mengerjakan tugas
penelitian, biasanya akan terdapat satu orang yang ‘rajin’ yang memberitahu
anggota lainnya mengenai adanya rencana rapat kelompok. Ia memastikan semua
orang hadir, mempersiapkan topik – topik yang perlu dibahas, mengambil
inisiatif untuk memulai pekerjaan (misalnya menghubungi orang – orang yang
perlu ditanya terkait tugas), pokoknya ia menunjukkan perhatiannya yang besar
terhadap kualitas pekerjaan kelompok. Orang semacam ini masuk ke dalam kategori
pemimpin pekerjaan atau task leader.
2. Pemimpin
Sosioemosional
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam kelompok adalah
pemimpin sosioemosional yaitu anggota kelompok yang bekerja untuk memperbaiki
hubungan dalam kelompok, ia memfokuskan perhatiannya pada interaksi dalam
sektor positif dan negatif sebagaimana yang terdapat dalam skema. Ia adalah
orang yang memberikan perhatian pada hubungan dalam kelompok. Ia selalu
memberikan semangat kepada anggota lainnya, berupaya meredakan konflik dan
ketegangan, memuji keberhasilan seseorang dan ia secara umum mendorong
terciptanya hubungan yang positif.[7]
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Asep Anshorie. 2015. Peranan Komunikasi Kelompok dalam
Menciptakan
Keharmonisan
Antar Anggota Komunitas Pengajian Barokah
Sekumpul
Mushola Ar Raudah Loa Bakung Samarinda. Vol. 3,
No.4:361-371
Morissan.
2010. Psikologi Komunikasi. Bogor :
Ghalia Indonesia
Rakhmat,
Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi.
Bandung : PT. Remaja .... Rosdakarya Offset
Ririn
Puspita Tutiasri. 2016. Komunikasi Dalam
Komunikasi Kelompok.
Vol.4 No.1:1-10
Riswandi.
2013. Psikologi Komunikasi.
Yogyakarta : Graha Ilmu
[1] Asep Anshorie. “Peranan Komunikasi Kelompok dalam Menciptakan Keharmonisan Antar
Anggota Komunitas Pengajian Barokah Sekumpul Mushola Ar Raudah Loa Bakung
Samarinda”. Vol. 3, 2015, No.4:365
[2] Jalaludin Rakhmat, Psikologi
Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 141
[3] Riswandi, Psikologi Komunikasi,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), hlm. 71
[4] Ibid, hlm.73
[5] Jalaludin Rakhmat, Psikologi
Komunikasi, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 160
[6] Ririn Puspita Tutiasri, “Komunikasi
dalam Komunikasi Kelompok”, Vol.4, 2016, No.1 hlm.8
0 komentar:
Posting Komentar