Sabtu, 09 Desember 2017

[PSI A] MANAJEMEN KONFLIK DALAM KAJIAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI

“MANAJEMEN KONFLIK
DALAM PSIKOLOGI KOMUNIKASI ”
Disusun Guna Memenuhi:
         Mata Kuliah         : Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu   :
 












Disusun oleh:

1.    Nurul Izzah                       ( 1607016013 )
2.    Adhita Alif Septiani         ( 1607016040 )
3.    Nadhifah Amaliyah          ( 1607016043 )

Psikologi 3A
Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi dan Kesehatan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG
2017







BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Kehidupan manusia dalam berkomunikasi pasti banyak menjumpai konflik individu maupun dengan kelompok. Komunikasi memiliki peran penting di dalam segala aspek kehidupan, di dalam sebuah organisasi memerlukan komunikasi yang baik, karna dengan komunikasi yang baik dapat menentukan proses berjalan atau tidaknya organisasi tersebut. Organisasi sebagai suatu sistem yang kuat dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Konflik sesuatu hal yang tidak dapat dihindari. Konflik jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak negatif namun jika konflik ditangani dengan baik konflik akan berdampak positif pada individu maupun kelompok tersebut. Konflik perlu dikelola agar tidak berdampak negatif. Konflik tidak selalu harus dihindari karena akibatnya tidak selalu negatif. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan dengan baik berakibat positif dan memberikan manfaat bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi. Konflik dapat dikatakan sebagai pembelajaran bagi anggota organisasi dalam mengelola organisasi.
Manajemen konflik sangat berpengaruh dalam penyelesaian konflik. Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
2.      Rumusan Masalah
1.      Apa itu Manajemen Konfllik?
2.      Apa saja jenis-jenis konflik?
3.      Apa yang menyebabkan terjadinya konflik?
4.      Bacagaimana cara mengelola konflik?
5.      Bagaimana Metode dan aplikasi dalam menangani konflik?
6.      Apa dampak positif dan negatif dari konflik?

3.      Tujuan
1.         Untukmengetahuimanajemenkonflik
2.         Untukmengetahuiapasajajenis-jeniskonflik
3.         Memahami konflik dan cara pengelolaan nya
4.         Mengetahui metode dan pengaplikasian dalam menangani konflik
5.         Menangani konflik dalam kehidupan sehari-hari


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Definisi Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah langkah-langkah penyelesaian permasalahan didalam konflik. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik, termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Jika tidak ditangani dengan baik konflik dapat menimbulkan perpecahan dalam kelompok karena keegoisan masing masing individu dalam menetapkan pendiriannya. Karena itu konflik tidak selamanya perlu dihindari karena konflik tidak berujung selalu ke arah negatif. Karena konflik dapat membuat hubungan antar individu dan kelompok menjadi lebih erat dan mempunyai rasa solidaritas setelah adanya konflik. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Konflik adalah suatu cara atau  proses mengambil langkah-langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan evaluasi untuk mendapatkan penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah ditetapkan.[1]



2.      Jenis- Jenis Konflik
Menurut Stoner dan Wankel (1993) terdapat lima jenis konflik, yaitu: 
a.       Konflik Intrapersonal.
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu:
·         Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
·         Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
·         Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b.       Konflik Interpersonal.
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan memengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
c.        Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok.
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
d.       Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama.
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
e.        Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produkproduk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.[2]
3.      Penyebab Konflik
Penyebab terjadinya konflik biasanya diakibatkan karena adanya misscommunication. Misscommunication terjadi biasanya dikarenakan salah satu pihak tidak mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh pihak yang lain, bisa juga dikarenakan kesalahan memaknai pesan. Mungkin bahasanya verbal maupun non verbalnya, atau ejaan kalimatnya atau mungkin juga pengetahuan kedua pihak tersebut tidak sama atau bisa juga karena media yang digunakan.
Misscommunication atau lebih sering disebut Miss Komunikasi merupakan adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam mencerna proses komunikasi, sehingga antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang diterima berbeda penafsiran atau arti. Miss komunikasi dapat menyebabkan tidak tercapainnya tujuan atau misi yang hendak dicapai. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya Miss komunikasi, bisa disebabkan dari faktor luar rangkaian unsur proses komunikasi, ataupun tidak lengkapnya pesan komunikasi itu disampaikan.
Selain miss komunikasi ada juga penyebab lainnya, yaitu :
a.       Perbedaan individu, meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Karena setiap individu memiliki pandangan dan pendirian, terakadang tiap semua nya dapat diterima. Contoh saat mengadakan hajat, orang sekitar rumah bisa saja terganggu karena berisik namun ada juga yang senang karena itu adalah momen bahagia.
b.      Perbedaan latar belakang budaya
Indonesia memiliki beragam kebudayaan, keragaman budaya ini harus di sikapi dengan sikap toleransi, jika tidak akan menimbulkan konflik.
c.       Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d.      Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Contoh orang kota yang pindah ke desa dalam bersosialisasi nya bisa menimbulkan konflik karena orangkota terbiasa cuek dengan likungan sekitar mereka, berbanding terbalik dengan orang di desa.[3]
4.      Pengelolaan Konflik
Sepanjang kehidupan  manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik baik itu secara individu maupun organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi, setiap anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Agar konflik tidak jadi berlarut-larut maka konflik dapat dicegah atau dikelola.Menurut Suzne c.de Janasz, Karen and Beth (2006) Cara untuk mengelola konflik:
a.         Kontrol marah Anda dan respons emosional. Menunjukkan rasa hormat Anda untuk perasaan pihak lain. Memvalidasi bahwa konflik adalah nyata bagi mereka tidak peduli seberapa sepele mungkin tampaknya Anda. Konflik merangkul membangun hubungan yang jujur. Dengan memvalidasi perasaan kedua belah pihak tentang situasi Anda kemudian dapat pindah ke mode pemecahan masalah.
b.        Memahami masalah. Luangkan waktu yang dibutuhkan untuk sepenuhnya menilai lingkup situasi: sumber konflik, isu yang terlibat, tujuan, dan dinamika hubungan yang terlibat. Menerima kesalahan dari pihak yang terlibat dan bersedia untuk mengakui mereka. Fokus pada perilaku yang berubah, bukan orang.
c.         Pilih strategi Anda. Tidak semua konflik dapat dikelola. Dapatkan semua fakta sebelum membuat penilaian apapun. Pilih waktu dan tempat dengan hati-hati. Manajer yang baik akan hati-hati dalam memilih layak penanganan dan pilih strategi yang tepat untuk menangani mereka.
d.        Cari untuk tujuan bersama. Tahu pilihan Anda, dan pilih pilihan terbaik Anda. Mencoba untuk bekerja untuk solusi menang-menang yang akan diterima oleh kedua belah pihak. Lakukan ini dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan menunjukkan Anda pernah mendengar dan mengerti tujuan atau tujuan lain. Ketika hal ini tidak mungkin atau waktunya singkat, cobalah untuk menampung banyak kepentingan orang lain mungkin dan kemudian membuat keputusan yang akhirnya paling adil dan membantu bagi organisasi. Kadang-kadang solusi kompromi harus cukup.[4]
5.      Penanganan Konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri
sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk
menangani konflik antara lain :
1. Introspeksi diri
Bagaiman kita biasanya menghadapi konflik ? Gaya pa yang biasanya digunakan?
Apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan
sehingga kita dapat mengukur kekuatan kita.
2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat
mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan
sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya
konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar
jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.
3. Identifikasi sumber konflik
Seperti dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik
sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah
kepada sebab konflik.
4. Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih
yang tepat.[5]
6.      Metode dalam mengatasi konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Spiegel (dalam Juanita) menjelaskan ada lima tindakan dalam penanganan konflik:
a.       Berkompetisi 
              Tindakan ini dilakukan jika kepentingan sendiri lebih diutamakan di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi membutuhkan pengambilan keputusan dengan cepat. Tentu saja situasi menang–kalah (win-loseorientation) akan terjadi dalam tindakan ini.
Win-Lose Orientation terdiri dari lima orientasi sebagai berikut:
Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk
a. Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan diri.
b.Mencoba untuk berada di atas orang lain.
c. Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
d.          Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
e. Iri dan dengki ketika orang lain berhasil
2)      Lose-Win
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama. Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.
[6]
3)      Lose-Lose (Kalah-Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.
4)      Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.
5)      Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.
b.      Menghindari konflik 
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menginginkan untuk menghindari konflik baik secara fisik ataupun psikologis. Menghindari konflik dapat dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana ataupun membekukan konflik untuk sementara.  Contohnyadalamsuatukelompokadaperbedaanpendapatdariindividukeindividu yang lain, merekaberadusuara agar pendapatnyaditerimadalamsuatukelompoktersebutkarenaadasalahindividu yang tidakbisamenerimapendapatoran lain makatimbullahsuatukonflik yang membuatsuasanamenjadiburuk. Ketikakondisi yang memburukituharusadasalahseorang yang bisamerubahsuasanatersebutberubahmenjadibaiklagi agar salingbisamenghargaisatusama lain dalamsuatukelompoktersebut. [7]
c.       Akomodasi
Usaha untuk mencapai penyelesaian dari suatu pertikaian ataupun konflik oleh pihak pihak yang bertikan dan mengarah pada kondisi ataupun keadaan selesainnya suatu konflik atau pertikaian tersebut. Apabila akomodasi diawali dengan upaya upaya oleh pihak pihak yang bertikai untuk saling mengurangi sumber pertentangan antara dua belah pihak, sehingga intensitas konflik. Contohnya ketika ada dua orang yang bertikai dan mereka tidak bisa menyelesaikanya, pertentangan antara dua pihak tanpa menghancurkan salah satu pihak, sehingga kepribadian masing-masing pihak tetap terpelihara upaya yang dilakukan adalah bermusyawarah bersama agar kedua belah pihak tersebut bisa saling memahami dan saling berbaikan agar konflik yang mereka alami selesai dengan cara yang baik dan tidak timbul pertikaian kembali.
d.      Kompromi 
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa menjaga hubungan baik sangat penting. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan kemenangan. Kompromimerupakanbentukkomunikasiuntukmencaripenyelesaianataujalantengahantarapihak-pihak yang berselisihsehinggatidakadapihak yang dirugikan.Agar tercapaikesepakatanmakapihak-pihakterkaitharusbersediamengurangituntutannyasehinggaseluruhpihakdapatdiuntungkan.Contohnyadalamkeluarga ayah danibuakanmenontonsaluran TV yang disukai. Misalnya, ayah inginmenonton bola tetapiibuinginmelihattayangan film kelanjutan yang disukai, karenaadanyapertentanganitumakatimbullahkonflik.Untukituuapaya yang dilakukan ayah danibuadalahharusbisamenonton TV secarabergantianketikaadajedaiklan. [8]




7.      Dampak Konflik
 Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut : a. Dampak Positif Konflik
1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu
2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif.
3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi.
4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat.
5. Dapat mengembangkan prestasi sesuai dengan potensinya melalui pelayananpendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Dampak Negatif
1. Banyakorangyang mengeluh karena sikap atau perilaku teman yang dirasakankurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
2. sulit untuk konsentrasi dalam organisasi, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh temanmerasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
3. pertahanan diri bila memperoleh teguran.[9]






BAB III
KESIMPULAN
Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Konflik adalah suatu cara atau  proses mengambil langkah-langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan evaluasi untuk mendapatkan penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
Penyebab terjadinya konflik biasanya diakibatkan karena adanya misscommunication. Misscommunication terjadi biasanya dikarenakan salah satu pihak tidak mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh pihak yang lain, bisa juga dikarenakan kesalahan memaknai pesan. Mungkin bahasanya verbal maupun non verbalnya, atau ejaan kalimatnya atau mungkin juga pengetahuan kedua pihak tersebut tidak sama atau bisa juga karena media yang digunakan.














DAFTAR PUSTAKA
Riswandi. (2013). PsikologiKomunikasi, Yogyakarta: GrahaIlmu.
Anwar, Choerul. (2015).  “Manajemen Konflik Untuk Menciptakan Komunikasi Yang Efektif: Perilaku Buruk, Komunikasi Efektif, Manajemen Konflik, Konflik Organisasi”, Jurnal Interaksi. Vol 4, No. 2.
Alo, Liliwere . (2005). Prasangka Dan Konflik, Yogyakarta: Lkis Yogyakarta. 

Juanita. (2002).  MemanagemeniKonflikDalamSuatuOrganisasi, 2002. 

Chalid.(2015). “AnalisiManajemenKonflikPadaKomunikasi Interpersonal Di Corporate Secretary MNCTV”.

NurHidayati,Lina. (2005).  “KomunikasiOrganisasi Dan ManajemenKonflik: communication, organization, conflict”. 2005.





[1] Riswandi, Psikologi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm, 40

[2] Juanita, Memanagemeni Konflik Dalam Suatu Organisasi, 2002. Hlm 3-4.
[3] Lina, Nur Hidayati, “Komunikasi Organisasi Dan Manajemen Konflik: communication, organization, conflict”. 2005. Hlm, 13.
[4] Chalid, “Analisi Manajemen Konflik Pada Komunikasi Interpersonal Di Corporate Secretary MNCTV”. 2015. Hlm, 9.
[5] Lina, Nur Hidayati, “Komunikasi Organisasi Dan Manajemen Konflik: communication, organization, conflict”. 2005. Hlm, 15-17.
[6] Liliwere Alo, Prasangka Dan Konflik, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2005), hlm, 263.
[7] Ibid, hlm, 264.
[8] Ibid, hlm, 265.
[9] Choerul Anwar, “Manajemen Konflik Untuk Menciptakan Komunikasi Yang Efektif: Perilaku Buruk, Komunikasi Efektif, Manajemen Konflik, Konflik Organisasi”, Jurnal Interaksi, (Vol 4, No. 

Download file di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Populer

[PSI B] SENSASI DAN PERSEPSI

BAB I                                                            PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adal...